Romy seorang remaja yang baru saja lulus dari sekolah menengah pertama dengan nekatnya mendaftarkan diri di SMA Poli Tica. Seorang pemalas yang mempunyai cita-cita untuk menjadi ketua Osis di Sma Poli Tica. SMA Poli tica mempunyai reputasi yang dibilang sangat bagus hampir seluruh siswa di seluruh negara berlomba-lomba untuk mendaftar di sekolah tersebut dikarenakan jika mampu lulus dari sekolah tersebut dipastikan Universitas terkenal di dunia macam Harvard ataupun Oxford akan memberikan beasiswa untuk bersekolah. Selain Reputasi yang bagus SMA Poli tica juga membawa kesan yang buruk untuk masyarakat karena sekolah ini lebih dikuasai oleh para elit politik siswa ketimbang jajaran guru maka masih ada orang tua yang tak rela anaknya bersekolah di tempat tersebut.
Setelah selesai melakukan administrasi pendaftaran sekolah akhirnya Romy mendapat panggilan untuk mengikuti tes yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17 Juni atau 10 hari lagi. Tes akan dilaksanakan di Gedung COJ atau Center of Justice milik SMA Poli Tica.
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh Romy dalam hal belajar malah dia hanya melakukan olahraga. Sejak kecil memang Romy dikenal sebagai anak yang aktif dalam berolahraga dan sangat menggemari lari maka tidak heran jika tubuhnya cukup tinggi untuk anak seusianya. Ayahnya saat ini sedang heran pada apa yang dilakukan anaknya karena tidak pernah melihatnya belajar dan pesimis apakah anaknya bisa lulus ujian masuk atau tidak. "Hei nak, apa kau yakin bisa lulus ujian masuk sekolah? Kau tau kan Sma Poli Tica itu termasuk Sma yang sulit untuk dimasuki orang sembarang, apa kau yakin dengan kesempatanmu saat ini jika tidak belajar dengan tekun?"
"Tenang yah, begini-begini aku bukanlah orang yang bodoh, aku hanya membiarkan diriku berolahraga agar tidak tegang saat ujian nanti." jawab Romy dengan nada yang cukup berat karena telah menyelesaikan lari sepanjang 10 km.
Ayah Romy pun hanya mendengarkan apa yang dikatakan anaknya dan tidak melanjutkan bertanya dan menyuruh anaknya untuk segera masuk ke rumah. Segera setelah Romy masuk rumah dengan sigap langsung mengambil handuk untuk mandi karena beberapa menit lagi sudah akan waktunya makan malam dimana tradisi keluarga Politisia makan malam harus dilaksanakan bersama keluarga jika semua orang di rumah.
Setelah selesai mandi Romy segera bergegas ke ruang makan. Disana telah ditunggu oleh ayah, ibu, dan salah satu adik perempuannya Romy pun bergabung duduk diantara adik perempuan dan ayah dengan menghadap ibunya yang saat ini terlihat sedih entah kenapa. Doa sebelum makan dipimpin oleh ayahnya lalu selesai berdoa langsung dilanjut makan. Menu utama hari ini merupakan menu yang di senangi oleh Romy yaitu bebek dengan sambal ala lamongan. Makanan pun di lahap habis oleh anggota keluarga dan tidak sampai 20 menit untuk menghabiskan makanan di meja.
Setelah Romy selesai makan dan bersiap untuk berdiri tiba-tiba ibunya menyahut. "Rom apa kamu yakin besok akan pergi tes ke sekolah itu? Kau tau sendiri kan banyak rumor yang buruk mengenai sekolah itu."
"Iya, aku tau bu-" jawab Romy namun belum selesai menjawab sudah dipotong oleh ibunya "Lalu kenapa jika kamu tahu kamu masih ingin bersekolah disana? Ibu khawatir nak dengan dirimu..." Ibunya mengatakan dengan nada layaknya seorang ibu yang ingin menangis sedangkan adik dan ayahnya diam dan menundukan kepala ke arah meja.
