Setelah beberapa hari...

Aku memikirkan berbagai cara agar dapat keluar dari jeruji besi ini.

Mulai dari menghancurkan jeruji...

Atau menggali jalur pelarian...

Sampai membuat gaduh tempat ini.

Namun, semua itu sangatlah mustahil menurutku...

Sebab aku tidak memiliki bahan untuk melakukan semua itu...

Di sisi lain, meskipun aku membuat gaduh...

Para *Bystander* pun tak akan mungkin menggubrisku.

Oleh karena itu, aku mulai menyerah lagi...

Dan mungkin aku akan mengurungkan niatku untuk keluar dari tempat ini.

Selang beberapa jam...

Aku masih belum tahu harus berbuat apa...

Aku mengamati kembali ruangan ini secara menyeluruh...

Mungkin saja ada hal yang sudah kulewatkan...

Namun tetap saja, di sini tak ada apapun selain aku seorang.

Tak lama kemudian, rasa kantukku pun datang lagi...

Aku pun berakhir tertidur tanpa menghasilkan suatu hal.

Keesokan harinya...

Aku masih belum menemukan ide apapun...

Memang benar aku tidak membutuhkan makan...

Akan tetapi, tidak nyaman rasanya bila kita tinggal di ruang hampa seperti ini sendirian.

Maka aku pun telah membulatkan tekadku...

Aku harus keluar dari tempat ini apapun hambatannya.

Caraku untuk keluar sudah kupilih...

Aku akan menghancurkan jeruji ini dengan semua barang yang kupunya.

Saat memikirkan barang apa saja yang kupunya...

Tiba-tiba...

Suatu ingatan terlintas dalam benakku...

"Kenapa aku tidak menggunakan bola misterius itu..."

"Mungkin saja bola itu memiliki alat untuk mengeluarkanku dari jeruji ini"

Atas pemikiran tadi...

Aku pun mulai menelusuri ruangan ini...

Karena seingatku bola itu masih berada di sekitar sini...

Namun sampai saat ini bola itu masih tidak ditemukan.

Suatu penyebab yang mempersulitku menemukannya adalah ruangan ini...

Selain lampu, sinar matahari sedikitpun tak pernah ada di sini...

Maka penglihatanku di ruangan ini tak bisa berfungsi dengan baik.

Lagipula bola itu berwarna gelap...

Sehingga sangat sulit menemukan dalam keadaan seperti ini.

"Ahhhh!!!! Dimana sih bola itu, padahal waktu itu masih berada di sekitar sini!!!"

"Lagipula kenapa baru sekarang aku memikirkan hal ini..."

Tak ingin membuang waktu, aku pun terus mencari keberadaan bola itu.

Namun tetap saja...

Lama kelamaan kesabaranku mulai hilang...

Dan aku pun tak dapat membendung rasa amarahku ini...

Oleh karena itu...

Untuk meluapkan rasa marahku...

Aku mulai menendangi lantai ruangan ini.

Dssshhhhhh...

Dssshhhhhh...

Dssshhhhhh...

Semua debu yang tersebar di lantai pun berterbangan...

Aku pun mulai sesak akan hal itu...

Uhhhhhkkkkk...

Uhhhhhkkkkk...

Uhhhhhkkkkk...

Tak menunggu lama...

Aku pun langsung terjatuh ke lantai.

Di saat terjatuh...

Sepercik cahaya menyinari pandanganku...

Aku pun langsung menghampiri asal cahaya itu.

Ternyata...

Cahaya itu berasal dari suatu benda.

Dengan segera...

Aku langsung meraih benda itu...

Namun sebelum kupastikan benda apa itu...

Aku langsung tertidur tanpa pikir panjang.

Ketika bangun keesokan harinya...

Lagi-lagi sebuah bola kecil sebesar bola mata berada dalam genggamanku.

Aku pun merasa heran...

"Kenapa bola ini bisa ada dalam genggamanku lagi..."

Atas pemikiran itu, aku pun teringat akan sesaat...

Aku sendirilah yang menggenggam bola itu...

Dan cahaya dari bola itulah yang telah menuntunku.

Tanpa pikir panjang...

Aku pun langsung memeriksa setiap bagian dalam bola itu...

Mungkin saja ada hal yang bisa membantuku kabur dari tempat ini.

Untungnya, semua kerja kerasku itu membuahkan hasil...

Aku menemukan sesosok tombol kecil pada tepi lapisan bola itu.

Dengan segera...

Aku langsung menekan tombol kecil itu...

Dan apa yang terjadi...

Craaaaannnkkkkk!!!!!!

Craaaaannnkkkkk!!!!!!

Craaaaannnkkkkk!!!!!!

Suara yang sangat teramat keras keluar dari bola itu...

Telingaku pun serasa akan pecah...

Terutama gendang telingaku...

Tanpa aku sadari...

Ternyata, darah telah keluar dari telingaku...

Mungkin gendang telingaku memang sudah pecah.

Di sisi lain, jeruji besi yang selama ini mengekangku telah hilang...

Semua ini membuatku sangat bingung dan kaget...

"Mengapa bola sekecil ini bisa mengeluarkan ledakan suara seperti itu???..."

