Matahari meninggi layaknya sang raja yang berjaya di masa emasnya. Bersinar terang bagai bara api raksasa yang pancarannya menerawang di bawah kerajaan Sevengard, hingga kilauan dan kehangatannya menyapa istana Governoer, ibu kota kerajaan Sevengard, tempat maharaja Era bertahta. Rasanya seperti ada yang berbeda, kamu mungkin menganggapnya hal ini biasa saja, tapi ini bukanlah duniamu. Ini jauh dari alammu. Jauh dari apa yang kamu perkirakan.
Seorang perempuan berambut merah begitu terpesona saat menginjakkan kakinya di istana itu. Dia ingat betul terakhir kali dia datang ke tempat ini, delapan belas tahun yang lalu bersama ibunya, saat sedang menemani majikannya nyonya Amanda Cleveland untuk urusan yang bagi seorang gadis kecil seperti dia tak pernah dipahaminya hingga saat ini. Tak disangka bahwa dia akan kemari lagi.
Istana itu masih saja sama seperti dulu, sama ruang tahtanya, sama tata letaknya, sama pondasinya, sama lantainya, sama harumnya dan sama ramainya, hanya permadani dan hiasan-hiasan di dinding saja yang terlihat berbeda. Dia memang bukan penduduk asli kerajaan Sevengard, Jika kamu bertanya darimana asal perempuan ini, dia berasal dari utara! Ya, tepatnya kota Messambria di kerajaan Windsky, sebuah kota dimana musim salju dapat saling bersalaman dengan musim-musim yang lain dalam kekekalan abadi. Beruntung karena pertemanannya dengan Imam Faithry, dia bisa dipanggil ke istana itu untuk urusan yang belum diketahuinya.
Apakah ini tugas untuk memimpin upacara doa? Atau ini hanya kunjungan biasa karena Imam Faithry membutuhkan seorang teman? Dia tidak yakin bahwa Imam Faithry akan mengijinkan dia untuk memimpin upacara doa, karena dia baru bergabung dengan Faithry dua tahun yang lalu, saat masa-masa kegelapan dan kejatuhan menimpa hidupnya. Beruntung baginya, dia diselamatkan oleh seorang wanita yang kini menjadi Imam Faithry di seluruh Era. Keberuntungan memang akan selau datang bagi mereka yang percaya.
“Nona Cleveland?”, sapa salah satu penjaga istana.
“Panggil saja aku Tatiana. Hai.”
“Baik non-, maksudku Tatiana, Anda telah ditunggu Imam dan tuan ratu di ruang tamu istana. Mari saya antarkan.”
Di antara lorong istana itu, tepat di ujung tikungan yang memisah antara arah kanan dan kiri, Tatiana dapat melihat lukisan besar yang terpajang pada dinding itu. Bingkai dari lukisan itu terbalut dengan emas yang kilauannya dapat menarik siapa saja yang melewati lorong itu. Ialah lukisan sosok maharaja Marcus Hoffman, maharaja Era saat ini. Walau Tatiana tahu, dia tidak akan bertemu dengan sang maharaja karena sebelum datang ke istana ini, Tatiana telah mendengar desas-desus dari masyarakat di sekitar kota Governoer, bahwa anathema ke lima, mungkin terjadi di kerajaan Vanderhall.
Hal yang konyol memang, mengingat kejadian anathema terakhir kali terjadi lebih dari lima ratus tahun yang lalu. Tetapi, desas-desus ini telah menarik perhatian sang maharaja, sehingga maharaja memutuskan untuk pergi langsung dengan pasukan khususnya, The Raven, untuk menuju kerajaan Vanderhall. Tidak aneh bagi Tatiana dan penduduk kota Governoer, karena memang maharaja Era yang bertahta di Sevengard saat ini adalah raja Vanderhall itu sendiri. Pasti beliau tidak mau melihat kerajaan asalnya hancur berantakan karena terlambat mengatasi isu anathema ini.
Istana itu memang sangat luas, lengkap dengan ukiran-ukiran khas yang menghiasi pintu-pintu Istana yang terbuka secara lebar, jendela-jendela kaca istana begitu bersih dan terang sama seperti dulu, meskipun Tatiana tahu bahwa keberadaan istana itu telah ada sejak kerajaan-kerajaan di daratan Era bersatu di bawah maharaja pertama Era, maharaja Sulaiman lebih dari satu milenia yang lalu. Tatiana dapat merasakan perjalanannya hanya untuk menuju ruang tamu istana saja sudah memasuki lorong-lorong yang berliku.
