Chapter II -THE QUEST-519Please respect copyright.PENANAh1ZKw8NpwS
Dengan sebuah petunjuk secarik kertas dan ucapan An akan seseorang yang mungkin mengetahui tempat yang tertera di kertas tersebut kami pun akhirnya sampai di apartemen. Pu yang mulai merasa baikan dari lelahnya ia mulai terbang kesana kemari dan hinggap di atas meja kemudian ia sedikit berjalan ke arah tempat air untuk minum. Igo dan Cii berjalan menghampiri An yang mulai duduk di tempat aku tidur sebelumnya dan begitu juga dengan diriku yang mulai membawa kertas petunjuk satu-satunya.
"An apa kau benar-benar yakin dia tau tempat itu?" deruku sambil menatap wajah An
"ya.... Aku yakin dia pasti tau " Saut An dengan wajah yang sangat meyakinkan
"memang siapa dia..?" Cii dengan suara yang kecil bertanya
"ya siapa dia?" Begitu juga dengan igo yang mulai penasaran apa yang di katakan An sebelumnya.
Kami memang sangat penasaaran apa yang di katakan An tentang seseorang yang mungkin mengetahui tempat yang berada di kertas tersebut.
"Seseorang yang cukup tua dan tau akan segalanya.." Saut An sambil menatap kami
"seseorang yang cukup tua dan tau segalanya.. tunggu..tunggu jangan bilang dia itu Blacky si garong yang ada di pinggir toko roti yang telah kami lewati sebelumnya..?' Saut Pu yang mulai menghampiri kami berempat.
"Haaaaahh... siapa itu aku tidak mengenalnya..?" saut An dengan ekspresi datar.
"Ahhh... mungkin dia Kus si tukang gali tanah...!" igo mulai menjawab dengan nada meyakinkan.
"bukan...!" An menjawab
"Kalau begitu Puss si pemarah...?"
"Ahh.. aku mengenalnya dia suka marah-marah tanpa sebab!" Cii memotong pembicaraan
"bukan...!!"
"kalo begitu Man si penggangu..?"
"Fis si ikan...?" Pu mulai menjawab dengan rasa yakin
"But si pemakan waffer..? Gerutuku
"Atau Cak si cicak..?"
"Apa yang kau katakan Mii... aku yakin itu si Fis " saut Pu
"Kalian salah... yang benar Toto si Tokek.." Igo mulai menjawab dengan nada meyakinkan
"Haahh dengar yah.. aku yakin dia Kus si tukang tidur karna dia sangat tua dan aku mengenalnya.." Saut Cii sambil menatap kami.
"Tidak..tidak.. aku yakin itu But si pemakan waffer..!"
Keadaan mulai kembali kacau tanpa sebab. Kami memang sangat penasaran apa yang di katakan An sebelumnya tentang seseorang yang mengetahui tempat yang di tunjukan di kertas itu.
"Bukan..bukan...!! kalian ini apa-apaan sih kenapa jadi seperti tebak-tebakan.. dan siapa juga itu But si pemakan waffer.. aku benar-benar tidak tau apa yang kalian katakan kecuali si tuan pemarah Puss!" An yang mulai pusing dengan jawaban asal-asalan kami mulai menatap kami dengan tatapan seriusnya.
"kalau begitu cepat katakan An jangan membuat kami semakin penasaran..." Igo menyaut dengan nada keras.
"baiklah teman-teman akanku katakan siapa dia..... dia adalah Kuya kura-kura tua yang tinggal di beberapa blok di tempat ini..."
"Haah.. siapa dia apa kau mengenalnya Pu ?" seruku sambil menatap Pu
"Tidak.. aku tidak mengenalnya... bagaimana dengan kalian apa kau mengenalnya.."
"Tidak..!" Cii dan Igo bersama-sama menjawab dengan nada tegas.
"Dengar yah mungkin dia agak sedikit aneh tapi aku mengenal dia dan aku yakin dia tau tempat itu.."
"Baiklah An ... kita langsung ketempat Kuya " seruku kepada An.
