Ryuu yang mendengar itu terlihat sama sekali tidak terkejut atau apa, wajahnya masihlah datar seperti biasanya.
"Sudahlah ayo kita bawa ini dulu ke gudang."
Mereka pun bergegas menuju ke gudang dan meletakkan kardus yang mereka bawa itu.
"Mochi, jangan terlalu menjahili Yuki."
Anastasia tahu kalau apa yang dia katakan itu terdengar seperti lelucon tetapi dia serius tentang itu, bukan semata-mata untuk menjahili dan melihat ekspresi Yuki yang panik.
"Apa yang kakak katakan? Melihat ekspresi kak Yuki memang asyik, tapi aku serius lho tentang itu."
Tiba-tiba terdenga bunyi seperti perut yang keroncongan, itu adalah suara perut dari Anastasia yang sekarang tengah memegang perutnya.
Biasanya seorang gadis akan malu jika suara perutnya terdengar oleh orang lain tetapi itu tidak terlihat di dalam diri Anastasia, ekspresinya sama sekali tidak berubah, tetap datar seperti biasanya.
"Mochi, kamu lapar?"
"Sebenarnya uang jajan bulan ini sudah hampir habis jadi dari kemarin aku hanya makan makanan yang kakak berikan."
Ini memang terlihat seperti sebuah ironi melihat seorang gadis seperti Anastasia hidup seperti itu.
"Karena itu kakak aku ingin kerja sambilan di toko ini jadi aku bisa makan."
Itu memang tekad yang bagus untuk menghasilkan uang sendiri tetapi di sekolah ini terdapat peraturan yang melarang anak yang masih SMP untuk bekerja paruh waktu.
"Mochi, apa kamu tahu kalau sekolah ini melarang murid SMP buat kerja?"
"Tahu sih tapi aku juga gak bisa makan apa-apa kalau gak ada uang jadi tolong aku lah kak Ryuu, aku akan melakukan apapun yang kak Ryuu mau deh."
"Ya baiklah aku nanti akan bilang ke pemilik toko."
Setelah pembicaraan singkat itu berakhir mereka pun kembali ke toko lagi untuk membawa kardus-kardus yang masih tersisa ke dalam gudang sedangkan Yuki hanya diam saja melihat mereka berdua.
Yuki menghela napasnya, dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungannya dengan Ryuu ini.
Dia sekarang memang sudah menjadi kekasihnya tetapi dia sendiri juga tidak tahu apakah Ryuu itu menyukainya atau tidak dan hubungannya setelah menjadi kekasih pun hanya biasa-biasa saja tanpa sesuatu yang spesial.
"(sigh) Aku harap hubungan ini menjadi seperti di cerita-cerita romantis yang pernah aku baca."
Sambil menunggu mereka selesai Yuki pun menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku yang belum pernah ia baca sebelumnya sampai Ryuu dan Anastasia selesai, tetapi tiba-tiba mata Yuki terasa sangat berat, pikirannya pun mulai kabur dan akhirnya dia terlarut di dalam dunia mimpinya.
"Yuki...Yuki!"
Yuki mendengar suara laki-laki yang memanggilnya, dia adalah seorang anak laki-laki kecil yang terlihat melambai-lambaikan tangannya kepada Yuki.
"Ah...suara itu, suara yang membuatku kangen..."
Yuki pun tersenyum ketika melihat anak itu.
Anak itu datang kepadanya dan memberikan sesuatu di tangannya.
"Ini untukmu terimalah, hadiah perpisahan dariku."
Anak itu pun berlari menjauh dari Yuki dengan wajah yang terlihat bahagia layaknya burung yang terbebas dari sangkar yang selama ini mengurungnya tetapi berbeda dengan anak itu, Yuki terlihat sedih karena akan itu pergi meninggalkannya, dia terus memanggil-manggil anak itu tetapi dia sama sekali tidak mendengarkan.
"Ryuu...jangan...tinggalin aku...", suara Yuki yang sedang mengigau sambil meneteskan air mata.
Ryuu yang mendengar itu pun langsung duduk di sebelah Yuki sambil mengusap air mata Yuki, dia lalu mengelus rambut Yuki yang berwarna putih salju itu dengan lembut.
Ekspresi Ryuu sama sekali tidak berubah, dia tetap dalam ekspresi datarnya yang membosankan seperti biasa.
"Yuki."
Secara perlahan Yuki membuka matanya, pandangannya pun terlihat sedikit kabur melihat seorang pemuda yang ada tepat di sampingnya sampai akhirnya dia tersadar sepenuhnya dan mengenali pemuda itu adalah Ryuu.
"Ah...Ryuu..."
Yuki pun bangkit dan mengusap-usap matanya.
"Dimana Anastasia-chan?"
"Si Mochi sudah pulang duluan setelah bantu-bantu tadi."
Yuki masih tampak lemas setelah tertidur beberapa waktu di sini.
"Yuki, apa kamu bermimpi buruk?"
"Eh, memangnya kenapa?"
"Tidak aku hanya penasaran kamu meneteskan air mata sambil menyebut namaku."