Beberapa tempat memang dilarang bagi pengunjung untuk memasukinya, tetapi istana ini memang terbuka untuk umum, terlihat dari pintu-pintu yang terbuka secara lebar dan banyaknya orang-orang yang lalu-lalang di tempat itu. Keamanan istana ini memang sangat kuat karena banyaknya tentara Imperial Sevengard yang keliling mengawal istana itu, sehingga tidak mungkin ada orang yang bisa masuk ke daerah terlarang.
Di salah satu lorong itu, juga terpajang lukisan-lukisan bagi orang-orang yang saat ini berjasa untuk kerajaan Sevengard. Tatiana melirik ke salah satu lukisan dan terpaku pada lukisan itu. Di lukisan itu terpampang jelas seorang laki-laki muda, mungkin beberapa tahun lebih tua darinya yang terlihat begitu mendominasi diantara lukisan-lukisan yang lain. Dari lukisannya saja, Tatiana dapat merasakan tatapan mata laki-laki itu begitu tajam hingga dia merasa terintimidasi olehnya, tatapannya jauh lebih tajam dari laki-laki-laki-laki lain yang lebih tua darinya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya jika dia bertemu langsung dengan laki-laki itu. Apakah dia akan merasa terintimidasi seperti itu? Bagaimana bisa laki-laki muda ini terpajang di deretan lukisan orang-orang yang lebih tua darinya? Di bawah lukisan itu menempel sebuah papan nama yang terbuat dari lapisan tembaga dengan ukiran yang bertuliskan:
Letnan dua (Purn.) Tentara Imperial Sevengard Daylan James Walter
Komandan Peleton khusus penjaga tuan ratu Aquila Hoffman
Pantas saja, pikir Tatiana, laki-laki itu merupakan komandan peleton khusus yang mengawal tuan ratu saat ini. Seketika Tatiana teringat kembali pelajaran sejarah yang pernah dia pelajari saat kecil, pikirannya terbuka memilah lembaran demi lembaran buku yang pernah dia baca selama ini. Nama keluarga itu memang tidak asing lagi baginya, keluarga Walter merupakan salah satu keluarga tertua yang masih tersisa dalam sejarah Era. Mereka memimpin Keadipatian Haven yang kini menjadi wilayah vassal dari kerajaan Vanderhall. Mereka terkenal dengan darah biru murninya, saking murninya siapa saja yang tidak memimpin Haven saat telah dewasa, harus mengganti dan menghapus nama belakang mereka dari Walter. Cukup keras memang, namun dari beberapa sumber yang Tatiana dengar, saat dia bertualang ke Vanderhall, mereka yang mengganti nama mereka kebanyakan menggantinya dengan Walterus.
Bisa Tatiana pahami bahwa laki-laki itu adalah putra seorang Adipati Haven saat ini, namun Tatiana menyadari ada hal yang aneh mengenai laki-laki itu terhadap dirinya yang pernah dia rasakan dulu, seakan-akan hembusan angin meraba-raba kulit halusnya dan waktu berjalan lambat selambat langkahnya saat memasuki pintu ruangan. Namun semua itu berubah ketika Tatiana mendengar suara pintu yang menutup.
“Tatiana, selamat datang, nak”, sambut Imam Faithry.
“Imam Elisia, apa kabar?” Tatiana kemudian memeluk tubuh Imam Elisia dengan hangat. Tatiana memang seorang pemeluk. Dia sangat ramah terhadap orang dan bisa membaur dengan sempurna di masyarakat. Salah satu nilai tersendiri bagi hidup Tatiana karena kerja kerasnya selama ini, sebab dulu Tatiana adalah gadis yang pemalu dan penyendiri, tetapi semua itu telah berubah saat ini.
“Selamat datang nona Cleveland.”
“Tuan ratu.” Seketika Tatiana membungkuk. “Suatu kehormatan bagiku untuk bisa datang ke tempat ini.”
“Silahkan duduk, apa kau mau teh?” kata tuan ratu. “Pelayan disini dapat membuatkanmu teh yang cukup nikmat.”
“Tidak, tidak usah tuan ratu.” Tatiana duduk di sofa ungu yang juga menjadi warna yang mendominasi ruangan itu. Mencoba meregangkan otot-ototnya yang kaku karena perjalanan yang melelahkan, sebelum datang kesini Tatiana memang sempat beristirahat sebentar di bar kota untuk melepas dahaganya, tapi itu tidak cukup karena perjalanan ini memakan waktu hampir dua minggu lamanya. Beruntung baginya kali ini dia menaiki kereta kuda.