"Apa yang telah membuat jeruji besi itu menghilang???!..."

"Apa mungkin???! Ledakan suara dapat menghancurkan jeruji yang terbuat dari besi?!..."

"Ahhhh!!!! Entahlahh! Yang penting aku harus memanfaatkan kejadian ini..."

"Tentunya, kehebohan tadi telah membuat para *Bystander* curiga..."

"Maka dari itu, aku harus secepatnya pergi dari sini..."

Namun hal ini masih belum seberapa...

Sebab aku masih harus keluar dari penjara bawah tanah ini.

Tentunya bukanlah hal yang mudah untuk keluar dari penjara sebesar ini...

Selain kelemahanku yang mudah tertidur...

Banyak jebakan sudah dipastikan akan menunggu...

Di lain pihak, para *Bystander* tentunya akan bekerja sama untuk menangkapku...

Lagipula, sepertinya aku tidak bisa berharap terus terhadap bola misterius itu...

Sebab sudah kuasumsi bahwa hal tersebut juga akan berdampak terhadapku bila kugunakan...

Oleh karena itu, aku harus segera menemukan tempat teraman untuk pelarianku.

Ketika berjalan melewati lorong...

Aku pun menemukan ruangan yang mirip dengan *ruanganku dulu*...

Ketika hendak melihat isi dalam ruangan itu...

Aku merasa...

Lebih baik aku menemukan tempat istirahat dulu...

Rasa kantukku inilah penyebabnya.

Setelah sekian lama melintasi lorong...

Aku menemukan satu ruangan aneh yang berbeda dari lainnya.

Dan ternyata ruangan itu pun tak terkunci...

Karena rasa ingin tahu...

Aku memberanikan diriku dan mulai memasuki ruangan itu.

Sesampainya...

Secara menyeluruh aku amati ruangan itu...

Aku pun merasa heran dan bingung...

"Mengapa semua hal yang ada di sini berupa daging???..."

"Seharusnya para *Bystander* itu kan tak memiliki kehendak sendiri untuk mengumpulkan ini..."

"Lagipula para *Bystander* itu tak memiliki *nafsu*..."

"Jadi apakah semua tumpukan daging ini asupan para *Diktator*???..."

Itulah yang kupikirkan...

Memeriksa lebih dalam lagi...

Aku pun menemukan kotak yang sangat besar dan dingin...

Kotak besar itu terbuat dari sejenis logam...

Tak lama kemudian...

Aku pun berniat untuk memasuki kotak besar itu.

Sesaat setelah masuk...

Tubuhku pun terasa sangat mual dan aku mulai muntah akhirnya...

Semua itu terjadi akibat apa yang telah kulihat di dalam sana.

Suatu barang yang lebih aneh daripada tumpukan daging tadi...

Yakni ratusan otak manusia telah diawetkan disimpan di dalam kotak besar itu.

Aku pun memikirkan berbagai banyak hal...

"Kenapa ratusan otak manusia bisa berada di tempat ini???..."

"Apakah hal ini yang menyebabkan manusia kehilangan *emosi* dan *nafsu* mereka???..."

"Ini sudah sangat kelewatan..."

"Aku harus segera menemui dan menghentikan para *Diktator*!!!"

Ketika akan beranjak pergi dari ruang ini...

Suara percakapan para *Bystander* terdengar olehku...

Sekitar 4 *Bystander* ada di sana...

Jika hanya satu mungkin dapat kuatasi...

Dan mungkin mereka bekerja sama untuk menangkapku...

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tinggal di sini sementara waktu...

Lagipula rasa kantukku pun datang lagi...

Jadi memang inilah jalan yang terbaik.

Keesokan harinya...

Mulai sekarang aku harus bisa mengatasi kendala kantukku ini.

Dari dulu waktu awal dipenjara sampai sekarang ini...

Aku selalu mengamati berbagai masalah pada diriku ini...

Mulai dari, kapan rasa kantukku mulai kambuh...

Kenapa tidurku menghabiskan waktu yang sangat lama...

Sampai, Apakah mereka telah menyutikkanku serum tertentu sebelum memenjarakanku...

Itu semua telah aku pikirkan dan aku amati...

Namun dari semua itu, hanya satu hal yang kutahu...

Meskipun aku tidak tahu kapan pagi dan malam...

Sudah dapat kusimpulkan, bahwa rasa kantukku ini selalu kambuh di saat pertengahan hari...

Dan tidurku pun akan berlangsung sampai esok pagi...

Maka dari itu, sebelum berniat meninggalkan tempat ini...

Aku akan mencari solusi bagaimana cara tercepat menangani masalah kantukku ini.

-to be continued-

Note : (*)

1. *emosi* : suatu perasaan yang biasa dimiliki oleh seorang manusia

2. *Bystander* : manusia yang tidak memiliki nafsu dan emosi

3. *nafsu* : rasa ingin akan suatu hal yang dimiliki oleh manusia

4. *Diktator* : suatu hal yang bersifat antagonis dan masih belum diketahui informasinya

5. *ruanganku dulu* : ruang jeruji besi yang memenjarakan si tokoh utama