
#6
Mertua yang Baik
3069Please respect copyright.PENANAFSGKwz69ir
Aku dan mama terus mengobrol berdua di ruang santai. Suasana sudah cair lagi. Ditambah memang mama orangnya humble, enak diajak ngobrol.
“Agnes pulang jam berapa kerjanya?”
“Biasanya jam 5 sudah di rumah ma, kalau tidak lembur. Tapi hari ini dia kularang untuk lembur, karena ada mama. Soalnya kalau lembur bisa malam nyampai rumah.”
“Aku mau mandi dulu ya ma,” kataku.
“Dari pagi belum mandi?” tanya mama.
“Iya ma. Hehe,” jawabku. Memang aku kalau di rumah, cukup satu kali aja mandinya. Kecuali sangat gerah, bisa mandi dua kali.
“Kamu ini Dit, sampai istrinya mau datang belum mandi,” ucap mama.
Aku pun beranjak dari kursi.
“Mandi sama ngelanjutin yang tadi pagi belum kelar ma. Mau nunggu Angnes nanti malam, belum tentu dia mau. Haha,” celetuk ku dengan berani. Karena kurasa obrolanku dengan mama sudah terbuka.
“Iya sana, lanjutin. Maaf gara-gara mama tadi, jadi tertunda,” ucapnya.
“Boleh pinjam CD mama lagi. Haha,” godaku.
“Itu ada di lemari,” jawab mama, malah serius.
“Bukan, yang sudah mama pakai,” kataku, sambil cengengesan. Biar tahu jika aku bercanda.
“Sudah mama cuci yang tadi. Kamu ini ada-ada saja.” Mama masih menganggap serius.
“Kamu ambil CD punya istrimu saja. Itu ada yang masih kotor kayaknya,” ucap mama.
“Aku maunya punya mama sekarang. Haha,” aku terus bercanda.
“Masak ini yang lagi mama pakai mau dilepas? Lagian apa bedanya CD punya mama dan istriku? tanyanya serius.
“Mau bayangin mama sekarang. Eh, maaf ma, bercanda,” kataku, tambah berani.
“Ngapain dibayangin, mama sekarang ada di sini,” katanya, masih serius.
“Memang mama mau ikut ke kamar mandi? Biar aku gak usah bayangin mama? Haha.”
“Kalau kamu mau gak apa-apa,” ucap mama, aku kaget. Kenapa mama serius terus dari tadi.
“Beneran? Ma, aku bercanda loh,”
“Lagian aku tadi sudah lihat punya kamu,” katanya.
“Eh ma, gak gitu maksudnya.” Kini aku jadi yang panik saat mama menanggapi bercandaku.
“Kalau kamu mau Dit. Yang penting kamu jangan marah ke Agnes, ketika dia menolak ketika kamu ajak berhubungan. Soalnya mama jadi bersalah ke kamu, ketika kamu cerita soal Agnes yang begitu.”
“Beneran ini ma?” Aku jadi yang kaget sekarang ketika mama bilang begitu.
“Tapi kamu jangan cerita ke Agnes soal ini.”
“Ya nggak mungkin lah ma.”
“Anggap aja, ini mama nebus kesalahan anak mama,” ucapnya.
Aku jadi garuk-garuk kepala, tidak percaya dengan semua ini.
“Mama cuma diam aja kan?” tanyanya.
“Iya ma, jadi aku gak perlu bayangin mama lagi. Kan mama sudah ada di hadapanku. Hehe.”
Lagi-lagi aku tidak percaya ini terjadi.
“Ayo cepetan, keburu Agnes datang,” kata mama dengan yakin.
Kini berbalik, aku yang ragu. Tapi setelah berpikir-pikir, aku melewatkan kesempatan ini. Sebelum mama berubah pikiran.
“Aku tidak maksa mama ya.”
“Kalau mama yakin mau melihat aku onani, di sini aja, gak perlu di kamar mandi. Lagian cuma kita berdua sekarang di sini.”
“Terserah kamu aja Dit.”
Mama benar-benar mau membantu aku untuk merasakan sensasi baru dalam onani.
Aku pun tak jadi ke kamar mandi. Aku kembali ke arah mama. Aku berdiri di dekat mama yang duduk di sofa panjang.
“Mama yakin?” tanyaku lagi, sebelum menurunkan celana yang kupakai.
“Kamu tanya terus, nanti Agnes datang keburu datang,” ujar mama.
Mendapatkan jawaban mama barusan, aku segera menurunkan celanaku di hadapan mama. Penisku pun yang sudah berdiri sejak tadi, langsung mengacung ke arah mama.
Melihat ini, mama seketika kaget.
“Besar ya?” tanyanya.
“Besar mana sama punya papa?”
“Besar ini Dit, panjang juga,” katanya. Padahal menurutku penisku tidak terlalu besar. Berarti punya papa lebih kecil dari ini.
Aku pun mulai menggenggam penisku dan mengurutnya pelan-pelan sambil melihat wajah mama. Namun mama justru fokus melihat ke arah penisku yang sedang kumainkan sendiri.
Mulailah kukocok pelan-pelan penisku sambil memerhatikan tubuh mama. Melihat payudaranya yang menonjol di balik daster. Mata mama masih belum beralih dari penisku. Seakan dia terkesima dengan penisku.
Ide liarku muncul lagi, aku ingin lebih dari ini.
“Ma, mama mau bantu pegang? Biar cepat keluar,” tanyaku dengan berani.
“Ha?” Mama mendongak, melihat wajahku.
“Tolong pegang ma,” kataku, kualihkan tanganku dari penisku.
