Setelah perjalanan pulang ke kota asal dari kota Tica. Romy turun dari bus tepat di depan rumahnya karena kebetulan bus yang ditumpanginya melewati depan rumahnya. Tepat pukul 4 sore di depan rumah sudah menunggu sang ibunda yang sedang meminum teh di sore hari sambil mengusap keringat. Terlihat bahwa teras sudah bersih dari daun yang berjatuhan tanda ibu baru selesai menyapu teras. Maklum di depan ada pohon rambutan yang sudah jarang dilihat buahnya.
"Bagaimana perjalanannya lelahkah dirimu nak?" tanya ibu sambil tersenyum melihat anaknya telah pulang dari kota Tica.
"Lumayan bu, sepertinya Romy ingin mandi dan makan karena Romy benar-benar lapar." jawab Romy sambil memegangi perutnya.
Selesai mandi Romy langsung ke ruang makan namun tidak menunggu makan bersama keluarga karena dia sudah tidak dapat menahan lapar. Sudah disiapkan menu sup bakso dengan daging dan juga kerupuk. Romy makan dengan lahap seperti tidak mengunyah makanannya. Sesekali sang ibu menegurnya dengan menyuruh untuk makan dengan pelan. Namun Romy tidak menghiraukan perkataan ibunya dan tetap makan.
Tiba-tiba ketika Romy sedang makan terdengar suara ayah dan adik membuka pintu. "Romy kau sudah pulang ternyata, bagaimana tes kemarin kapan pengumumannya?" tanya ayah terlihat penasaran. Romy yang sedang makan memberi isyarat jempol kepada ayah dan mengatakan bahwa pengumumannya seminggu dari sekarang.
"Kakak mau es krim?" dengan wajah imut tanpa dosa Rena si adik perempuan menawarkan es krim kepada kakaknya.
Romy yang langsung memandangi rena dan mencubit pipi sang adik karena terlalu gemas menjawab, "Tidak, semua buat Rena saja."
"Ayah, ibu, Romy mau masuk kamar mungkin hari ini aku akan tidur cepat. Badanku sakit semua" kata Romy sembari berdiri dan berjalan ke arah kamar.
"Anak itu benar-benar terlihat lelah ya bu?" Ayah bertanya pada ibu.
"Iya yah, semoga tes masuk sekolah kemarin membuahkan hasil yang terbaik untuk dirinya."
Membaca buku merupakan kegiatan sehari-hari Romy sambil menunggu pengumuman tes. Buku kesukaannya biasanya bertema mengenai sejarah. Entah sejarah kerajaan kuno maupun sejarah zaman perang dunia. Terkadang juga Romy bermain video game dengan teman sebayanya. Namun tak lupa di siang hari Romy selalu menjemput adiknya yang masih sekolah dasar.
Seminggu berlalu tepat setelah Romy menjemput adiknya dia mendapati di depan pintu rumah terdapat amplop putih dengan nama pengirim yaitu Sma Poli Tica. Dengan semangat dia langsung menyobek pinggiran amplop dan mengambil sepucuk surat dari isi amplop. Akhirnya satu langkah Romy untuk menjadi ketua osis tercapai Sma Poli Tica. Dituliskan dalam surat tersebut bahwa Romy Politisia diterima sebagai murid kelas 1 Sma Poli Tica dan terdapat pemberitahuan bahwa kegiatan sekolah dilaksanakan hari senin 19 Agustus yang berarti 2 minggu dari sekarang. Diharapkan untuk membawa pakaian ganti karena siswa sekolah Sma Poli Tica akan hidup di dalam asrama dan hanya boleh pulang saat libur semester saja. Dari isi surat tersebut juga diberitahukan bahwa Romy akan menempati kelas 1D dan Rumah asrama dimana dia akan bergabung dengan siswa kelas 1D.
Setelah membaca isi surat itu Romy langsung mengangkat adiknya dan menciumi wajah sang adik karena kegirangan. "Romy kenapa kamu tertawa bahagia?" Tiba-tiba ibu keluar dari rumah bertanya keheranan.
"Bu, aku di terima sekolah di Sma Poli Tica!" Senyum Romy sambil memeluk sang ibu.
"Syukurlah nak, kapan kamu mulai sekolah?"
"2 Minggu lagi aku akan berangkat bu."
