Bukan tidak menyadari apa yang telah terjadi antara keponakannya, Yuna dengan suaminya. Rani yang kini tengah fokus untuk menikmati hidup, harus merasakan gejolak mahligai pernikahannya. Pasalnya saat itu Rani yang tengah hamil tua itu mengunjungi kantor tempat Al bekerja ditempat perusahaan yang dipasrahkan kepada menantunya itu kini menjadi sebuah wadah untuk memadu kenikmatan.
Betapa geramnya Rani mengetahui bahwa Yuna yang sudah dianggapnya sebagai seorang anak itu, kini mencumbu mesra suami tercintanya. "Bangs*t!!" begitulah sumpah serapah dirinya, dia yang saat ini mengalami kepayahan dalam mobilisasi ini menggunakan orang dalam untuk mengorek hubungan gelap suaminya dengan keponakannya.
"Pak Sudi, tolong bantu saya bereskan masalah ini ya" sembari dirinya memberikan segepok uang merah yang jumlahnya tak sedikit itu. "Baik nyonya, akan saya laksanakan, tapi kalau Tuan tahu bagaimana?" sebelum Pak Sudi mengambil itu, dirinya bertanya tentang perihal yang nantinya akan menjadi batu sandungan untuk mengungkap skandal gila ini. "Gunakan segala cara, saya tak mau tahu. Toh ini perusahaan papa saya!" jawabnya begitu arogan.
Rani yang terlihat arogan ini sejujurnya seorang wanita yang penyayang, hanya saja karena skandal gila ini, menjadikannya seorang wanita yang menyeramkan. Sosoknya yang penyayang kini berganti seperti iblis yang tak pandang bulu walaupun itu saudara kandungnya.
"Sayang aku pulang... " jawab suara yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya yang sedang bersama seorang wanita, Yuna. "Ohhh sudah masuk sayang, Yuna kamu mandi dulu ya nak abis itu kita makan malam" Rani kemudian memainkan perannya sebagai sosok wanita yang ramah, walau masih ada kedongkolan namun dirinya masih sempat bersandiwara dibalik topeng palsunya.
Sesaat setelah makan malam, Rani yang kemudian ijin ke kamar kecil itu menyempatkan menyalakan sebuah kamera tersembunyi di semua sisi, bahkan di ruang sakral tempat dirinya dan suami bercinta. "Sayang, aku sangek nih pengen di ewein kontol gede kamu... dedek bayinya pengen semburan panas peju kamu.." rengeknya dia kepada Al dengan penuh sandiwara. Al menolak karena harus melanjutkan pekerjaannya. "Oh ya udah, kalo giru aku tidur dulu ya.. " jawab Rani singkat.
Rani tahu apa yang dilakukan keduanya, walau kecewa berat dengan suaminya. Dia urungkan niat dan tidur untuk mendapatkan bukti bukti untuk menghancurkan masa depan Yuna dan bahkan suaminya.
"Ouuhhh Al... enak... ohhh ko-ntoollll nya nyodok banget di rahimku sayang... " Al menggenjot liar memek Yuna yang saat itu sudah penuh dengan lendir cintanya, menggenjot liar dengan berbagai posisi hingga berciuman mesra. Bahkan dalam kehidupan seksnya dengan Rani, Al tak pernah sekalipun mencium bibir mungil istrinya.
"Hmmm ohhh yeahhh bitch.. take this... fuck fuck... take my jizz.. ohh shit... " Al dengan sumpah serapahnya menikmati setiap lerung tubuh Yuna, semua lubang sudah dia cicipi tapi dari sekian memek yang sudah di nikmati. Pembawaan Yuna lah yang hingga saat ini bertahan untuk selalu berzina dengannya setiap saat.
Dapur, Ruang Tamu, Ruang Kerja, Kamar Mandi, Garasi Rumah hingga bercinta di depan istrinya yang tertidur lelap itu sudah mereka lakukan. Paginya, Rani tidak mendapati mereka berdua namun bukti penyelewengan mereka sudah terekam jelas dan bahkan dengan suara dan visual yang tajam.
Dilihatnyalah tayangan yang sudah dia rekam dan terhubung dengan iPhone nya, betapa sakitnya dia melihat Al dan Yuna bercinta di depan dirinya yang tengah tertidur dan mengharapkan bahwa apa yang selama ini dia pikirkan salah ternyata adalah sebuah kebenaran yang nyata.
BERSAMBUNG...
ns 15.158.61.40da2