Kulihat awalnya mama ragu dengan permintaanku.
“Iya Dit.” jawab mama.
Kini mata mama fokus ke penisku lagi. Tangan kanan mama kemudian meraih penisku. Ia genggam penisku. Tapi tangannya tak bergerak.
Akhirnya rencana berubah, dari mama yang cuma mau lihat aku saat onani, kini mama sudah memegang penisku.
“Jangan pegang aja ma, gerakin tangan mama,” pintaku.
“Begini?” tanya mama, tangannya mulai maju mundur di penisku.
“Iya ma, mama tidak pernah ngocokin penis papa?” tanyaku, sambil menikmati gerakan tangan mama yang halus di penisku.
“Pernah Dit,” jawabnya. Tangan mama mulai bikin nikmat penisku.
“Anggap saja seperti ngocokin penis papa, ma,” ucapku.
“Iya Dit.” Mama terus melakukan apa yang kumau.
“Sssshhh… ahhh… enak ma,” kataku.
Mama terus melakukan itu beberapa menit pada penisku.
Aku sangat menikmati kocokan tangan mama. Gairahku makin meningkat.
“Kok belum keluar Dit? Kok lama? tanya mama.
“Sebentar lagi ma. Ahhhhh… enak ma,” ujarku.
“Enak tapi kok gak keluar-keluar? Tangan mama pegel Dit,” ucapnya. Kini tangan mama mulai pelan mengocok penisku.
Lagi-lagi muncul ide gila lagi dari kepalaku, diluar rencana sebelumnya.
“Ma, kalau mau cepat keluar lagi, dimasukin ke mulut mama, boleh?” tanyaku kini makin berani, karena gairah seksualku makin tinggi dan mulai tak terkontrol.
“Ha???” mama nampak terkejut dengan ucapanku. Ia hentikan pergerakan tangannya. Tangannya diam tak lagi mengocok penisku. Tapi genggamannya masih terasa erat di penisku.
“Iya ma, dimasukin ke mulut mama, kalau mama mau. Pasti cepat keluar ma,” kataku.
Mama terdiam. Nampak ragu-ragu lagi.
“Mama belum pernah melakukan itu ke papa?” tanyaku.
“Pernah sih Dit,” jawabnya dengan malu-malu.
“Sama caranya ma, bayangin saja sedang mengulum penis papa,” kataku, supaya mama mau.
“Iya deh, yang penting bisa cepat keluar ya. Bentar lagi Agnes mau datang,” katanya.
Mendengar jawaban mama, tanpa menunggu lama, kuarahkan penisku ke mulut mama yang masih duduk di atas sofa.
Mulut mama masih setengah terbuka.
“Buka ma mulutnya,” pintaku.
Pelan-pelan, mama akhirnya membuka mulutnya lebar-lebar. Segera kudorong penisku masuk ke dalam mulut mama. Langsung rasanya penisku hangat.
Kudorong penisku sampai mentok di dalam mulut mama. Tidak sepenuhnya penisku masuk, karena penisku terlalu panjang.
Mama terdiam. Seperti pasrah dengan apa yang kulakukan.
Kini mulai kumaju-mundurkan penisku di dalam mulut mama.
“Aahhh…. ma, tambah enak,” ucapku.
Selanjutnya kuberanikan diri memegang kepala mama.
“Ayo ma, kulum penisku,” pintaku.
Mama menuruti kemauanku lagi, mulutnya mulai aktif mengulum penisku.
“Ohhh… ma,” desahku lagi, sambil memperhatikan lekuk tubuh mama.
Mama nampaknya sudah berpengalaman melakukan ini pada papa. Penisku jadi cenut-cenut.
Setelah beberapa menit mama mengulum penisku, rasanya penisku sudah mau memuntahkan sesuatu.
“Ma… mau keluar,” ucapku.
Kembali kuberanikan diri memegang kepala mama, kumaju mundurkan kepalanya, agar lebih cepat mengulum penisku.
Mataku terpejam. Kepalaku mendongak ke atas.
Beberapa menit kemudian. “Ma…… keluar…. ahhh……”
Crot…. crottt… crottt…
Spermaku menyembur di mulut mama. “Uhuk… uhuk… uhuk…” seketika mama memuntahkan penisku saat mulutnya penuh dengan spermaku.
Spermaku meluber dari mulutnya, mama dengan sigap menadahkan tangannya, agar spermaku tak tumpah ke lantai.
“Ohhhhhhhhh…. ahhh……..” desahku. Aku lega.
“Maaf ma…” kataku kemudian saat melihat mulut mama belepotan karena spermaku.
Mama kemudian berlari ke wastafel, ia bersihkan sperma di mulut dan tangannya.
“Ma, maaf ya, gak sengaja, sudah tak tidak tahan, keburu keluar mau kucabut,” kataku.
Mama hanya mengangguk saja, masih sibuk membersihkan mulutnya dengan air.
Aku pun kemudian ke kamar mandi. Kubersihkan penisku sekaligus mandi.
Selesai mandi, aku kembali ke kamar.
“Ma, maaf ya,” aku kembali meminta maaf ke mama, saat berpapasan dengan mama sebelum ke kamarku.
“Iya gak apa-apa. Sudah puas kan?” tanya mama.
“Iya ma, terimakasih.”
“Ya sudah, jangan cerita ke Agnes. Rahasiakan ini. Anggap ini tidak pernah terjadi,” kata mama.
Mama kemudian masuk ke kamarnya. ***
3069Please respect copyright.PENANAWZPBXENewo