Di malam hari sang ibu membuat makan malam kesukaan Romy yaitu daging bebek dengan sambal Lamongan. Malam itu merupakan malam yang bahagia bagi keluarga kecil Romy. Sang ayah pun kegirangan mendengar Romy diterima sekolah elit tersebut. "Rom di sekolah nanti jangan pernah berpikir untuk membanggakan orang tuamu, karena nanti itu hanya membebanimu. Namun pikirkanlah bagaimana kamu mengepakan sayapmu terbang bebas. Jangan pernah takut dengan apa yang ada di sekolah" pesan ayah malam itu sebelum memulai makan malam.
Hari demi hari dilalui dengan rutinitas Romy bersama keluarga karena setelah itu akan bersua kembali dengan keluarganya sekitar 6 bulan lagi. Waktu Romy dihabiskan di rumah hanya sesekali dia pergi bermain dengan teman sebayanya.
Akhirnya tiba waktu dimana Romy akan berangkat karena esok sudah waktunya untuk bersekolah. Di terminal dia mencium tangan ayah ibunya serta mencium kening adiknya."Ayah, ibu, Romy berangkat dulu, Romy janji akan jaga diri." Kata Romy sambil memandangi mata ibunya.
"Iya nak, sesekali kabari ayah ibumu ini nak, jaga diri" jawab ibunya sembari tersenyum dan memandangi Romy yang telah naik ke dalam bus.
Bus berjalan tepat pada jam 11 siang. Duduk di kursi tengah Romy menyandarkan kepalanya ke kaca sembari melihat pemandangan yang telah di lalui busnya. 4 Jam perjalanan busnya dan akhirnya sampai di terminal. Dengan segera Romy mencari ojek untuk diantarkan di Sma Poli Tica. Asrama Sma Poli Tica berada tepat di seberang Sma Poli Tica.
Setelah sampai di asrama Romy melihat papan di halaman asrama, disitu diberitahukan tempat di mana Romy akan tinggal. Untuk angkatan tahun ini letak asrama berada di paling kiri bekas angkatan Sma Poli Tica yang baru saja lulus. Romy pergi melihat asrama dimana dia akan tinggal selama 3 tahun di asrama yang sama. Setelah berjalan-jalan akhirnya dia melihat sebuah papan yang bertuliskan Asrama 1D dengan di belakang papan terlihat ada tanah dengan luas seperti lapangan yang bisa untuk bermain bola disitu terdapat 2 rumah. Terlihat bahwa rumah itu telah dipisah antara pria dan wanita. Masuklah Romy di tempat Asrama pria. Ketika Romy membuka pintu sudah ada 6 orang yang berada di ruang tamu. Dia memperkenalkan diri dan bersalaman dengan calon temannya itu.
Salah seorang siswa berbicara dengan Romy seperti orang sudah lama kenal. "Hai Rom, semoga kita bisa berteman baik. Aku sangat tertarik padamu sejak kamu berpidato di tes masuk sekolah."
"Kamu homo?" sahut Romy agak keheranan mendengar kata tertarik.
"Ndasmu!" Teriak Leo sembari tertawa,"Pokoknya aku menantikan saat-saat kita bersekolah."
Romy disuruh untuk memilih kamar mana yang akan dia tempati. Siapa yang datang lebih cepat diperkenankan untuk memilih kamar. Dia pun memilih kamar di lantai 2 dekat dengan balkon yang menghadap ke seluruh Asrama. Asrama benar-benar dipenuhi oleh anak-anak kelas 1 yang baru saja datang dan beberapa kakak kelas yang melihat anak kelas 1 sambil tertawa-tawa entah apa alasannya.
Waktu menunjukan jam setengah 8 malam. Anak-anak asrama pria tiba-tiba mendengar suara teriakan dari salah satu penghuni asrama,"Berkumpul semuanya." Mereka pun berkumpul ke ruang tamu tempat dimana teriakan itu berasal. 17 Siswa semuanya lengkap berkumpul semua dan salah seorang yang tadi berteriak pun memperkenalkan dirinya,"Halo teman-teman semuanya perkenalkan namaku Brando, sebagai hadiah pertama kalian malam ini aku membawakan makan malam yang cukup untuk kalian semua. Aku juga membawa makan malam untuk asrama wanita di kelas kita." Brando merupakan orang cukup mencolok dari segi penampilannya dilihat dari jam tangan emas dan juga kalung emas terlihat bahwa mungkin dia orang kaya ataupun keturunan bangsawan.
