Saat kelas 2 SMP, kelas di sekolahku di acak, aku sekelas dengan perempuan yang membuatku terpukau, namanya Sinta. Tingginya hanya sekitar 140-an cm, namun bokong dan payudaranya sangat montok, namun tidak berlebihan seperti tante-tante, kulitnya tidak terlalu putih. Aku mencoba mendekatinya, aku sering mengerjakan tugas bersama di kelas. Jelas dia mau, karena aku termasuk cukup pintar di bidang matematika.
Pernah suatu waktu setelah pelajaran olahraga, saat itu jam pelajaran matematika. Guru matematika saat itu tidak bisa hadir, jadi ia hanya menyuruh mengerjakan soal dan nanti dikumpulkan. Karena tidak ada yang mengawasi kelas, maka seisi kelas pun melakukan hal yang biasa dilakukan ketika tidak ada guru. Seperti pergi ke kantin, bersembunyi di toilet, atau yang paling parah adalah meloncat pagar untuk bersembunyi di luar sekolah. Mereka tinggal menyalin jawaban murid lain nantinya. Sedangkan aku, aku memilih untuk tetap di kelas dan mengerjakan tugasku. Di kelas ini hanya tersisa beberapa murid saja, salah satunya adalah Sinta.
Saat itu Sinta masih menggunakan seragam olahraganya, ia melepas hijabnya karena katanya gerah. Oh ya siswi muslim diwajibkan memakai hijab di sekolah ini, namun karena tidak ada pengawasan maka Sinta bisa melepaskan hijabnya. Rupanya ia tidak mengenakan bra di dalam bajunya. Hal ini ku ketahui karena kedua putingnya tercetak di bajunya. Melihat itu Aku pun menjadi terangsang. Apalagi ketika ia menunduk untuk melihat tugasku, aku bisa melihat belahan payudaranya, walau tidak sampai putingnya juga, tapi itu cukup membuatku terangsang parah.
Kami mengerjakan tugas di lantai dengan alas buku tebal yang kami pangku. Setelah beberapa kali mencuri pandang ke arah payudaranya yang besar, sepertinya ia menyadari apa yang aku lakukan, bukannya marah ia malah berkata "lu suka lihat susu ya? Santai aja kali lihat punyaku, aku ga masalah kok" padaku.
"Ah serius nih? Lu ga risih?" Ucapku memastikan bahwa ia serius atau tidak.
"Biasa aja, udah sering malah" jawab Sinta.
"Udah sering? Maksudnya gimana?" Tanyaku memastikan.
"Iya udah sering dilihat ayah aku, sering diisep, diremes juga. Bahkan adik aku juga. Makanya susu aku lumayan gede, kan?" Jawab Sinta. Perkataannya membuatku makin terangsang membayangkan Sinta dan adiknya disetubuhi ayahnya sendiri.
Belum sempat aku menjawab, ia melanjutkan "nih puas-puasin deh, terserah mau diapain. Tapi jangan berisik biar yang lain ga denger" sembari mengangkat kaosnya sehingga payudaranya terlihat jelas. Tanpa berlama-lama aku langsung menghisap putingnya bergantian, sambil puting lainnya kumainkan dengan jariku. Putingnya yang berwarna coklat gelap itu kurasakan makin mengeras.
Beberapa menit kemudian, bel pergantian jam berbunyi, menandakan bahwa kami harus segera berganti pakaian. Aku mengajaknya berganti di sebuah gudang. Gudang ini terisi barang-barang yang sudah rusak, aku langsung mengajaknya ke pojok yang tidak terlihat dari luar, disitu aku melepas seluruh pakaianku dan pakaiannya. Rupanya ia ingin di doggy, aku langsung menurutinya. Kami ingin cepat selesai, karena guru pasti sedang menuju kelas kami. Aku menggenjotnya dari belakang dengan cepat sambil meremasi kedua payudaranya. Tidak lama kemudian ia squirt, lalu aku menyuruhnya untuk mengoral penisku. Aku pun mengeluarkan sperma di dalam mulutnya tak lama kemudian. Kami segera berpakaian dan menuju kelas. Untung saja guru belum datang. Sinta mengajakku ke rumahnya saat pulang sekolah, kebetulan hanya ada dia dan adiknya saja.
Sepulang sekolah sekitar pukul 1 atau setengah 2, aku pergi ke rumahnya. Jaraknya sekitar 5km dari sekolah. Sesampainya di sana, ia berganti pakaian dengan mengenakan tank top tanpa dalaman dan celana yang sangat pendek. Kemudian adiknya, ia baru kelas 6 SD. Kulitnya putih dan tubuhnya lebih pendek dari kakaknya. Payudaranya cukup besar untuk anak seusianya. Wajahnya lebih cantik daripada kakaknya. Ia masih mengenakan seragam olahraga sekolahnya, ia tidak mengenakan dalaman di balik kaos olahraganya. Namanya Vika. Sinta langsung menawari adiknya untuk disetubuhi olehku.
"Dek, kamu pingin ngewe sama mas Rafit ga? Kontolnya keras banget lho" ucapnya kepada adiknya.
"Wah beneran nih?" Ucap adiknya.
"Iya boleh aja, tapi jangan bilang siapa-siapa" jawab Sinta.
"Okeee" jawab adiknya.
Adiknya langsung melepas bajunya. Disitu terlihat putingnya berwarna merah muda dengan payudara sebesar buah apel yang agak besar. Aku langsung menyantap payudaranya. Rupanya celanaku sudah dilucuti dan penisku sedang dimainkan oleh Sinta. Tak lama kemudian, Vika melepaskan celananya, permainanku pun berpindah ke arah selangkangannya. Aku mainkan biji kelentitnya dengan lidahku. Setelah vaginanya becek, barulah aku mengarahkan batangku ke rahimnya. Tidak perlu waktu lama untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Sinta membantu merangsang adiknya dengan memelintir putingnya sampai adiknya bergerak kesana-kemari, rupanya bagian sensitif adiknya berada pada puting kirinya, terutama saat dipelintir. 5 menit kemudian Vika mengalami orgasme setelah putingnya dimainkan oleh kakaknya dan kelentitnya kumainkan dengan jari. Rupanya ia tidak bisa berlama-lama menahan rangsangan.
Aku kemudian berganti menyetubuhi Sinta. Sambil kuhajar vaginanya, payudaranya juga kumainkan sekalian. Tubuhnya yang berkeringat makin menambah gairahku.
"Ahhh crot dimana nih sayang..." Ucapku.
"Di memek Vika aja, tunggu aku squirt dulu" ucap Sinta.
Aku mempercepat genjotanku dan membuatnya squirting hebat beberapa saat kemudian. Aku yang sudah hampir mencapai puncak kenikmatan segera menusukkan penisku ke vagina Vika yang masih telentang lemas. Aku genjot ia secepat mungkin dan akhirnya memuntahkan spermaku di vaginanya. Aku terbaring lemas setelah itu.
Kami sering melakukan ini sekitar seminggu sekali atau dua kali. Sampai saat aku kelas 3, kami jarang bertemu karena kelas kami berbeda...
ns 18.68.41.146da2