#1
Namanya Nabila
2992Please respect copyright.PENANAbHhhJ8C1Os
Kedua bola MataFarizatau yang akrab disapa Gus Fariz terus memandang Nabila yang sedang membereskan meja di ruang tamu. Nabila mengambil gelas yang kotor satu per satu dan menaruhnya di atas nampan hitam, untuk dibawa ke dapur dan dicuci.
“Ini kopi saya, jangan dibereskan dulu,” kata Fariz sambil menunjuk cangkir kopi miliknya. Lalu lanjut menghisap sebatang rokok Dji Sam Soe.
“Iya gus,” ucap Nabila dengan santun, sambil menunduk. Kemudian terus membersihkan meja setelah kedatangan sejumlah tamu Fariz.
Meski sudah beristri, Fariz diam-diam tertarik pada Nabila yang merupakan santriwatinya sendiri di pondok pesantren yang didirikan ayah Fariz, Kyai Hassan.
Padahal gadis berusia 16 tahun itu memakai cadar, tapi kecantikannya masih terpancar. Fariz terpesona dengan sorot mata Nabila yang tajam, alis yang tebal, dan bulu mata yang lentik.
Sudah seminggu ini, Nabila disuruh bantu-bantu di kediaman Fariz, terutama jika ada tamu datang.
Istri Fariz, Hana atau yang akrab disapa Ning Hana menyuruh sejumlah santriwati untuk membantu di kediamannya. Termasuk Nabila.
Khusus Nabila, ia lebih sering disuruh untuk mengantar minuman dan suguhan bagi tamu yang datang. Kadang juga ikut mencuci gelas dan piring kotor.
Rumah Fariz dan Kyai Hassan masih dalam satu area di pondok pesantren itu. Berdekatan dengan asrama santriwati.
Fariz berusia 35 tahun. Sedangkan Hana berusia 32 tahun. Mereka nikah muda dan kini sudah dikaruniai 3 orang anak.
Pondok pesantren yang didirikan Kyai Hassan berada di daerah Jawa Tengah. Meski terbilang masih muda, Fariz sudah dipercaya menjadi pengasuh dan mengurus pondok tersebut.
Pesantren ini cukup dikenal luas, yang mondok di sana juga banyak dari luar daerah. Tak hanya Jawa Tengah, juga dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan daerah dari provinsi lainnya.
Pesantren ini mengajarkan pendidikan agama dan umum. Sudah ada sekolah yang didirikan. Mulai dari MI, MTS, dan MA. Rencananya akan mendirikan perguruan tinggi pada tahun depan. Jadi, pagi sampai siang para santri bersekolah.
Di pesantren, tersedia asrama putra dan putri yang cukup bagus. Karena biaya mondok di sini tidak murah. Tetapi ada keringanan bagi santri dari keluarga tidak mampu. Bahkan pihak pesantren menggratiskan sejumlah santri dari keluarga yang benar-benar miskin, tapi punya prestasi yang bagus, baik prestasi di bidang agama atau umum.
Nabila sendiri adalah santriwati dari Jawa Barat. Ibunya orang Sunda asli, sementara ayahnya keturunan Arab. Nabila dari keluarga yang berada serta kental soal agama.
Ayah Nabila ingin anaknya memperdalam ilmu agama di pesantren. Nabila mulai mondok sejak masuk SMA atau MA. Sudah setahun dia mondok, kini sudah kelas 2 MA.
Di pesantren ini, selain Nabila, ada sejumlah santriwati lainnya yang juga memakai cadar. Pihak pesantren tak melarangnya.
Nabila memang sejak kecil diajarkan untuk memakai cadar. Sama dengan ibu dan saudara perempuannya.
Nabila dikenal sebagai santriwati pendiam dan cerdas. Baik ilmu agama maupun umum, ia sama-sama sangat menguasai. Nabila selalu mendapatkan nilai bagus di atas rata-rata teman-temannya.
Nah, sejak Nabila disuruh bantu-bantu di rumah Fariz, entah kenapa Fariz muncul rasa pada santriwatinya itu. Ia juga penasaran dengan wajah Nabila di balik cadarnya. Karena meski memakai cadar, dia sudah terlihat sangat cantik.
Nabila selalu memakai gamis. Kecuali saat sekolah. Tapi tetap bercadar.
Setelah selesai bantu-bantu di rumah Fariz, santriwati bisa kembali ke asrama atau mengikuti kegiatan pondok.
Hana sangat selektif menunjuk santriwati untuk membantunya. Ia cari santriwati yang sangat rajin dan jujur.
Tapi Hana punya alasan tersendiri kenapa memilih Nabila. Hana melihat Nabila adalah santriwati yang punya penampilan menarik, ditambah dengan cadarnya. Sehingga cocok untuk menemui para tamu yang datang, mengantarkan minuman dan suguhan.
Nabila mempunyai tinggi di atas rata-rata remaja perempuan seumurannya. Tingginya sudah sekitar 156 sentimeter. Hampir sama dengan Ning Hana. Tubuh Nabila kurus langsing, dengan berat tak sampai 50 kilogram. ***
2992Please respect copyright.PENANAJtT1hhE9qQ