Marni lalu merebahkan tubuh anaknya dan mengocok penis anaknya yang sudah layu, anaknya baru saja menyemburkan sperma ke rahim ibu kandungnya untuk kesekian kalinya pada hari itu.
"Udah mah... geli... Tono mau pipis dulu"
"Hmm? Kamu mau pipis? Pipis aja sayang..."
"Di sini mah?"
"Iya... kencing aja di kasur”
“Hah? Ntar basah dong tempat tidur Mama sama Papa?”
“Gak apa kok sayang. Hmm… Kalau kamu mau, kamu boleh kok sekalian ngencingin Mama" ujar Marni mendesah, membuat dada anaknya berdebar mendengarnya. Marni memperbolehkan anaknya mengencingi dirinya!! Ibu kandungnya!!
"B-boleh mah?" tanya Tono tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Iya… itu pasti salah satu fantasi liarmu kan? mama wujudkan deh…" jawab Marni sambil tersenyum manis.
Tono yang memang sudah tidak tahan menahan kencing mengiyakan saja penawaran mamanya itu.
Marni berbaring, Tono kemudian berdiri dan memposisikan penisnya agar menembak tepat ke wajah ibu kandungnya itu. Seeerrr.... air kencing berwarna kekuningan yang amat pesing meluncur membasahi wajah sang ibu.
Betapa kurang ajarnya perbuatan Tono,
ia mengencingi wajah ibu kandungnya sendiri!! Tapi ternyata Marni dengan riangnya menerima air kencing anaknya itu.
Mulut Marni bahkan menganga lebar berusaha menerima air kencing anaknya yang hangat. Tampak ranjang mereka juga ikut-ikutan basah dibuatnya.
"Enak yah mah?" tanya Tono setelah selesai kencing.
"Enak banget sayang... kamu pengen coba rasain kencing mama juga gak?"
"Boleh mah, penasaran gimana rasanya, hehe"
Sekarang gantian Tono yang berbaring dan Marni yang berjongkok di depan wajah anak laki-lakinya itu.
“Siap-siap yah sayang…”
Serrrr…. Kini gantian kencing sang ibu yang membasahi wajah sang anak, tidak sedikit pula yang juga ditelan oleh Tono.
Sekarang ranjang orang tuanya betul-betul sudah banjir dengan air seni mereka, berwarna kuning dan berbau amat pesing.
"Puas sayang? Enak nggak?" ujar Marni balik bertanya bagaimana rasa air seninya itu pada anaknya.
“Enak banget mah.. hangat” jawab anaknya, Marni tertawa kecil mendengarnya.
“Kalau kamu mau, kamu boleh kok ngencingin mama kamu ini kapanpun kamu mau”
“Beneran mah?”
“Iya, ntar kalau kamu kebelet pipis, panggil mama aja yah sayang, terus… kencingin deh mama kamu, hihihi” kata Marni sambil mengedipkan matanya dengan nakal.
Sungguh gila, bersetubuh dengan ibu kandung saja sudah sangat tidak bermoral. Ini sampai mengencingi ibu kandungnya,
bahkan ibu kandungnya sendiri yang menawarkan hal itu!!
"Oke deh mah, kalau Tono mau pipis Tono bakal panggil mama deh, hehehe… Udahan dulu yah mah.. Tono mau mau ke wc dulu"
“Ngapain sayang?”
“Mau berak dulu mah”
“Owhhh… ya udah sana” kata Marni, namun belum sempat Tono bangkit, ibunya kembali mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
"Eh, disini aja deh sekalian sayang"
"Hah?" Tono terkejut mendengar perkataan mamanya itu.
“Iya, kan kasurnya udah terlanjur kotor juga kena pipis-pipis kita, sekalian aja deh”
“Tapi masa di kasur sih Mah? Ini kan ranjang Mama sama Papa? memangnya Mama gak jijik kalau Tono eek di sini?”
"Iya, gak papa kok... waktu kamu bayi kan mama yang bersihin dan cebokin kamu. Kamu dulu waktu bayi eeknya juga di kasur, hihihi" Ujar Marni. Tapi tentu saja sekarang sudah berbeda, anaknya sudah SMA saat ini.
"Iya deh, mah..."
Tono lalu berbaring terlentang seperti bayi, kakinya dilipat dengan sedikit mengangkat pinggulnya. Mamanya berada disampingnya sambil tetap mengelus penis anaknya. Tono mulai mengejan….
"Pooop, preeetttt… preeeetttt…" keluarlah berak Tono di ranjang mamanya itu. Sangat banyak dan tampak menggumpal, yang tentunya juga sangat busuk.