"Maafkan aku bu dan juga maafkan aku yah jika selama ini keputusanku membuat kalian gelisah dan sedih. Alasanku ingin berada di sekolah itu tidak lain karena aku merasa tertantang. Aku yakin jika aku mampu lulus dari sekolah itu aku akan menjadi seorang pria bukan lagi laki-laki lemah yang tidak bisa apa-apa. Ini adalah langkah pertamaku untuk mewujudkan dunia baru, dunia yang selalu ku impikan. Tidak usah khawatir bu, aku pasti akan baik-baik saja." Romy menjawab kekhawatiran ibunya dengan nada yang sumringah dan tersenyum senang karena akhirnya tau apa yang selama ini dipikirkan oleh ibunya.
"Baiklah nak, ibu akan mendukung keputusanmu dan menyemangatimu sampai tes besok. Namun jika kamu diterima di tempat itu jangan lupa untuk selalu jaga diri ya nak. Sekarang ibu akan menyiapkan camilan untuk kubawa ke kamarmu." Kata ibunda Romy. Mendengar kata-kata ibunya Romy pun tersenyum dan berjalan masuk kamar sambil melewati adiknya dia mengelus lembut kepala adik perempuannya.
Kekhawatiran ibunya bukan tanpa alasan karena anak dari teman tempat ibunda Romy yang bernama Sigit bekerja pernah keluar dari sekolah tersebut dan sekarang menjadi sedikit gila karena tekanan di sekolah tersebut sangat tinggi. Jika orang yang tidak berbakat atau pemberani nekat masuk sekolah tersebut mungkin hanya menjadi siswa yang terbuang. Ketika Sigit pulang pun dia hanya menangis dan mengatakan "aku gagal."
Besok adalah waktu tes masuk sekolah Romy pun pergi ke kota Tica karena dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 4 jam jadi dia harus menginap di Hotel. Sebelum berangkat Romy mencium tangan ayah dan ibunya dan mencium kening adik perempuan setelah itu langsung berangkat ke terminal. Setelah sampai di terminal datanglah bus jurusan Kota Tica, bus dengan warna biru dan garis kuning ditengahnya. Di bus Romy ketiduran tanpa sempat menikmati jalanan dan sampai pada pukul 19.00. Hotel yang menjadi penginapan Romy hanya berjarak 10 menit dari terminal Kota Tica. Romy berjalan melihat-lihat jalanan dan membeli air mineral karena terlalu lama menahan haus sejak di bus tadi. Sampailah pada hotel yang dituju setelah masuk ke hotel dia langsung menemui resepsionis. Romy menanyakan mengenai pesanannya dan menunjukan e-mail bukti pesanannya lalu resepsionis pun memberikan kunci kamar nomor 27 yang dipesan Romy 3 hari sebelumnya.
Masuk ke kamar Romy langsung menaruh barang-barangnya di dekat kasur karena terlalu lelah Romy pun berniat untuk tidak mandi. Sebelum tidur Romy tidak lupa untuk menyetel alarm untuk disetel pada pukul 5.00. Waktu yang cukup pagi mengingat tes dilaksanakan pada pukul 9.00.
"Kriiiiiiiiiiinnnnngggggg" nada dari suara handphone Romy berbunyi. Namun ternyata Romy sudah terbangun 10 menit sebelum alarm berbunyi. Dia cukup gugup karena akan melaksanakan tes di Sma Poli Tica. Untuk mengatasi kegugupannya dia berganti pakaian memakai jersey olahraga dan dia sudah mempersiapkan sepatu lari yang dibawa dari rumah. Sekitar 50 menit dia berlari dan berjalan di sekitar dia langsung kembali ke hotel untuk mandi dan sarapan. Selesai sarapan masih ada waktu 2 jam dan jarak dari hotel ke sekolah hanya sekitar 15 menit jadi dia tidak terlalu terburu-buru. Romy menghabiskan waktunya untuk membaca buku Il Principe karangan Niccolo Machialvelli. Romy selalu tertarik untuk membaca buku mengenai para penguasa anarkis.
