#2
Melihat Wajahnya
1757Please respect copyright.PENANAD8zB0pxRIY
Fariz adalah sosok gus muda kharismatik. Kulit dan wajahnya cerah, dengan brewok tipis. Tingginya hampir 170 sentimeter. Tubuhnya cukup atletis, karena Fariz hobi berolahraga.
Fariz lulusan salahsatu pondok pesantren terbaik di Jawa Timur. Ia terbilang menguasai banyak soal ilmu agama maupun umum. Mangkanya ayahnya, langsung mempercayakan pesantrennya ke Fariz.
Benar saja, hanya dalam beberapa tahun saja, Fariz sudah bisa mengembangkan pondok itu. Dari pondok kecil dan biasa saja, menjadi pondok yang dikenal luas dan banyak diminati.
Dia belajar banyak soal manajemen pengelolaan pondok pesantren di tempatnya dulu mondok. Itu yang kemudian akan diterapkan di pesantren milik ayahnya.
Namun sayangnya, Fariz punya satu kelemahan, ia tidak bisa mengendalikan syahwatnya pada perempuan. Ia mudah jatuh cinta pada perempuan. Bahkan meski sudah menikah, syahwat pada perempuan lain sulit dibendungnya.
1757Please respect copyright.PENANA8OKGPuK0DY
***
1757Please respect copyright.PENANAqvrDcqPEGD
“Pyarrrrrr……..”
Fariz mendengar suara piring pecah disusul suara keributan di belakang. Suara itu terdengar dari dapur. Ia segera menuju ke sumber suara itu.
Terlihat dapur sedikit berantakan. Pecahan piring dan gelas berserakan. Ditambah air yang menggenang di lantai dapur. Kemudian air dari kran terus mengalir.
“Ada apa mi?” tanya Fariz ke istrinya.
“Ini kran tempat cuci piring jebol, lalu Nabila kaget sehingga terlempar piringnya,” jawab Hana.
Baju yang dipakai Nabila jadi basah, termasuk cadarnya.
“Sana segera masuk, biar saya panggil Mas Imron atau Mas Munir untuk membetulkan,” ucap Fariz.
Fariz segera memanggil Imron dan Munir, dua orang yang kepercayaan Fariz. Keduanya banyak membantu Fariz di pesantren. Bisa menjadi sopir juga untuk mengantar Fariz.
Imron kemudian membetulkan kran yang jebol dan membersihkan dapur yang berantakan.
Fariz kemudian kembali ke dalam, lalu ia tak sengaja melihat Nabila di kamarnya bersama istrinya. Nabila tidak memakai kerudung dan cadar.
“Pakai kerudung saya dulu ya? Kerudungmu basah kuyup,” Hana menawarkan kerudungnya pada Nabila.
“Atau saya panggilkan anak-anak untuk ngambil kerudung, baju dan cadarmu?”
“Tidak usah ning, ngerepotin ning nanti. Biar saya pinjam punya ning aja,” jawab Nabila.
Fariz sekilas melihat wajah Nabila. Ya, dia benar-benar cantik, sesuai yang dia bayangkan. Bibirnya merah dan tipis. Wajahnya kearab-araban. Dagunya sedikit lancip. Kemudian rambutnya lurus dan lumayan panjang.
Fariz tambah terpesona dengan Nabila. Ia segera menjauh dari kamarnya, takut istrinya tahu.
Tak lama berselang, Nabila memakai kerudung istrinya, lalu menggunakan ujung kerudung itu untuk menutupi setengah wajahnya. Jadi dia tetap terlihat bercadar.
Setelah itu, Nabila kembali ke asrama dengan gamisnya setengah basah. ***
1757Please respect copyright.PENANATcAHzNPOrJ