"Ihhh... banyak amat sih eek mu sayang? udah berapa hari gak poop sih? udah gitu bau lagi, hihihi" Ujar Marni mengomentari anaknya yang baru saja buang air besar di samping dirinya itu, di atas tempat tidurnya.
Tono hanya cengengesan saja sambil terus mengejan sisa-sisa tai yang masih menggantung di usus besarnya. Kamar orang tuanya kini sungguh tidak sedap lagi baunya, di atas ranjang kini tidak hanya ada air kencing mereka, namun juga kotoran Tono.
"Nih, liat eek kamu..." kata Marni sambil mencolek sedikit tai anaknya dengan tangannya sendiri. Tono tersenyum kecil melihatnya, kotorannya yang baru saja keluar dari anusnya, yang masih tampak hangat dan lembek kini berada di ujung jari mamanya.
Tapi apa yang dilihat Tono berikutnya sungguh tidak dapat dipercaya, mamanya mengemut jarinya sendiri yang terdapat secuil kotorannya itu sambil berusaha tersenyum!! Darah Tono berdesir melhat pemandangan ini.
“Ma? Emang enak?”
"Enak sayang.... lagi yah..." kata Marni mencolek dan mengulum lebih banyak tai anaknya sekarang. Lagi-lagi saat mengulum jarinya itu Marni tersenyum pada anaknya.
Belum selesai rasa keterkejutan Tono,
tiba-tiba dilihatnya ibunya itu meraup dengan tangannya kotoran yang menumpuk diatas kasur.
Astaga.
seperti tak percaya dengan apa yang dilihatnya,
gumpalan tinja yg berada ditangannya disantap dengan rakus. Seolah belum puas, dikulum jemari tangannya satu persatu untuk membersihkan sisa-sisa tinja yang melekat, dan saat melakukan aksinya itu tatapan dan senyum Marni terus terpusat pada wajah putranya,
seolah dirinya ingin menunjukan pada anaknya, bahwa ibunya ini dengan senang hati dan tanpa paksaan menelan kotorannya yang amat busuk ini.
Aksi gila yang sungguh menjijikan, namun entah mengapa, alih-alih merasa jijik justru pemuda itu terangsang, baginya ibu kandungnya itu terlihat begitu erotis,
aroma busuk yang menebar di ruangan itu bagaikan aroma harum yg membangkitkan birahi, birahi yang ingin terus digapainya.
"Eek mu enak sayang…" bisik marni lembut ke telinga putranya itu, seraya mengecup mesra bibir anaknya, aroma tinja dari mulut ibunya itu membuatnya semakin bernafsu, sehingga dilumatnya bibir ibunya dengan rakus.
"Ma..Tono minta di eek-in juga dong ma..plis ma.." rengek Tono.
"Ih, nakal kamu..ikut-ikutan aja sih..." ucap marni sambil memencet gemas hidung anaknya itu.
“Boleh yah ma, plis mah… boleh yah ma…” pinta Tono merengek seperti anak kecil.
"Ya udah, kamu berbaring telentang aja ya... nanti mama eekin kamu dari atas seperti tadi mama pipisin kamu...
Oke sayang?” ujar Marni seraya duduk bangkit, setelah sebelumnya mengerlingkan sebelah matanya dengan genit kearah Tono.
"Horeeeee...asiiiikkk... mama memang baik deh..tono semakin sayang mama.." girang tono.
“Siap ya sayang... buka mulutnya lebar-lebar... satu..dua..ti...ga... hekkkk.." komando Marni, sambil berjongkok dengan lubang anus tepat di atas mulut anaknya yang menganga.
“Creeeeettttttt... creeetttt….” berbeda dengan tinja Tono yang agak padat, tinja Marni yang sedikit encer mendarat indah ke dalam mulut Tono, beberapa mengenai wajahnya.
"Hi..hi..hi… maaf ya sayang… eek mama mencret nih, abis tadi siang mama makan rujak sih... ayo dima'em sayang, yang banyak ya..." ujar Marni sambil menyaksikan anaknya itu dengan rakus menikmati tinjanya.
Yang membuat birahi Marni bertambah mendesir saat dilihatnya anaknya itu berkumur dengan tinja mencretnya.
Tinja yang tertampung di mulutnya itu tak langsung ditelannya, melainkan dipermainkan begitu rupa seolah gantian ingin menunjukkan aksinya itu pada ibunya.
“Gloghhokkk...gloghokkk...hikmat ma..hengakkk...hegaaaaaappp..." goda Tono pada ibunya itu.
