Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Anton masih terbangun, matanya menatap langit-langit kamar yang gelap. Pikirannya dipenuhi dengan rencana liburan yang akan dimulai hanya dalam hitungan jam. Hari ini, tepat pukul 8 pagi, dia dan keluarganya akan memulai perjalanan ke luar kota. Anton sudah menghitung waktunya dengan matang. Dari hasil browsing yang dilakukannya selama berminggu-minggu, dia memperkirakan perjalanan akan memakan waktu sekitar 8 jam dengan mobil pribadi. Jika mereka berangkat tepat waktu, mereka akan tiba di tujuan sekitar pukul 16.00 sore.
Anton menoleh ke samping, memandang wajah istrinya, Rini. Perempuan berusia 32 tahun itu terlelap dengan senyuman kecil mengembang di bibirnya. Anton tersenyum sendiri. Dia tahu Rini pasti sedang bermimpi indah, mungkin tentang liburan yang akan mereka jalani. Anton bertekad dalam hati, liburan kali ini harus menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi keluarganya. Dia ingin memberikan sesuatu yang spesial, sesuatu yang akan membuat Rini dan Lina, putri mereka, selalu mengenangnya.
Lina, putri tunggal mereka yang baru saja genap berusia 18 tahun, adalah alasan utama Anton memilih destinasi dengan wahana air yang eksotis. Lina memiliki ketertarikan yang besar terhadap segala hal yang berhubungan dengan air. Dia bahkan memiliki channel media sosial khusus yang membahas berbagai tempat wisata air. Anton sering melihat putrinya itu bersemangat saat merekam dan mengedit video untuk channel-nya. Dia tahu, liburan kali ini akan menjadi bahan konten yang sempurna untuk Lina.
Anton memutuskan untuk tidak memberi tahu keluarga mereka tentang destinasi liburan ini. Dia ingin itu menjadi kejutan. Yang pasti, tempat yang mereka tuju nanti memiliki wahana air yang menakjubkan, sesuatu yang akan membuat Lina terpesona. Anton membayangkan betapa senangnya Lina saat nanti melihat langsung tempat yang selama ini hanya dia lihat melalui layar ponsel.
Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Masih ada beberapa jam lagi sebelum mereka berangkat, dan Anton tahu setidaknya dalam beberapa jam ini dia masih punya kesempatan untuk sekadar menyetubuhi istrinya. Rini yang awalnya nampak tertidur pulas, tiba-tiba terbangun karena merasakan ada gesekan penis di pantatnya. Rini mengerang pelan, tubuhnya bergerak sedikit untuk menyesuaikan diri dengan posisi Anton.
"Anton...?" Rini bertanya dengan suara serak, masih setengah tertidur.
"Shh, tenang saja," bisik Anton lembut, tangannya meraih pinggang Rini dan menarik tubuhnya lebih dekat. Rini tidak melawan, malah membiarkan dirinya dipeluk oleh suaminya. Dia bisa merasakan panas tubuh Anton, dan itu membuatnya terbangun sepenuhnya.
Anton mulai mencium leher Rini, bibirnya bergerak pelan dari pangkal leher hingga ke telinga. Rini mengerang lagi, kali ini lebih panjang, dan tubuhnya mulai merespons sentuhan Anton. Tangannya meraih tangan Anton yang sedang meraba perutnya, memandunya untuk bergerak lebih rendah.
"Kita harus cepat, ya?" Rini berbisik, suaranya penuh dengan hasrat yang terbangun.
Anton mengangguk, meski Rini tidak bisa melihatnya. Dia tahu mereka tidak punya banyak waktu, tapi dia juga tidak ingin terburu-buru. Dia ingin menikmati setiap detik bersama istrinya, merasakan kehangatan tubuhnya sebelum mereka memulai perjalanan panjang.
Dengan gerakan perlahan, Anton membalikkan tubuh Rini sehingga mereka sekarang berhadapan. Matanya menatap mata Rini, dan dia bisa melihat keinginan yang sama di dalamnya. Tanpa banyak bicara, Anton mencium bibir Rini, dalam dan penuh gairah. Rini merespons dengan antusias, tangannya meraih punggung Anton dan menariknya lebih dekat.
Mereka bergerak bersama, tubuh mereka saling bersentuhan dengan penuh keintiman. Anton merasakan detak jantungnya semakin cepat, dan dia tahu Rini merasakan hal yang sama. Mereka saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, dalam keheningan malam yang hanya diselingi oleh desahan dan erangan kecil.
Setelah beberapa saat, mereka mencapai puncak bersama, tubuh mereka gemetar dan dipenuhi dengan kepuasan. Anton mencium kening Rini, lalu memeluknya erat.
"Kita harus tidur sekarang," bisik Rini, suaranya lembut dan penuh kasih sayang.
Anton mengangguk, meski dia tahu tidur mungkin akan sulit datang.
ns 15.158.61.54da2