Pizza, Burger, dan beberapa macam fast food sudah ada di depan meja. Karena ini hari pertama tentu saja anak-anak asrama belum mempersiapkan makanan hanya mungkin membawa bekal mie instan yang sudah di bawa dari rumah.
"Sepertinya akan benar-benar menarik kelas kita, iya kan Rom?" Leo mengucap dengan lirih sambil tertawa. Entah apa yang dimaksud oleh Leo sehingga dia bisa berkata seperti itu.
Setelah dipersilahkan untuk makan akhirnya kita makan bersama dengan tikar yang sudah di gelar karena kursi ataupun meja belum ada di ruang tamu. Sambil makan salah satu seorang anak yang bernama Didi bertanya kepada Brando,"Brando kenapa kamu membawakan makan untuk anak-anak di kelas kita?"
"Tidak ada alasan khusus tentang makanan yang aku bawa hanya saja karena kita akan hidup bersama di rumah yang sama dan aku ingin sekali berkenalan dengan baik dengan kalian. Sejujurnya aku orang yang susah untuk bersosialisasi karena ayahku orang yang kaku tidak mengijinkan anaknya untuk berteman dengan orang yang tidak terpandang. Maka dari itu aku hanya mempunyai sedikit teman bahkan mungkin teman-temanku bukanlah orang yang mengerti situasiku. Ketika aku tahu karena ini sekolah asrama aku sangat senang akan menghabiskan waktu dengan kalian." Jawab Brando. Anak-anak yang mendengar cerita Brando langsung memasang wajah seperti bersimpati pada kisahnya. Hanya saja yang membuat Romy terheran ketika sebelahnya yaitu si Leo malah cekikian namun tidak sampai terdengar oleh anak lainnya dan Romy pun menyentuh kaki Leo dengan sikunya agar berhenti cekikikan. Setelah selesai makan anak-anak membereskan ruang tamu dan kembali ke kamar masing-masing.
Keesokan harinya dengan memakai seragam sekolahan dengan baju berwarna putih dan celana bermotif kotak-kotak hitam merah seluruh siswa diwajibkan untuk datang di lapangan sekolah jam 7.30. Setelah semua berkumpul menurut kelas yang diatur dengan papan yang ditancapkan di lapangan, beberapa orang yang berbaju seperti guru menghampiri para siswa dan mengajak berjalan untuk ditunjukan kelas mana yang akan ditempati.
Kelas 1D berada di salah satu ujung sekolah dekat dengan kantin. Tiap kelas di sekolahan ini diberi fasilitas sebidang tanah seluas 6x6 meter yang nantinya akan digunakan kelas untuk bereksperimen. Letak dari tanah tersebut sangat bervariasi, ada yang memang dekat kelasnya seperti tanah milik kelas 1A, tanah miliknya berada tepat di depan pintu mereka sedangkan kelas 1D tanahnya berada di samping kiri yang bersebelahan dengan tanah milik kelas 1C dan di batasi hanya dengan tali tambang. Satu persatu siswa dipersilahkan untuk masuk dan memilih tempat duduk. Aku berada di belakang dan bersebelahan dengan Leo. Brando berada di depan sendiri dekat dengan papan tulis.
Hari pertama sekolah guru hanya menjelaskan mengenai peraturan sekolah layaknya sekolah sebagaimana mestinya. Guru yang akan menjadi wali kelas 1D dan sekarang berada di depan dari tadi bernama Bu Sinta. Seorang guru yang masih muda dengan rambut yang di kuncir dan berkacamata. Bu Sinta akan mengampu pelajaran Sosiologi dan akan mengajar di kelas 1D setiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat.
Sehari-hari dilalui dengan mata pelajaran seperti biasa. Ada 2 orang yang sangat mencolok setiap pelajaran yaitu Brando dan Maudy. Brando sering maju ke depan untuk menjawab pertanyaan yang ditulis di papan tulis sama halnya dengan apa yang dilakukan Maudy. Brando juga terkadang membawa teman-teman dekatnya di kelas untuk mentraktir makan. Sedangkan Maudy dengan wajah yang cantik nan elegan cukup sering diperbincangkan oleh kalangan pria dan teman-teman wanitanya cukup banyak di kelas. Untuk para pria mengajak berbicara dengan Maudy seperti hal yang mustahil karena melihat wajahnya saja para pria sudah gugup. Tetapi terkadang Maudy lah yang mengajak para pria bicara.