“Ih, sayang... kamu pinter banget sih bikin mama terbuai... romantis banget kamu sayang..." manja Marni.
“Glek...” akhirnya cairan kental yang beraroma "harum" itu tandas selurunya ke dalam perut tono. Mereka lalu saling berpelukan di atas ranjang yang penuh dengan kencing dan kotoran mereka sendiri,
lalu merekapun tertidur di sana dengan nyenyak.
1004Please respect copyright.PENANA8eSQov9LNg
-----
Kerena asik sendiri, mereka tidak sadar bahwa sang ayah dan anak perempuannya sudah pulang. 1004Please respect copyright.PENANAuITyERMGX4
Pak Rahman dan anak gadisnya kini sedang berduaan di kamar sebelah.
“Sayang, Papa ada hadiah nih buat kamu” kata Pak Rahman.
“Apaan Pa?” tanya Elsa penasaran.
“Ta-Da….” Pak Rahman menunjukkan apa yang ada di balik tubuhnya. Sebuah kalung anjing, lengkap dengan rantainya yang panjang.
“Pa? Itukan… Ih…. Papa!! emangnya Elsa apaan…” rengek Elsa manja.
“Kamu gak suka yah sayang?”
“Hihihi, suka kok Pa… banget…”
“Ya udah, sini Papa pakaikan” Pak Rahman lalu mengalungkan kalung anjing itu ke leher anak gadisnya. Anak gadisnya yang imut dan cantik kini sedang telanjang dan hanya kalung anjing yang melekat di tubuhnya.
“Suka Pa?” Tanya Elsa memutar tubuhnya, tali rantai tersebut berdenting-denting bergesekan dengan lantai.
“Suka banget sayang”
“Nih, Papa yang pegang rantainya…” kata Elsa memberikan ujung rantai yang mengikat lehernya ini pada ayah kandungnya. Papanya menerimanya dengan senang hati.
“Sekarang… Elsa sah jadi anjingnya Papa” kata Elsa lagi mendesah sambil mengerlingkan matanya. Sungguh imut, namun sangat kontras dengan keadaan dirinya sekarang yang sedang dirantai kalung anjing.
“Oke sayangku…”
“Ih… kok panggil sayang sih Pa?” gerutu Elsa manja.
“Iya yah… sorry-sorry, oke anjing betinaku…”
“Hihihi, gitu dong Pa… anak gadismu ini siap jadi budak seksnya Papa. Mau diapaain aja terserah Papa. Guk-guk, waw waw, hihihi…” kata Elsa cekikikan.
Betapa gemasnya Pak Rahman melihat tingkah anak gadisnya ini. Dia lalu menarik dengan kasar rantai tersebut, hingga membuat Elsa tersungkur di lantai.
Tapi gilanya Elsa masih saja cekikikan dengan riangnya diperlakukan layaknya binatang oleh ayah kandungnya.
Pak Rahman langsung menggenjot anaknya, tidak di vagina, namun di anus anaknya karena Pak Rahman memang lebih suka mengentoti lubang anus anaknya yang sangat sempit itu.
Sambil menggenjot pantat anaknya, Pak Rahman juga menarik-narik kasar rantai itu, membuat kepala Elsa jadi terdongak-dongak ke atas karenanya. Meski sebenarnya terasa sakit di lehernya dan kadang hampir tercekik,
namun Elsa tetap berusaha tersenyum, karena dia juga memang suka diperlakukan kasar seperti ini. Hingga akhirnya Pak Rahman ejakulasi di dalam lubang pantat anak gadisnya itu.
Setelah mengumpulkan tenaganya kembali, Pak Rahman bersiap untuk ronde selanjutnya. Tapi kali ini mulut anak gadisnya yang akan digenjotnya.
“Bentar sayang…” kata Pak Rahman, ia lalu mengambil handycam dan sebuah baskom. Ia lalu meletakkan handycam itu di atas tripod dan menyalakannya.
“Pa… mau gituin Elsa lagi yah? Kali ini direkam yah Pa?”
“Iya, mau kan sayang?”
“Mau kok… kan udah Elsa bilang kalau Elsa boleh diapaain aja sama Papa” jawab anaknya itu dengan tersenyum manis.
“Oke, kamu udah makan yang banyak kan sayang?”
“Udah dong…”
“Bagus, kamu emang betina Papa yang paling pintar”
Pak Rahman lalu mulai menggenjot mulut anak gadisnya, menyetubuhinya dengan kasar hingga terdengar bunyi ‘plop’ karena gesekan mulut Elsa dan selangkangan Pak Rahman.