“Aaa... langsung ke urusan bisnis” jawab tuan ratu. “Aku menyukainya Imam Elisia. Sama seperti yang kau bicarakan kepadaku. Apa kau tahu nona Cleveland, mengapa aku mengudangmu ke istana ini?”
Tatiana hanya diam, sesekali wajahnya menoleh ke Imam Elissia yang duduk diseberang tuan ratu, berharap meminta petunjuk darinya. Namun Imam Elissia hanya diam, dia tahu akan tidak sopan untuk menjawab pertanyaan tuan ratu. “Ti... dak tuan ratu, apa yang tuan ratu inginkan dariku?”
“Aku bisa melihat bahwa kau gadis pintar nona Cleveland, Imam Elissia juga berkata banyak hal tentangmu, bahwa kau orang yang dapat dipercaya, pasti kau telah mendengar keberadaan suamiku?”
“Iya tuan ratu, dan aku juga mendengar tentang putra tuan ratu, aku turut berduka cita atas apa yang terjadi pada beliau, semoga beliau tenang disisi Herra.”
“Benar”, jawab tuan ratu Aquilla. “Putraku memang orang yang ceroboh dan mementingkan diri sendiri, tapi dia tidak pantas untuk meninggal seperti itu.”
Tatiana hanya mengangguk kala mendengar perkataan tuan ratu, dia memang tidak mengenal putra tuan ratu, Namun dari yang dia dengar dari penduduk sekitar, bahwa putra tuan ratu memang senang ikut perang, dia telah banyak memenangkan peperangan dengan para pemberontak di Sevengard, namun pemberontakan yang terjadi enam bulan yang lalu merupakan akhir dari kejayaan putra tuan ratu.
“Jadi”, tambah tuan ratu. “Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Berdasarkan pengalamanmu sebelum menjadi suster Faithry, kau adalah seorang penyair di kerajaan Windsky, aku tahu rahasia-rahasia penyair yang berasal dari Windsky, karena itu aku ingin kau pergi ke Vanderhall nona Cleveland, bisa kau lakukan itu untukku?”
“Aku memang tahu jalan singkat menuju Vanderhall, tapi apa yang tuan ratu inginkan di Vanderhall?”
“Apa kau mengenal seorang yang bernama Daylan Walter?”
“Hanya reputasi dan sejarah keluarganya, aku lihat lukisan beliau sebelum memasuki ruangan ini.”
“Iya, dia memang anak yang suka gaya.” Senyum tuan ratu. “Tapi dia anak yang baik. Aku mengenal dia sebaik aku mengenal Imam Elissia. Aku ingin kau menemui dia dan meminta bantuannya untuk datang ke Sevengard secara diam-diam. Aku tidak ingin ada yang tahu keberadaannya disini.”
Tuan ratu kemudian berdiri dan menghadapkan wajahnya ke arah jendela, Tatiana dapat merasakan bahwa tuan ratu ingin menyembunyikan wajahnya dari dia dan Imam Elissia. Tuan ratu Aquilla memang orang yang cantik, diusianya yang sudah setengah abad, tidak menghilangkan kecantikannya hanya karena kerut keriput yang ada diwajahnya. Karena kecantikan itulah Tatiana tahu tuan ratu tidak bisa menyimpan kedukaannya dari orang lain. “Seorang teman pernah cerita kepadaku, jika kucing meninggalkan rumah maka tikus-tikus akan berdatangan menggerogoti rumah itu hingga akhirnya rumah itu hancur berantakan. Mengingat kepergian suamiku, aku tidak tahu siapa lagi yang harus kupercaya, aku tidak ingin kepergian suamiku ke Vanderhall dapat menjadi keuntungan bagi para pemberontak untuk diam-diam memberontak. Aku dapat merasakan sesuatu yang besar pasti akan terjadi, dan kepergian suamiku ini benar-benar membuatku sangat khawatir.”
Tatiana berpikir sejenak untuk memikirkan jawaban apa yang pantas untuk dikatakan kepada tuan ratu. Dia bisa menyadari bahwa masa lalunya tidak akan pernah meninggalkan dia begitu saja, dan kini wanita terpenting di Era meminta pertolongannya yang tidak mungkin bisa dia tolak begitu saja. Untuk menemui laki-laki ini! Yang benar saja, laki-laki ini? Pikir Tatiana. Hanya dengan melihat lukisannya saja dia sudah merasa terintimidasi oleh tatapannya. Namun perkataan tuan ratu bahwa laki-laki ini suka bergaya, apakah lukisan itu hanya gayanya saja yang ingin terlihat mengintimidasi? Bagaimana jika itu memang benar? Tatiana tidak tahu lagi jawaban apa yang pantas untuk dikatakan.