Tiga minggu bersekolah telah dilalui dengan damai namun di awal minggu keempat pada pagi hari ada suatu gerak gerik yang aneh dari kakak kelas. Kakak kelas dengan memakai pita berwarna merah memasuki setiap ruang kelas anak 1. Salah satu yang memasuki ruang kelas Romy adalah seorang laki-laki dengan memakai kacamata dan muka yang terlihat galak. Dia memperkenalkan diri bahwa dia adalah salah satu anggota dari osis ingin menyampaikan pengumuman.
"Saya Mauro salah satu anggota Osis yang berasal dari kelas 2C," ucap Mauro,"Akan memberitahukan bahwa setiap kelas diwajibkan mempunyai organisasi kelas yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Pasti disini kalian sudah tau siapa menurut kalian yang mampu menjadi ketua kelas bukan? Jika ada yang ingin mencalonkan maju ke depan dan minimal calon ketua kelas harus mempunyai minimal 1 pendukung."
Sontak apa yang diumumkan oleh anggota Osis tersebut membuat kelas menjadi pecah berteriak antara pendukung Maudy dan juga Brando. Maudy dan Brando pun maju di depan kelas mewakili para pendukungnya. Romy yang terkaget karena pengumuman tersebut tidak menyangka bahwa pemilihan dilakukan dengan cara seperti itu. Romy yang tidak bisa berbuat apa-apa atas keinginan kelas karena tidak membuat pengaruh yang bagus bagi teman sekelasnya selama beberapa minggu bersekolah.
Setelah Brando dan Maudy maju ke depan kelas disambut dengan sorakan dan tepuk tangan dari seluruh siswa di kelas, tak disangka ada salah satu murid yang mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Murid itu tidak lain adalah orang yang duduk di samping Romy yaitu Leo.
"Kenapa kamu mengacungkan tanganmu? Apa kamu mau menjadi calon ketua kelas?" tanya Mauro. "Tidak, malahan aku mendukung salah satu siswa disini namun bukan ada yang di depan kelas." Jawab Leo.
"Lantas Siapa?"
"Romy." Jawab Leo dengan mantap.
Romy yang terkejut dengan pernyataan Leo pun hanya bisa memandanginya tanpa bisa berkata apa-apa. Setelah mendengar ucapan Leo, Mauro pun mempersilahkan Romy jika memang ingin maju sebagai ketua kelas. Dia berjalan maju ke depan kelas tanpa disambut tepuk tangan yang meriah tidak seperti kedua temannya tadi malahan teman-temannya memandang sinis bak musuh. Apalagi Brando setelah ada teman asramanya yang maju menjadi rivalnya dia memperlihatkan tatapan yang sengit ke arah Romy.
Setelah ketiga orang ada di depan, Mauro membacakan peraturan pemilihan ketua kelas. Yang pertama, akan diberikan waktu kampanye selama 2 bulan. Kedua, calon ketua kelas tidak diperbolehkan memakai ancaman maupun kekerasan untuk mendapatkan suara. Ketiga, ketua kelas yang terpilih diharuskan memiliki 60% suara pemilih yang berarti harus mendapatkan setidaknya 23 orang pemilih. Dan yang terakhir nantinya akan diadakan pidato dari calon-calon ketua setiap 3 minggu. Setelah membacakan pengumuman tersebut Mauro mempersilahkan ketiga orang itu untuk kembali ke tempat duduknya.
"Kenapa kamu mendukungku Leo?" Tanya Romy yang masih penasaran dengan Leo.
Leo yang mendengar pertanyaan Romy pun meringis dan mengatakan, "Aku hanya ingin kelas ini menjadi kelas yang menarik. Tidak lengkap rasanya jika kamu tidak mencalonkan diri. Dan mulai sekarang kamu berhutang padaku Rom."
Romy pun hanya mengiyakan apa yang dikatakan oleh Leo tanpa kurang mengetahui jalan pikir si Leo.
ns 15.158.61.17da2