2 bulan berlalu setelah kejadian malam itu. Kami tetap menjalin hubungan gelap yang jelas tak diketahui Suryo. Tiap malam, ketika Suryo pergi untuk nongkrong, aku menyelinap masuk ke kontrakan Wulan. Apa lagi kalau bukan untuk menyusu sambil dikocok penisku oleh Wulan.
Kami sama-sama masih belum berani untuk melakukan penetrasi antar kelamin karena takut keburu Suryo pulang. Padahal Wulan sendiri mengatakan kalau ia juga sudah tak tahan waktu itu. Akhirnya sembari menyusu aku juga merangsang selangkangannya dengan jariku hingga ia orgasme.
Lalu di suatu malam. Saat pulang kerja aku melihat Wulan yang tengah bertelepon ria dengan seseorang dari kejauhan. Entah ia apa yang ia bicarakan dan bicara dengan siapa. Dan nampaknya topiknya cukup seru.
Aku tak ingin mengganggunya. Aku melewati dirinya dengan tujuan langsung ke kontrakanku. Tapi saat aku akan menuju ke kontrakanku, ia mencekal langsung mencekal lenganku. Seolah ada yang ingin ia bicarakan denganku.
"Nanti kutelepon lagi ya ... bye ... "
"Mas nanti sibuk ngga?" Tanyanya setelah menutup sambungan telpon itu.
"Ngga sih, kenapa emangnya?" Tanyaku balik.
"Nanti ke rumahku. Temenin aku,"
"Oh siap sayang. Tapi Aku mandi dulu ya."
"Oke sayang. Nanti langsung masuk aja. Pintu ngga aku kunci kok,"
Aku langsung masuk ke kontrakanku lalu mandi kilat karena sudah tak sabar ingin main ke kontrakan Wulan. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku pergi menuju ke kontrakan Wulan. Malam ini aku memakai kaos oblong hitam polos serta bawahan celana boxer.
'Tok...tok...tok...'
"Mbak... aku masuk ya?"
"Iya masuk aja. Nanti langsung kunci pintunya," sahutnya dari dalam. Aku pun masuk ke kontrakannya lalu mengunci kontrakannya seperti yang ia minta.
Begitu masuk, aku langsung disambut dengan harum semerbak aroma pengharum ruangan yang begitu segar. Terlihat anak Wulan tengah tidur nyenyak diatas ranjang. Telingaku menangkap suara guyuran air dari arah kamar mandi. Pertanda Wulan yang tengah mandi. Aku langsung duduk di tepi ranjang sembari menunggu Wulan selesai mandi.
Tak lama berselang, Wulan pun keluar dari kamar mandi hanya terbalut dengan handuk. Aroma sabun langsung tercium oleh hidungku ketika ia melewati diriku.
"Udah lama mas?" Tanyanya sambil mengeringkan rambutnya.
"Ooh ngga baru aja kok," jawabku.
Mataku tak berkedip sama sekali memandang tubuh sintalnya yang masih terlilit handuk. Kulitnya sawo matang yang mengkilap oleh air seolah menambah keindahan dari tubuhnya itu. Mungkin inilah yang dinamakan wanita berkulit eksotik. Sadar ditatap dari belakang olehku, ia pun berbalik lalu tersenyum padaku.
"Ya ampun mas. Biasa aja kali ngliatinnya," ucapnya.
"Eh ... mm ... maaf Mbak hehehe. Abisnya bagus banget," ucapku gugup.
"Halah gombal,"
"Beneran loh Mbak. Kamu ngga liat celanaku."
Aku menunjuk selangkanganku yang mencuat bak gunung karena penisku yang sudah tegang. Wulan hanya tersenyum geli melihat aku yang sudah begitu terangsang melihat dirinya yang hanya terbalut lilitan handuk.
"Mas pengen ya?"
Hanya dengan satu gerakan, lilitan handuk di tubuhnya itu terlepas. Menampakkan tubuh telanjangnya masih mengkilap oleh air sisa dari mandinya tadi. Aku hanya bisa melongo melihat tubuh sintal Wulan. Bak seorang model, Wulan berjalan pelan mendekatiku lalu melingkarkan kedua tangannya ke leherku.
"Malam ini aku milikmu Mas," bisiknya ke telingaku.
"Tapi Mbak, nanti kalo ketahuan Mas Suryo gimana?" Tanyaku gugup.
Eulan hanya tersenyum mendengar pertanyaaku. Ia pun bercerita kalau saat ini Suryo telah mendapatkan pekerjaan baru sebagai supir truk ekspedisi sebuah jasa pengiriman barang. Dan saat ini ia tengah bekerja dan baru kembali di hari Minggu.