Bagai aliran air yang mengalir secara alamiah dari tempat tertinggi ke tempat terendah, begitu juga dengan aliran darah Tatiana yang mengalir dalam pembuluh-pembuluhnya. Rasa haus darahnya akan petualangan-petualangan di masa lalu yang begitu indah dan mendebarkan dapat memberikan dampak tersendiri bagi tubuhnya. Apakah ini dirinya yang sebenarnya? Seorang wanita yang haus akan rasa petualangan? Seorang wanita yang rela memberikan apapun, apapun, untuk mendapatkan apa yang dia cari? Dia memang berusaha menutupi masa lalunya, dia mencoba membuang jauh-jauh apa yang pernah dilakukannya selama ini. Dia tahu bahwa tujuannya masuk ke Faithry adalah untuk mendapatkan ketenangan hidup dan untuk menjinakkan keliarannya selama ini.
Baru saja Tatiana hendak membuka mulutnya, seseorang mengetuk pintu ruang tamu. “Permisi tuan ratu”, kata suara seorang laki-laki yang berasal dari sisi lain.
“Masuklah!”
Tatiana sedikit terkejut saat melihat orang itu masuk. Dia bukanlah seorang manusia, tetapi seorang agrarian, telinga runcingnya yang ditutup dengan uraian rambut yang panjang terbentang hingga ke pundaknya benar-benar menarik perhatian Tatiana. Ditambah kulitnya yang coklat seperti habis berjemur dan aroma daun teh hijau yang khas yang tercium dari tubuhnya dapat merangsang imajinasi liar bagi para wanita yang memandangnya.
Memang sangat jarang Tatiana melihat seorang agrarian, karena ras agrarian kebanyakan hidup di pulau Ironset yang sangat jauh dari Windsky, namun agrarian yang pernah ditemuinya tidak seperti dengan apa yang dilihatnya. Para agrarian yang pernah ditemuinya, baik di Windsky atau kerajaan lainnya kebanyakan adalah budak atau pekerja bar, serta orang-orang dari kalangan bawah, tidak berpakaian layaknya tentara Imperial Sevengard seperti yang dilihatnya. Dari lencana yang dia pakai sama seperti dengan lencana dari lukisan Daylan Walter. Mungkin ini penggantinya, pikir tatiana, istana Governoer memang memiliki peraturan lain dari keanekaragaman ras, hingga seorang agrarian dapat menjadi seorang komandan peleton.
“Ada perlu apa kau kemari, Atnarel?”, tanya tuan ratu.
“Semua yang tuan ratu perintahkan telah selesai, kami siap menunggu perintah anda selanjutnya.”
“Baiklah Atnarel, bisakah kau tunggu di luar sebentar? Aku akan menyusulmu nanti, ada hal yang harus aku selesaikan terlebih dahulu disini.”
Agrarian itu menunduk dan beranjak mundur keluar ruangan. menutup pintunya hingga tuan ratu kembali membuka suara, “Jadi bagaimana nona Cleveland? Apa kau sanggup menjalankan tugas ini?”
Jeda tadi memang dapat memberikan Tatiana sedikit waktu untuk berpikir untuk memantapkan jaawabannya, walau sempat terganggu dengan hadirnya sosok agrarian tampan yang dilihatnya, namun pikirannya dapat mengatur untuk berpikir secara bersamaan. “Aku memang sudah lama tidak berurusan seperti ini lagi tuan ratu, tetapi aku akan berusaha semampuku untuk bisa membawa tuan Walter kesini. Aku hanya butuh kuda dan sebuah akses untuk berkirim surat langsung kepada tuan ratu untuk memberitahukan kemajuan dari apa yang aku lakukan”, jawab Tatiana secara lantang dan profesional. Walau sudah dua tahun tidak mengembara lagi, tetapi Tatiana yakin akan kemampuannya. Dia masih paham betul daerah-daerah yang pernah dijelajahinya.
“Terima kasih nona Cleveland, kau bisa pergi besok, aku akan menyuruh pengawal disini mempersiapkan kebutuhanmu, kalau begitu istirahatlah, penjaga diluar akan mengantarmu ke kamarmu, aku permisi dulu, Atnarel sudah menungguku.”
