Di Gunung Kemukus terdapat sebuah makam keramat yang dijadikan tempat berdoa mengharap kekayaan (pesugihan). Peziarah yang menziarahi makam itu berkeyakinan bahwa pesugihan di makam tersebut merupakan pesugihan paling manusiawi dan bermoral. Karena umumnya pesugihan harus menumbalkan nyawa. Sedangkan pesugihan di Gunung Kemukus justru sangat bisa menghasilkan kehidupan baru (kehamilan dan melahirkan).
Pesugihan diawali dengan ritual berdoa di makam Pangeran Samudera. Setelah itu para peziarah melanjutkan dengan melepas pakaian bersama-sama lalu mandi di mata air bernama Sindang Ontrowulan. Selepas mandi, mereka harus melakukan ritual hubungan kelamin namun tidak boleh dengan pasangan yang sah. Sehingga pasangan suami istri harus mencari pasangan zinanya masing-masing. Suami menikmati kelamin wanita lain, sedangkan sang istri menikmati kelamin pria lain memasuki lubang kelaminnya.
Penduduk setempat banyak yang menyewakan kamar sebagai tempat berlangsungnya ritual perzinaan kelamin tersebut. Selain itu banyak juga yang melakukan perzinaan kelamin di alam terbuka bersama-sama pasangan zina lainnya dengan menyewa tikar kepada usahawan lokal. Dengan demikian, cukup wajar jika disebutkan bahwa pesugihan Gunung Kemukus adalah acara pesta seks terbesar di alam dunia ini.
Pemerintah daerah setempat tidak mendiamkan terjadinya pesta kenikmatan terbesar di dunia tersebut. Akan tetapi mereka memakai cara yang lebih bijak. Pembubaran dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Karena ritual pesta kesenangan tersebut telah sangat membantu perekonomian masyarakat sekitar. Kas daerah pun mendapatkan pemasukan besar di antaranya dari retribusi parkir.
Beberapa cara yang dilakukan pemerintah daerah setempat di antaranya membuat plang anjuran agar kegiatan berziarah tidak dibarengi dengan kegiatan tertentu kalau kegiatan tertentu itu melanggar norma susila masyarakat setempat. Menurut seorang wartawan yang pernah datang ke Gunung Kemukus, pemerintah daerah setempat juga membangun fasilitas musholla tidak jauh dari tempat pesugihan. Diharapkan masyarakat yang berziarah bisa ingat norma agama ketika melihat musholla tersebut. Akan tetapi, wartawan tersebut menjadi saksi bahwa musholla tersebut justru ikutan menjadi tempat berlangsungnya pesta perzinaan kelamin terbesar di dunia tersebut.
Husnuzhon saya, mungkin masih banyak pasangan zina tidak mampu sewa tikar apalagi sewa kamar. Sehingga pemikiran logika logis mereka memilih memanfaatkan musholla sebagai ruangan yang sangat nyaman untuk berpesta zina kelamin bersama-sama. Memang secara logika logis, ketika istri saya sedang menikmati batang kelamin lelaki lain di lubangnya, tentu saya tidak mau dia kedinginan di alam terbuka hanya beralas tikar. Sangat logis secara logika bahwa yang nyaman dan lebih sehat adalah kami sama-sama berzina kelamin di atas karpet di dalam musholla.
Itu secara logika. Bagaimana secara iman? Saya pribadi mengimani bahwa Tuhan Mahapengampun sebesar apapun dosa kita. Tentunya bukan sekedar berharap ampunan tanpa usaha. Jika kita bareng-bareng berzina bertukar suami-istri di Musholla, maka ketika ketika kita lelah semalaman berzina, muadzin yang mengumandangkan adzan di musholla itu akan membuat kita semua terbangun. Kitapun bersama-sama mandi junub baik di kamar mandi musholla atau di tempat wudhu. Bahkan di tempat wudhu itu kita bisa melakukan sunnah pernikahan yaitu mandi bersama pasangan sah masing-masing. Setelah wudhu bersama-sama, kemudian para suami dan pria lajang memakai celana dalam atau sarung berjejer jamaah di shaf-shaf depan. Sedangkan para istri dan wanita lajang memakai mukena mereka untuk menutupi aurat sekaligus menyerap tetesan air mandi junub. Lalu semuanya shalat berjamaah.
Sebesar apapun dosa yang mereka lakukan tadi malam, kita harapkan shalat dan ibadahnya diterima Allah sehingga akan menghapus semua dosa itu. Secara agama, pezina yang rajin shalat apalagi shalat berjamaah jauh lebih baik dibanding tidak pernah zina tapi tidak pernah shalat juga. Karena seluruh umat Islam tahu bahwa shalat adalah tiang agama. Tidak ada manusia suci dari dosa. Manusia yang ibadah kepada Allah sambil berharap ampunan jauh lebih baik dibanding orang yang menganggap dirinya suci dan pasti masuk surga walau tidak pernah sujud menyembah Allah. Itulah dosa yang dulu dilakukan Iblis yaitu merasa lebih baik dan menolak sujud.
Saya harus menegaskan ini agar pemerintah daerah setempat jangan disalahkan. Memang kebijakan mereka belum bisa mengubah ritual rutin tersebut agar mengikuti keinginan masyarakat dari daerah-daerah lain. Akan tetapi tetap kebijakan tersebut lebih baik sebagaimana saya sudah paparkan. Menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah.
ns 15.158.61.55da2