Sambil dikasari seperti itu, Elsa masih saja tetap berusaha tersenyum melirik bergantian ke arah kamera dan Papanya.
Pak Rahman lalu menghentikan goyangan pinggulnya, penisnya mentok di kerongkongan anaknya dan menahannya sekian lama di sana. Pak Rahman juga memencet hidung Elsa yang membuat Elsa tidak dapat bernafas sambil memegang erat kepala anaknya itu dalam-dalam ke selangkangannya.
Semakin lama terlihat Elsa semakin kepayahan menahan nafas, hingga akhirnya ia tak kuat lagi dan muntah.
Belum puas, Pak Rahman mengulanginya lagi berkali-kali. Mendeepthroath anaknya hingga anaknya itu memuntahkan segala apa yang dimakannya tadi,
semuanya dilakukan di depan kamera. Sekarang semua isi lambung anaknya telah berpindah ke dalam baskom.
“Wah, banyak amat sayang… Nah, sekarang kamu mainin muntah kamu” suruh Pak Rahman.
“Oce Pa…” jawab Elsa dengan riangnya. Dia lalu memainkan muntahnya sendiri bagai anak kecil yang sedang bermain air, mengobok-oboknya, mengusapnya ke tubuhnya, bahkan ia juga meminum kembali muntahnya itu dan memainkannya di mulutnya.
Tentu saja dengan tetap melirik dan tersenyum manis ke arah kamera yang merekam aksinya tersebut. Akhirnya seluruh muntah yang ada di baskom itu habis, separuh masuk kembali ke perutnya, separuhnya lagi berserakan di tubuhnya dan di lantai kamarnya.
“Iih… dasar Papa, suka banget liat Elsa main jorok-jorok begini, tapi gak papa kok…”
“Hehe, kamu sih cantik banget jadi anak Papa…” alangkah senangnya Elsa dipuji Papanya seperti itu.
“Hmm… Pa… kencingi Elsa dong…” pinta Elsa manja.
“Oke sayang…”
“Ih, Papa!! Masih aja panggil sayang sayang, panggil anjing kek, betina kek, lonte kek… hihihi”
“Dasar kamu… sini!! biar Papa kencingi kamu” kata Pak Rahman gemas sambil menarik kasar rantai kalung Elsa, membuat anak gadisnya itu lagi-lagi tersungkur ke lantai.
“Hihihi, siap Pa… yang banyak yah Pa, tumpahin semuanya ke badan Elsa, anak gadis Papa sekaligus betina Papa ini” kata Elsa dengan senyuman manisnya. Sungguh ganjil, seorang anak gadis remaja yang sangat cantik dan imut seperti dirinya meminta hal seperti itu pada Papanya.
Elsa yang menjadi primadona dan dikejar-kejar banyak cowok di sekolahnya, kini terlihat sangat murahan di hadapan Papanya.
Elsa lalu duduk bersimpuh sambil tersenyum manis di depan Papanya, dan seerrrr… Air kencing Pak Rahman tumpah ke badan anak gadisnya. Air kencingnya menyiram tubuh anak gadisnya dari rambut hingga ujung kaki.
Sekarang tubuh Elsa jadi berlumuran air kencing dan muntahnya sendiri. Sebuah pemandangan yang tidak dapat dibayangkan oleh orang-orang di luar sana.
“Hangat Pa.. makasih yah…” ujar Elsa manja lalu berpose-pose imut khas gadis abg di depan kamera yang dari tadi masih tetap merekam.
“Sama-sama betinaku…”
1004Please respect copyright.PENANATpRKDWiM7l
Setelah itu mereka lalu berbaring kelelahan di atas kasur dan tertidur.
Sampai sekarang, mereka berempat masih berhubungan incest liar gila-gilaan. Kadang hanya mamanya sendiri yang dikeroyok oleh suami dan anaknya Tono,
kadang Elsa yang dikeroyok Papanya dan kakaknya, tapi tidak jarang pula mereka bermain berempat. Mereka juga memutuskan untuk membuat sebuah keluarga incest.
Tidak peduli bahwa nanti anak hasil hubungan incest mereka akan mengalami cacat fisik, karena hal itulah yang
membuat mereka semakin bergairah. Mereka ingin membuat anak cacat sebanyak-banyaknya, bahkan berhubungan seks lagi dengan anak hasil hubungan incest mereka itu dan membuat lagi keturunan yang baru.
TAMAT
Tunggu Cerita Selanjutnya Dan Yang Berbeda......
ns 15.158.61.18da2