Tatiana dan Imam Elissia kemudian berdiri dan menunduk kepada tuan ratu saat mengiringi kepergiannya. Saat tuan ratu telah meninggalkan ruangan Imam Elissia memberikan tanda pada Tatiana untuk mendekatinya, “Aku ingin berbicara sebentar denganmu.”
Tatiana melangkah mendekati Imam Elissia yang berdiri di dekat jendela hingga wanita tua itu berucap dengan nada yang terkesan halus dan pelan, berusaha agar tidak ada yang mendengar perkataannya. “Apa kamu benar-benar mengenal tuan Daylan Walter?”
“Aku cuma lihat lukisannya saja di luar tadi seperti yang ku bilang pada tuan ratu.”
“Baiklah aku mengerti. Aku mendengar dari mufti Maria dan beberapa suster disini, bahwa dia adalah orang yang bermasalah, aku ingin kamu mengikuti dia dan melaporkannya kepadaku juga sebelum kamu melapor ke tuan ratu, tuan ratu tidak perlu tahu hal ini.”
“Maksudmu mengintai gerak-geriknya?”
“Iya, kamu mendekatinya dan berikan penilaianmu terhadap dia kepadaku, aku cuma ingin memastikan kalau tuan ratu baik-baik saja, dia adalah putra orang besar, dan aku tahu tuan ratu mengenal dia dengan baik, tapi aku tidak mengenal tentang dia, dia pergi setelah aku baru datang kesini, aku cuma ingin memastikan saja. Ada sesuatu yang tidak beres dengan istana ini, dan aku berniat untuk mencari tahunya.”
“Baiklah.”
“Bagaimana dengan tawaran yang ku berikan padamu Tatiana? Aku tahu, ini jauh dari apa yang kamu bayangkan saat kamu memutuskan bergabung dengan Faithry. Tapi dengan tawaran ini, kamu akan memiliki akses yang tak terbatas dalam Faithry. Jadi bagaimana menurutmu?”
“Untuk menjadi mata kiri Faithry? Aku pikir aku masih belum siap untuk itu Imam Elissia. Aku baru dua tahun di Faithry, ada banyak suster yang jauh lebih berpengalaman dariku. Aku merasa belum siap mengabdi pada Herra dengan jalan seperti itu.”
“Aku memahamimu Ana. Aku telah melihat perkembanganmu saat kamu diasuh oleh keluarga Cleveland selepas kematian ibumu, dan bagaimana kehidupanmu selepas kematian nyonya Cleveland. Jadi aku tahu kamu cocok untuk ini. Aku tahu jauh dilubuk hatimu, kamu tidak bahagia hanya dengan menjadi suster Faithry. Kamu memiliki jiwa petualang dan membutuhkan panggung yang besar. Hal yang kamu lakukan sekarang ini bukanlah sebuah penebusan dosa untukmu, tapi ini adalah hukuman yang kamu buat sendiri untuk dirimu sendiri.” Imam Elissia berhenti sejenak. “Berhentilah menghukum dirimu, dan pikirkan baik-baik perkataanku nak, semoga kamu dapat menjawabnya, sekarang istirahatlah.”
Tatiana hanya mengangguk dan meminta penjaga yang ada di luar untuk mengantarkannya ke ruang tidur. Di ruang tidur itu Tatiana terbaring melamun memikirkan perkataan Imam Elissia. Dia pikir, memang ada benarnya, bahwa dia mungkin saja tidak akan pernah bahagia bila seperti ini. Sering kali, dia rindu akan perbuatan masa lalunya karena itu telah mengakar dalam dirinya.
Si rambut merah ini tahu bahwa sebagai mata kiri Faithry, akan cocok dengan pekerjaan-pekerjaan masa lalunya, sebagai seorang pengintai, seorang mata-mata, dan tukang bersih-bersih sebuah masalah yang bekerja dalam kegelapan sehingga tidak ada seorang pun yang dapat melihat atau mendengar tentang dirinya. Satu-satunya yang membedakan adalah dia akan menjalankan semua itu atas nama Tuhan.
Tapi bukan itu tujuan dia saat masuk ke Faithry, gejolak-gejolak dalam diri itu terasa cepat berputar hingga memelintir perutnya, pilihan antara iya dan tidak memang terasa sulit untuk ditentukan. Ini memang terasa biasa saja untukmu, tetapi dia bukan kamu. Keputusan ini akan menetukan masa depannya kelak bahwa dia akan menjadi perempuan seperti apa. (*)
ns 15.158.61.16da2