Pukul 8.20 Romy berangkat dari hotel ke Sma Poli Tica dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit sudah sampai di depan gerbang sekolah. Gerbang sekolah begitu megah layaknya gerbang kerajaan yunani yang diatas gerbang diberi atap. Gemuruh suara ramai anak-anak yang ikut dalam tes masuk Sma Poli Tica. Maklum saja ketika Romy melakukan pendaftaran dia mendapat nomor 237 dan katanya pendaftar tahun ini mencapai 1500 siswa padahal untuk satu angkatan hanya diambil 380 siswa yang nantinya dibagi ke dalam 10 kelas. Namun untuk hari ini yang melaksanakan tes hanya sampai nomor urut 750 sedangkan sisanya besok entah apa alasannya padahal jika di barengkan akan menghemat waktu panitia. Romy berjalan melihat ke peta sekolah dan ada pengumuman ternyata di aula nanti di bagi 5 kelompok dengan setiap kelompok menuju ruangan yang berbeda-beda.
Ketika berjalan menuju aula tiba-tiba ada orang dari belakang menepuk pundak Romy. "Hei Rom, sudah lama tidak ketemu setelah hari kelulusan smp". Ternyata orang yang berbicara tersebut adalah si Friski sahabat Romy sejak smp, mereka satu kelas selama 2 tahun terakhir di smp.
"Ternyata kamu Fris, kamu juga mendaftar di sekolah ini? aku kira kau tidak berminat untuk bersekolah disini." Kata Romy sembari tersenyum bahagia melihat ada temannya yang mendaftar di tempat yang sama. "Iya ketika aku mendengar kamu mendaftar disini, aku menjadi bersemangat untuk satu sekolah lagi denganmu." jawab Friski.
"Semoga kita bersenang-senang lagi dasar kau penggila Napoleon!" Ejek si Romy dan dilanjut bertanya. "Berapa nomor urutmu Fris?" Sedikit Tertawa Friski menjawab "aku mendapat kan nomor 610."
"Sayang sekali Fris, kita berbeda ruangan kamu berada di Ruang E Aula COJ sedangkan aku di Ruang B." Romy mengatakan dengan sedikit nada kecewa.
Karena berbeda ruangan mereka berpisah di depan pintu aula karena panitia sudah memberi pengumuman untuk segera masuk aula. Romy telah mendapatkan tempat duduk. Jarak antar siswa di depan dan di belakang sama-sama 30 cm dan jarak antar samping sekitar 50 cm, jarak yang cukup sulit untuk mencontek. Namun ketika Romy sedang berpikir untuk mencontek ada hal yang mengejutkan. Ketika itu di depan panggung ada seorang wanita memakai kacamata dan berbusana dari atas sampai bawah serba hitam memberi pengumuman. "Selamat pagi semuanya perkenalkan saya Priscilia salah satu panitia penerimaan siswa baru. Disini saya akan memberitahukan mengenai aturan tes tahun ini. Yang pertama, tes kali ini tidak berupa ujian tulis namun ujian kebangsaan. Yang kedua, ujian kebangsaan berupa pidato di depan 500 orang peserta ujian dan para panitia di depan panggung. Yang ketiga dan terakhir, Pidato kali ini mengangkat tema Politik Pangan Sekolah dan para siswa hanya diperbolehkan berpidato maksimal selama 4 menit. Sekian."
Mendengar pengumuman itu Romy pun terkejut namun dengan raut muka yang berbeda dari orang terkejut melainkan muka orang dengan senyum licik.
Para calon siswa di ruangan juga terkejut ada yang terlihat kecewa karena belajar semalaman dan ada juga yang langsung memasukan pulpen ke dalam tes. Sambil menunggu giliran para siswa diwajibkan untuk melihat penampilan pidato dan jika ada yang meminta ijin ke toilet giliran pidato akan dihentikan sementara karena seluruh calon siswa harus melihat. Panitia juga memberi camilan dan nanti akan diberi makan saat istirahat.