Mendengar cerita Wulan, senyumku kian merekah. Saat itu pula aku langsung menarik tubuhnya agar duduk di pangkuanku. Kemudian aku memagut bibirnya dengan penuh nafsu. Wulan yang pada dasarnya sudah birahi, ikut membalas pagutan bibirku dengan tak kalah binalnya.
Aku mulai menurunkan bibir ke area lehernya. Hingga sampailah di area favoritku yaitu payudaranya. Tanpa babibu lagi, aku langsung menyedot putingnya yang sudah menegang itu.
'Slurrp...slurrp..slurrpp cup..cup.'
Aku begitu semangat sekali menyedot putingnya itu karena payudara Wulan mengeluarkan cairan susu. Tak hanya bibirku saja ysng bekerja. Tanganku juga ikut bergerilya menjelajah setiap bagian sensitifnya.
"Aaah...ssshh...maaass..." lenguhnya saat tanganku meremas payudaranya dengan lembut. Tak hanya dengan remasan, jariku ikut bermain dengan memilin dan memencet putingnya hingga keluar cairan susu dari putingnya.
"Mas... kita main dibawah aja ya. Nanti si kecil bangun," ucap Wulan sesaat setelah melepas ciumannya.
Aku membiarkan Wulan beranjak dari pangkuanku. Ia nampak mempersiapkan "arena bermain" kami nanti dengan menggelar sebuah kasur kecil. Sementara diriku, dengan buru-buru melepas seluruh pakaian yang menempel di tubuhku hingga telanjang bulat.
Kami kembali bercium namun kini lebih ganas dari sebelumnya. Aku langsung menindih tubuh Wulan. Bibirku terus saja membalas setiap pagutan Wulan. Kuarahkan bibirku ke bawah menyusuri leher hingga sampai ke bongkahan payudaranya.
"Uuuhh..maasss..geli maass..." desahnya saat bibir dan lidahku kembali mengerjai payudaranya secara bergantian. Bibirku kembali menyedot puting payudara Wulan, mengeluarkan cairan susu yang selama ini sering kuminum ketika Suryo tak berada di rumah.
Puas bermain dengan bongkahan susu Wulan, bibirku mulai kembali menjelajah tububmh Wulan. Dan kali ini sasaranku adalah selangkangan milik Wulan. Aku terus mendaratkan kecupa-kecupan ke perut dan pusarnya sembari melebarkan kedua kakinya.
Aku cukup terkesima dengan kemaluan Wulan yang nampak sempit. Bentuknya juga masih menarik dengan klitoris yang terlihat sedikit mencuat di puncaknya. Seutas bulu keriting tumbuh diatas kemaluannya itu. Cukup tebal tapi tak menutupi sebagian besar liang miliknya.
"Ooooh....sssshh...geeliiii maassss..."
Wulan langsung tersentak saat bibirku bersentuhan dengan labia mayoranya. Aku terus menerus mendaratkan beberapa kecupan serta sedikit mengeluarkan lidahku untuk merangsang kemaluan Wulan.
Lidahku mulai merasakan rasa asin campur gurih saat menyentuh liang peranakan Wulan. Pertanda sudsh terangsang hebat. Aku langsung mengerjai klitoris yang makin mencuat itu dengan lidahku. Kucucuk-cucuk serta kadang kuhisap dengan agak kuat bagian yang menyerupai biji kacang itu.
Aku tak ingin buru-buru melakukan penetrasi. Aku ingin menikmati permainan ini karena malam ini tak akan ada yang menggangguku. Bahkan Suryo sekalipun.
Entah apa yang dirasakan Wulan saat lidahku mengerjai klitorisnya karena ia hanya menggigit bibir bawahnya saja. Tapi yang jelas seperti ia amat keenakan. Buktinya ia sampai memejamkan matanya sambil meliuk-liukkan pinggangnya bak cacing kepanasan.
Tak berapa lama, Wulan menarik kepalaku masuk lebih dalam ke selangkangannya. Pahanya juga mengapit leherku begitu kuat hingga membuatkuhampir tak bisa bernafas. Aku tahu kalau Wulan akan mendapat orgasme pertama. Aku pun makin gencar merangsang klitoris serta lubang kencingnya itu agar ia cepat-cepat mencapai titik kenikmatan yang sesungguhnya.
"Maaass...aku..udaaaah ngga tahaan mas...aku kelluaaarrrr...aaaaakkhhh..."