Yuki pun terkejut dengan kata-kata Ryuu itu, dia tidak tahu mengapa dirinya bisa bermimpi seperti itu tetapi mimpi itu adalah wujud dari kecemasannya dan rasa kehilangannya saat itu.
"Kalau begitu aku mau beres-beres dulu ya?"
"Ryuu..."
Yuki menjiwit baju Ryuu, dia menundukkan wajahnya seolah-olah tidak mau wajahnya dilihat oleh Ryuu sekarang.
"Bisakah kamu di sini sebentar? Aku masih merasa tidak enak akibat dari mimpi tadi..."
Melihat Yuki yang sudah seperti itu, Ryuu akhirnya menuruti apa yang diinginkan Yuki, dia duduk di samping Yuki dan Yuki pun menyandarkan kepalanya ke bahu Ryuu.
"Ryuu...kamu tidak akan menghilang entah ke mana lagi kan?"
Mimpi itu memang mimpi yang menyedihkan bagi Yuki, dia teringat dirinya yang masih kecil selalu berharap akan datangnya Ryuu lagi ke tempatnya tetapi dia sama sekali tidak pernah datang menemuinya lagi dan menghilang tanpa kabar meninggalkan Yuki kecil sendirian dan kesepian lagi.
"Entahlah, masa depan kita masih jauh, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi."
"Tetapi setidaknya sekarang ini kamu selalu ada untukku kan? Ya kan?"
Ryuu melirik ke arah Yuki yang sekarang dipenuhi oleh kegelisahan dan ketakutan.
Mungkin kejadian itu sangat berpengaruh besar kepada Yuki, kejadian Yuki kecil yang sendirian lagi yang mana teman satu-satunya telah menghilang entah kemana.
"Ya."
Hanya mendengar satu kata itu sudah membuat kegelisahan dan ketakutan Yuki menghilang, dia pun menguatkan dirinya untuk kembali menjadi Yuki yang biasa.
"Ryuu...apa aku boleh minta sesuatu?"
"Apa itu?"
"Genggam tanganku."
Ryuu pun melakukan apa yang Yuki katakan, dia menggenggam tangan Yuki begitupun dengan Yuki, dia menggenggam tangan Ryuu dengan erat.
"Kalau boleh aku jujur, aku sangat takut kepada Anastasia-chan."
"Takut sama Mochi?"
"Ya, aku takut kalau dia akan membawamu menjauh dariku Ryuu, melihat kalian berdua yang terlihat akrab, itu membuatku berpikir apakah aku sebenarnya tidak layak..."
"Seperti yang sudah kami bilang kalau Aku tidak punya perasaan khusus kepada Mochi dan Mochi juga sama sepertiku."
Ini memang menjadi sebuah kegelisahan tersendiri, dia tahu kalau sekarang mungkin Anastasia sama sekali tidak berniat untuk bersaing dengannya tetapi perasaan itu semakin lama akan semakin tumbuh terutama melihat Anastasia yang juga terlihat dekat dengan Ryuu, suatu saat Yuki berpikir akan tumbuhnya perasaan lain di dalam hati Anastasia.
"Pada saat aku menyatakan perasaanku kepadamu, kukira hubungan kita akan dimulai dengan pelan-pelan tetapi entah kenapa aku menjadi sadar kalau begitu aku sekarang tidak ada bedanya dengan Anastasia, kita bahkan sama sekali belum pernah melakukan hal yang seperti sepasang kekasih lakukan."
Yuki semakin menggenggam erat tangan Ryuu.
"Kita baru saja satu hari memulai hubungan ini, wajar saja kalau kita belum melakukan apapun, lagipula kenapa kita harus terburu-buru? Jalani saja sesuai ritme yang kamu inginkan."
"Begitu ya...kalau memang seperti itu maukah kamu mengabulkan permintaanku ini?"
"Permintaan apa?"
Wajah Yuki memerah, dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat yang masak itu tetapi Ryuu masih bisa melihat itu dengan jelas.
"Ma-maukah kamu Da-date denganku?"
Yuki tidak percaya kalau dirinya benar-benar mengatakan ini, tetapi untuk bisa Date dengan Ryuu itu adalah salah satu impian yang dimiliki Yuki selain menjadi wanita dan seorang istri yang hebat.
Ryuu menanggapi Yuki tetap dengan wajah datarnya yang seperti biasa.
"Baiklah."
"Eh benarkah kamu mau?"
"Ya, mumpung akhir pekan aku tidak ada acara yang lainnya."
Mulut Yuki pun tersenyum lebar mendengar Ryuu yang mengiyakan ajakannya, dia terlihat sangat senang dan tidak sabar untuk menantikan hari itu tiba.
"Terima kasih Ryuu."
"Baiklah kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu dan mengantarkan kamu sampai ke tempat tinggalmu."
Yuki senang dengan itu tetapi dia rasa dia tidak mau merepotkan Ryuu lebih dari ini.
"Itu tidak perlu, aku bisa pulang sendirian kok."
"Yuki, apa kamu pikir aku akan membiarkan seorang gadis berjalan sendirian malam-malam tanpa pendamping?"
"Malam? memangnya sudah jam berapa ini Ryuu?"