Aku benar-benar tidak sabar ingin bertemu Kuya karna ini satu-satunya petunjuk yang mungkin dapat menemukan cincin Sasha yang terjatuh di atap mobil.
"Baiklah teman-teman ayo kita pergi.."
"tunggu sebentar An... Hey Pu bolehkah aku mengambil sedikit makanan di sini.. ?"
"Silahkan..ambil sesukamu Cii.." Seru Pu sambil menunjukan tempat makanan di atas meja
"Horeeee...."
Wajah Cii mulai gembira dengan perkataan Pu dan mulai mengambil beberapa makanan di atas meja.
Cii memang tukang makan tapi dia sangat baik aku sangat senang berteman dengannya.
Kamipun mulai keluar dari apartemen dan mulai ketempat Kuya. Mulai turun dan berjalan di atas anak tangga. Meskipun agak menyebalkan karna kita berada di lantai 2 tapi aku benar-benar ingin bertemu dengan Kuya secepatnya. Di perjalanan kami membahas kembali apa yang An katakan sebelumnya walaupun aku benar-benar tidak mengenalnya tapi aku yakin ia bisa membantu kami. Cii mulai memakan sebagian makanan kecil yang kami bawa dan terkadang Igo pun meminta sedikit walaupun perjalanan ini panjang tapi aku cukup menikmatinya dan aku yakin merekapun merasakan apa yangku rasakan.
Kamipun berjalan cukup jauh dan pada akhirnya kita sampai di sebuah rumah yang cukup besar dindingnya berwarna biru seperti langit dan terdapat bunga-bunga di halaman rumah tersebut. Dari kejauhan rumah tersebut sangat bagus menurutku dan sangat berwarna seakan rumah tersebut di huni oleh orang-orang yang menyenangkan.
"Baiklah teman teman kita sampai..!" An mulai berhenti dan memandang kami.
"Ayo kita masuk.."
Kamipun berjalan masuk kedalam rumah tersebut. Di sana terdapat barang-barang yang cukup bagus dan sangat berbeda dengan barang-barang yang berada di apartemen. An mulai masuk kedalam ruangan langkah kakinya yang cepat seakan ia pernah tinggal di sini. Aku melihat sesosok besar dan bercangkang sambil melihat ke arah kami. Dengan tubuhnya yang cukup besar itu aku yakin siapapun akan mengenalinya walaupun sesaat.
"Kakek Kuya apa kabar.... Apa kau sehat-sehat saja?" An mulai menghampiri si kakek Kuya itu dengan raut wajah gembira.
"Siapa yang kau bilang kakek.. dasar kau anjing bodoh.. aku ini masih muda.. apa kau mau aku pukul lagi..
hahh.... Terserah kau sajalah.. aku lelah jika berdebat dengan mu.." seru kakek Kuya dengan nada kesal dan pasrah.
Aku benar-benar tidak yakin dengan perkataan kakek Kuya tentang muda atau tidaknya ia. Tapi aku yakin An berkata benar ia seperti kakek-kakek tua walaupun aku harus melihat fakta bahwa dia benar-benar besar untuk seukuran kura-kura.
"Hahaha.. santai kek.. aku kesini ada perlu dengan mu.."
"siapa mereka..?" Kakek Kuya mulai melihat ke arah kami berempat.
"mereka teman-temanku .. akan kuperkenalkan mereka" seru An
"itu Mii yang dekat dengan pintu,kemudian ini Cii,Igo dan ini Pu.."
"Kamu apa kau benar-benar burung kenari ? kenapa kau putih semua... ?" kakek kuya mulai melihat ke arah Pu sambil menunjuk ke arahnya
"Ya aku Pu aku memang putih tapi aku menyukai aku apa adanya.." saut Pu dengan nada tegas seakan ia tidak mempedulikan apapun. Sejujurnya aku cukup kaget dengan jawaban Pu tapi aku tidak yakin apakah pernah terjadi sesuatu di masa lalunya tapi aku menghargainya meskipun dia agak cerewet dan selalu jail kepadaku tapi dia adalah temanku dan ia sama denganku yakni menyukai majikan kami yakni Sasha.