'Seeer...seeerr..sseerrr..'
Wulan seperti orang yang kejang. Tubuhnya gemetaran. Sementara tangan terus menahan kepalaku agar terbenam di selangkangannya. Bibirku serasa disiram oleh cairan hangat. Wulan mendapatkan orgasme pertamanya hanya dari rangsangan oral.
Cairan kewanitaannya yang keluar begitu banyak, langsung kusesap habis tak bersisa. Rasanya yang hampir sama dengan cairan pelumas alaminya tadi.
Sesaat setelah badai orgasme yang melanda dirinya mereda, jepitan pahanya mulai mengendur. Ia juga melepaskan tangannya dari kepalaku. Matanya terpejam diiringi dengan nafas yang terengah-engah bak seorang pelari maraton
"Gimama sayang? Enak?" Tanyaku pada Wulan.
Ia mengangguk pelan lalu berucap lirih. "Enak banget mas. Aku belum pernah ngerasain kayak gini."
"Ya udah. Mau dimasukin ngga?"
"Iya sayang. Ayo. Memekku udah ngga tahan pengen digaruk pake kontolmu," racaunya tak karuan.
Tanpa pikir panjang lagi, aku duduk diantara selangkangannya dan mengerahkan batang kebanggaanku tepat di depan liang senggama miliknya. Sedikit demi sedikit aku mulai mendorong pinggulku hingga kepala penisku mulai tenggelam Saat kepala penisku hampir masuk semuanya, aku langsung disambut dengan denyutan-denyutan manja yang membuat penisku jadi makin sensitif.
Ketika kepala penisku mulai masuk seluruhnya, kini aku melanjutkan dengan mendorong penisku sedikit demi sedikit agar amblas seluruhnya.
"Adududuh....sakit mas..pelan-pelan jangan terlalu dipaksain," ucapnya menahan tubuhnya agar tak lagi mendorong pinggulnya.
Meski ia menaham tubuhku aku tetap mendorong pinggulku agar penisku masuk. Wulan berulang kali mengaduh setiap kali aku menjejalkan penisku ke kemaluannya. Karena makun tak tahan aku langsung mendorong pinggulku dengan satu hentakan kencang.
Hingga akhirnya...
'BLESSS...'
"AAAUUHH MAAASS.... SAKIITTT MAAASS...MASUK SEMUAAA MAAASSS..." racau dan rintih Wulan bersamaan saat penisku berhasil menyeruak masuk seluruhnya.
Denyutan-denyutan itu makin terasa sekali seolah penisku dipijat dan diperah di dalam sana. Meski sudah amblas seluruhnya, aku sengaja tak menggerakkan pinggulku terlebih dahulu agar Wulan bisa beradaptasi dengan penis baru yang menjamah dirinya. Selain itu aku juga masih ingin menikmati denyutan otot vaginanya karena sudah lama aku tak merasakan sensasi ini semenjak bercerai dengan istriku.
Tak butuh waktu lama untuk denyutan vagina di dalam sana mereda. Aku mulai mengayunkan pinggulku dengan ritme perlahan. Saat dorongan dan tarikan pertama serasa peret sekali. Seolah ada yang menahan penisku di dalam sana.
"Mbak kok keset banget rasanya?" Tanyaku sembari terus mengayunkan pinggulku.
"Iyakah mas? Berarti jamu sirihku manjur," jawabnya sambil terkikik.
Pantas pikirku. Setahuku ramuan sirih memang manjur untuk membersihkan bagian dalam vagina seusai datang bulan karena istriku dulu sering memakainya. Selain itu, ramuan itu juga berfungsi sebagai sari rapet.
Dalam posisi konvensional (missionaris) seperti ini penetrasi penisku ke liang senggama Wulan sangat mentok sekali hingga menyentuh mulut rahimnya. Aku juga menaikkan tempo ayunan pinggulku seiring dengan deras cairan pelumas alami Wulan yang mengalir dari liang surgawi miliknya.
Dengan naiknya tempo ayunan pinggulku serta leluasanya penisku keluar masuk, membuat suara khas yang ada di persetubuhan jadi tak terelakkan.
'Plok..plok..plok..'
"Sodok teruss sayaaang... enak banget punyaamuu... memekku penuh banget sayaaang...mentokinn..." racau Wulan yang makin tak karuan.
10 menit digarap dalam posisi seperti ini rupanya membuat Wulan tak tahan untuk ikut menggerakkan pinggulnya. Awalnya pinggulnya bergerak seirama dengan ayunan pinggulku. Namun lama kelamaan goyangannya itu jadi tak karuan.
kalau Wulan akan mendapat orgasme untuk kedua kalinya.