Beberapa calon siswa ada yang terlihat tegang bahkan ada yang hanya berpidato tidak lebih dari satu setengah menit karena tidak tahu akan apa yang harus dikatakannya. Berbeda dengan calon lainnya Romy terlihat biasa saja dan terkadang tersenyum mendengarkan omong kosong orang yang sedang berpidato. Bahkan ada seseorang saat berpidato membuat Romy tersenyum lebar, dia adalah Dio seorang yang berpidato dengan beberapa kalimat yang menunjukan sikap oportunis."Saya Dio akan membuat sekolah ini menjadi sekolah yang mempunyai ketahanan pangan dimana semua siswa baru setiap sorenya akan belajar bagaimana membuat persediaan pangan sedangkan para senior seperti yang ada di depan kita akan menjadi manajemen divisi pertanian yang nantinya akan dirombak setiap senior kita lulus. Namun tidak berarti siswa baru tidak mendapat keuntungan karena nantinya akan menerima 60% bagian dari hasil pangan ketimbang para senior yang duduk di manajemen. Jajaran manajemen nantinya akan bekerja mencari sponsor maupun mendistribusikan ke daerah-daerah ataupun sekolah-sekolah lainnya. Kita akan memfokuskan pada satu bahan makanan yang nantinya menjadi unggulan agar mampu menjaga kualitas dan mendapat untung lebih sehingga untung nanti akan kita belikan produk makanan yang lain entah membeli dari pihak luar ataupun membeli bibit unggulan yang kita produksi sendiri."
Setelah menunggu hampir 3 jam akhirnya tiba giliran Romy untuk unjuk gigi. Romy merupakan yang terakhir sebelum nantinya istirahat. Romy berjalan menuju panggung sampai diatas dia menunjukan gelagat yang aneh karena selama hampir 1 menit dia hanya memandangi teman 1 ruangannya. Matanya melihat dari kiri ke kanan dan melihat panitia di depan dan diulang kembali memandangi dari kiri ke kanan. Sampai-sampai ditegur oleh salah satu panitia."Apakah kamu nervous? Jika nervous kembalilah ke tempat dudukmu." Ucapan panitia membuat seluruh ruang tertawa menertawakan Romy. Namun tiba-tiba romy menjulurkan tangannya ke depan dan menghadapkan telapak tangannya ke depan seperti menyuruh seseorang untuk diam yang membuat seluruh ruangan diam.
Romy akhirnya membuka mulutnya dengan kata pertama diucapkan dengan teriakan yang keras sampai seluruh ruangan terkaget, "TEMAN! Perkenalkan saya bernama Romy. Mengenai tema kali ini yang berhubungan dengan ketahanan pangan saya mempunyai ide yang gila. Langkah pertama mungkin saya akan mengurangi bahan baku yang masuk dari sponsor luar sekolah ataupun pembelian bahan makanan dari luar sekolah. Karena umur siswa di sekolah kita masih umur yang produktif mungkin mampu menahan lapar karena jatah makanan akan sedikit dikurangi. Setelah itu saya ingin mendapat ide gila dari siswa sekolah kita tentang bahan makanan apa yang bisa kita produksi. Setiap kelas disini diwajibkan menanam sesuai dengan keahlian kelas masing-masing dan nanti beberapa bagian disetor untuk kantin sekolah agar bisa di jual dengan kata lain antar kelas akan bersaing menjual pangan di wilayah sekolah. Kelas-kelas juga harus bersaing secara sehat seperti irigasi harus terhubung satu dengan lainnya karena jika ada yang merusak saluran akan rusak semua dan kita akan kembali kelaparan. Setiap kelas juga diperbolehkan untuk mandiri menjual bahan makanannya jika jumlahnya melimpah walaupun sudah di setor untuk sekolah maupun sudah disimpan untuk kas makan kelas. Jika nanti sekolah memang mau menjual di luar sekolah harus membuat organisasi distribusi sekolah yang terdiri dari siswa kompeten."
ns 15.158.61.8da2