"Ohhhh.... Baiklah !" Seru kakek Kuya dengan raut muka lega dengan jawaban Pu.
"Kakek kuya.. bisakah kau membantu kami... bisakah kau melihat kertas ini dan gambar apa ini.." deruku sambil berjalan ke arah kakek Kuya
"Haahh... Kakek..? Apa-apan kau ini.... gara-gara kau An dasar anjing bodoh... kucing ini memangilku kakek.. Huhh..terserahlah.." seru Kakek Kuya dengan nada kesal
"Maaf... tapi bisakah kau melihat kertas ini sebentar..?" Deruku dengan ekspresi menyesal.
"Baiklah..baiklah... kau kucing penakut... kalian bebas mau berkata apa kepadaku..!"
Kakek Kuya seakan tidak peduli lagi dengan sebutan kakek. Aku rasa dia sangat baik meskipun kata-katanya agak kasar. Dan akupun yakin An pun tau bahwa kakek Kuya ini tidak akan marah besar kepada kami mungkin karna ia tau kakek Kuya sebelumnya.
"Baiklah biar aku lihat kertas itu... bawa kemari"
Kakek Kuya mulai melihat kertas tersebut. Matanya mulai melihat-lihat gambar yang ada di kertas tersebut seakan dia tau detail-detail di dalamnya.
"Hmmm..."
"Hmmm....Hmmmm.."
"Aku tau apa tempat yang berada di gambar ini..!" dengan nada pasti dan meyakinkan kakek Kuya dengan menatap kami berlima.
"Sungguh...?" seru Pu dengan senang
"Ya... Aku tau!"
"Syukurlah.. bisa kau katakan itu dimana..?" gerutuku kepada kakek Kuya
"tunggu kucing kecil... aku akan mengatakannya jika kau mengambilkan sesuatu.... Aku benar-benar jadi merasa lapar akibat melihat mahluk berbulu kecil imut di sana sambil makan.."
"Hahh... maksudmu aku..?" Seru Cii dengan dengan penuh tanda tanya.
"Ya... kau... !" saut kakek Kuya dengan menatap Cii
"Ehhhhhhhhh..... Kenapa dengan ku...?" Cii nampak binggung
Aku tau apa yang di maksud dengan kakek Kuya itu. Aku rasa dia mulai merasa lapar akibat melihat Cii makan, meskipun itu makanan kecil yang Cii bawa dari apartemen.
"Baiklah kek.. apa yang kamu inginkan ?" seru An
"bawakan aku sebuah Popcorn rasa keju di supermarket yang berjarak 2 blok dari sini..!" Seru kakek Kuya
"Popcorn...??" gerutu Pu
"hahh.. maksudmu makanan manusia yang terbuat dari jagung itu.." Igo menjawab dengan nada yakin bahwa makanan itu buatan manusia.
"Ya..itu..!" seru kakek Kuya
Aku tidak tau apa itu Popcorn tapi nampaknya igo yakin tau makanan itu. Kamipun memutuskan apa yang kami percayai dan apa yang kami harus lakukan untuk mendapat jawaban kakek Kuya secepatnya.
"Baiklah kek.. kami akan mengambilnya.. dan setelah itu berikan jawabanmu atas apa yang ada di kertas itu.." Saut pu
"Ok kita sepakat... jangan lupakan itu Popcorn rasa keju yang di supermarket bernama Paseo dan hati-hati dengan Tupai yang berada di pohon dekat Supermarket itu.." Seru kakek Kuya dengan nada gembira.
Kamipun mulai keluar dari rumah tersebut dan mulai menuju Supermarket bernama Paseo. An memimpin perjalanan kami dia tau tempat itu karna sebelumnya ia pernah jalan-jalan bersama majikannya dan melewati Supermarket tersebut. Meskipun aku tidak yakin dengan kata Tupai yang kakek Kuya sebutkan sebelumnya, meskipun begitu kami mulai tidak mempedulikan kalimat Tupai tersebut. Walau bagaimanapun Kami harus membawa Popcorn tersebut karna itu satu-satunya harapan kami tentang jawaban kakek Kuya nantinya.
ns 15.158.61.6da2