"Sekitar jam Sembilan."
Yuki sangat terkejut mendengar itu, dari ekspresi wajahnya dia mengatakan seolah-olah tidak mempercayai semua ini.
"Eh....?! be-benarkah?"
Dia pun heran sudah berapa lama sebenarnya dia tertidur di sini sampai-sampai bangun jam segini.
"(sigh) Kamu ini, baiklah kalau begitu aku akan siap-siap sebentar jadi tunggulah di sana."
Mungkin malam hari biasanya adalah menjadi saat-saat yang berbahaya bagi para gadis terutama bagi Yuki tetapi bukan itu alasan sebenarnya.
Di sekolahan ini terdapat pengamanan terutama tepat di gerbang masuk area sekolah, murid-murid terutama perempuan tidak diizinkan keluar sendirian saat malam-malam tanpa memiliki kartu izin, kalau mereka melanggar ini maka dikatakan mereka akan mendapatkan masalah.
Area sekolah sendiri sangatlah luas, bahkan di dalamnya terdapat banyak sekali gedung-gedung dan fasilitas-fasilitas yang bisa digunakan murid termasuk sekarang tempat yang ditinggali Yuki yaitu sebuah gedung khusus untuk Yuki dengan segala perabotannya.
Memang perlakuan untuk murid-murid Jenius di sini sangatlah berbeda dengan murid yang biasa, mereka selalu diperlakukan secara spesial oleh sekolah dan mendapatkan hak-hak istimewa.306Please respect copyright.PENANA6aa0aiaFqN
Setelah itu Ryuu pun bersiap-siap dan Yuki menunggunya sampai selesai, setelah selesai Ryuu berpamitan dengan Taizou dan akhirnya dia mengantar Yuki pulang ke tempat tinggalnya sekarang.
"Apakah tidak ada yang ketinggalan?"
"Tidak."
"Baiklah, sebelum itu izinkan aku berterima kasih karena sudah repot-repot mengantarkanku."
"Tidak, malah ini sudah menjadi keharusanku untuk melindungimu kan?"
"Y-ya...begitu ya? Ehehehehe..."
Setelah obrolan kecil itu akhirnya mereka berdua berjalan bersama sambil menikmati pemandangan malam hari yang agak sepi, mereka berdua berjalan menuju ke gerbang masuk Area sekolah dan seperti yang Ryuu katakan di sana ada penjaga gerbang.
Tentunya Ryuu sudah mengenal penjaga gerbang itu karena hampir setiap hari selama satu bulan ini dia selalu bertemu dengannya.
"Oi Ryuu, ada apa? Apa kamu habis membawa pacarmu ngedate? Kalau begitu katakan saja padaku sebelumnya nanti aku kenalin sama temanku."
"Da-date...sa-salah, a-aku tidak! Ma-maksudku ki-kita."
Melihat Yuki yang terlihat malu dan panik itu, Ryuu segera menepuk pundak Yuki.
"Tenanglah Yuki."
Paman penjaga gerbang yang melihat reaksi lucu Yuki itu hanya bisa tertawa.
"Hahahaha aku tidak menyangka kalau orang yang dijuluki putri es itu bisa kaya gini."
"Paman, bolehkah kami masuk sekarang?"
"Tentu saja!"
Paman penjaga gerbang itu membukakan pintu untuk Ryuu dan Yuki.
Setelah itu Ryuu dan Yuki pun segera berjalan melewati gerbang untuk segera pulang ke tempat mereka tetapi tiba-tiba.
"Hei gadis kecil..."
Yuki pun menoleh ke arah paman penjaga gerbang itu.
Paman penjaga gerbang itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyodorkannya ke Yuki, itu adalah sebuah kartu bebas masuk dan keluar sekolah sama seperti yang dimiliki Ryuu.
"Pa-paman ini?"
"Sssstt jangan keras-keras!"
"Ta-tapi!"
"Kamu ingin terus bersama Ryuu kan? Terima saja ini sebagai hadiah jadian, oke!"
Tentunya Yuki akan menerima kartu itu dengan sangat senang karena dengan itu dia bisa dengan bebas mengunjungi Ryuu pada saat dia sedang kerja sambilan tanpa terkena masalah apapun.
Dengan wajah senang yang berseri-seri dia mengambil kartu itu dan mengucapkan terima kasih, lalu dia pun berjalan menuju Ryuu yang dari tadi mengawasinya dan paman itu dengan tatapan datarnya yang biasa.
"Ayo Ryuu!"
"Um, baiklah."
Ryuu pun mengantarkan Yuki sampai ke depan bangunan khusus tempat tinggalnya dan setelah itu dia akhirnya bisa pulang ke asramanya sendiri.
Tetapi dia tetap tidak mengerti kenapa Yuki terlihat sangat bahagia dan juga sedih hari ini, dia benar-benar tidak bisa mengerti perasaan Yuki sama sekali.
Dengan ekspresi datarnya Ryuu berjalan menuju Asrama laki-laki sendirian di malam hari.
"Kurasa besok akan menjadi hari yang berat."306Please respect copyright.PENANAHPgaMVlkTe