Dan benar saja. Ia pun menarikku lalu memelukku dengan begitu erat. Sementara kedua kakinya melingkari pinggangku dan mendorong pinggulku agar lebih penisku lebih mentok lagi ke dalam liang surgawinya.
"Cepetin maaass...aku udaaah ngga taahaan pengen keluarr lagiii..."
Kuturuti saja permintaannya. Kupercepat ayunan pinggulku mengaduk liang yang jadi jalan bayi itu. Suara benturan antar kelamin kami jelas tak terelakkan dan memenuhi seisi kamar. Desahan, rintihan dan erangan tak hentinya keluar dari bibir kami.
Wulan makin mengeratkan pelukannya sampai kukunya melukai kulit punggungku. Rasa sakit dicakar oleh Wulan itu membuatku makin brutal menggenjot dirinya hingga membuat Wulan meracau tak karuan.
"Masss aku sampee mass....maaassss aaaaakkkkhh...."
'Seeer...seeerr..seerr...'
Untuk kedua kalinya penisku disiram oleh cairan cinta milik Wulan yang hangat di dalam sana. Wulan sampai terkulai lemas setelah mendapat orgasme untuk kedua kalinya. Pelukannya serta kakinya yang melingkar di pinggangku juga mengendur.
Meski Wulan sudah tak berdaya seperti itu, aku masih saja menyodok liang surgawinya yang becek oleh sisa cairan cintanya. Suara kecipak di bawah sana membuat birahiku makin memuncak. Tak butuh waktu lama, desakan-desakan ejakulasi mulai terasa di ujung penisku. Aku semakin mempercepat lagi ayunan pinggulku.
"Mbaak...aku mau keluaarr...buang mana mbaak?"
"Buaaanng dalam aja maaas....aku lagi ngga masa subuurr.."
3 menit menggenjot vagina Wulan dengan ritme yang cepat, membuat desakan ejakulasiku makin terasa kuat. Hingga tak lama berselang, aku menancapkan penisku dalam-dalam diiringi desahan panjang keluar dari bibirku.
"Aaaaah aku keeluuaarr mbaaakk..."
"Iyaaa maaasss buang pejumuuu...."
'Crot..crot..crot...'
Bulu kudukku meremang diiringi dengan gemetar di sekujur tubuhku saat penisku memuntahkan lahar panasnya, membanjiri rahim Wulan. Aku seketika langsung ambruk diatas tubuh Wulan dengan nafas yang sama-sama terengah. Keringat yang mengucur deras juga membasahi tubuh kami.
Setelah kesadaran dan tenagaku sedikut terkumpul, aku mencabut penisku yang mulai menciut lalu mengambrukkan diri di samping Wulan. Cukup banyak cairan sperma yang dimuntahkan penisku sampai-sampai sebagian meluber keluar.
Wulan langsung bangkit sesaat setelah aku mengambrukkan diri di sampingnya. Ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa sperma yang meluber.
Tak selang lama, Wulan keluar dari kamar mandi. Lalu kemudian, ia ikut berbaring disampingku yang masih lemas demgan penis yang loyo. Wulan tidur dengan kepala diatas dadaku. Reflek aku membelai rambutnya yang panjang dan berwarna semu coklat itu.
"Kamu puas sayang?" Tanyaku ke Wulan.
"Puas banget aku mas. Apalagi ini nih," jawabnya sambil memainkan penisku "bikin aku keluar 2 kali."
"Emang sama Mas Suryo ngga puas?"
"Jangankan puas Mas. Mentok aja nggak. Punyanya dia cuman setengah dari punyamu Mas."
"Oh ya?"
"Iya mas udah kecil mana ngga tahan lagi. Masak aku belum sampe, dia udah keluar duluan. Mana kalo udah keluar duluan, ngga tanggung jawab malah ditinggal tidur."
Aku tergelak mendengar penjelasan polos dari Wulan. Melihat bodi sintal telanjang Wulan membuat penisku perlahan tegang kembalim dan Wulan sampai terkejut melihat penisku yang mulai menegang itu.
"Ya ampun mas. Ngaceng lagi?"
Aku tertawa cengngesan. "Ya mau gimana lagi. Wong ada cewek seksi telanjang pula di depanku gimana ngga ngaceng coba."
"Mau lagi?"
"Hayuk.."
-Bersambung-
ns 15.158.61.5da2