Ini bermula saat hasil rapor kelas 2 SMA semester duaku di serahkan. Saat itu tertulis jelas peringakat yang kudapatkan.
“ Apa yang kau lakukan selama persiapan ujian semester? Berkumpul dengan teman temanmu? Apa kamu tidak belajar, jisoo~ah? “teriak ibu di hadapanku
“ maafkan aku bu. Tapi aku sudah bekerja keras untuk ada di peringkat itu” jelasku sambil menunduk.
“perinkat dua? Kau bilang ini kerja keras? Ya! Kim Jisoo, kau tidak lihat kakakmu? Dia menjadi peringkat satu bahkan saat di ujian akhir sekolah. Tidak bisakah kau sepeti dia..”
“ maafkan aku ibu “ seperti biasa aku hanya anak penurut yang tak berani mengeluarka isi hatiku.
“ masuk ke kamarmu, belajarlah! Kau adalah anak kelas 3 sekarang. Dan ingat ibu ingin kau dapatkan peringkat satu di ujian nanti. Ibu akan carikan tepat les terbaik untukmu, dan tolong jangan sia siakan itu “
“ iya ibu”
Ku langkahkan diriku menuju kamarku, duduk dikursi yang menghadap kemeja belajarku. Kupandangi dengan seksama rapor yang membuat ibu sekali lagi memaharahiku. Aku tak percaya, dia selalu melakukan itu,memarahiku karena peringkatku. Padahal aku benar benar telah bekerja keras untuk itu. Tapi apa dayaku, membantah malah akan memperburuk semuanya.
...
“ haruskah kita duduk sebangku jisoo? “ kata nammi teman sebangkuku di kelas dua kemarin saat kami berjalan menuju kelas baru kami, kelas 3 SMA. Kelas dimana siswanya harus menjadi mesin belajar dan tak ada sinar matahari untuk anak kelas 3.
“ baiklah..” jawabku lesu.
“ Oo jisoo ada apa?kau terlihat lesu?” tanya nammi
“ ah benar. Apa karena peringkatmu kemarin? Ibumu memarahimu lagi? “ lanjutnya.
Aku hanya mengangguk.
“ ya! Padahal kan kau sudah berusaha dengan keras. Dan apa buruknya peringkat dua? Bukankah itu sudah sangat hebat? Ibumu benar benar kejamL” ocehnya lagi.
“sudalah, dia tetap ibuku” kataku masih dengan nada lesu.
Min nammi hanya memandangku sayu.
“ tidak apa apa jisoo, mari berjuang di semester ini! Semangat..”
“Aaa.. terimakasih nammi, kau yang terbaik..” seraya kupeluk sahabat baikku itu.
“tentu saja” katanya membanggakan diri.
Kehidupan yang kujalani hanya 20 persen yang kuinginkan 80 persen sisanya adalah kehidupan ibu. Ibu berkata dulu dia menjalani hidup yang menyedihkan hanya karena dia miskin, namun dia berhasil menjadi seorang direktur sekarang hanya karena dia seorang jenius di sekolahnya dulu.
Itulah mengapa dia selalu ingin membuat kakak dan aku menjadi yang terbaik dalam segala hal. Dia berhasil melakukan itu kepada kakakku, Kim Namjoon. Kakakku adalah anak jenius dengan IQ 154. Tentu saja dengan itu dia menjadi siswa terbaik saat di sekolah. Tapi aku? IQ ku tak sebanyak kakak, sehingga sejak saat itu ibu juga selalu memaksakan aku untuk menjadi seperti kakakku. Meski aku tau itu cukup susah. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda, sekeras apapun aku berusaha menjadi sebaik kakak. Itu takkan bisa jika itu bukan jalanku. Tapi demi tidak dimarahi ibu, aku terus melakukannya, sampai saat ini.
“ Ya! Kim Jisoo, bagaimana rasanya masih di peringkat dua?” tanyanya sinis. Dia adalah cong ah, dia murid peringkat 1 di sekolah. Dia cukup sombong,kurasa karena peringkatnya dan karena ibunya adalah kepala sekolah di sekolah kami.
“ Ya! Mun cong ah, apa maksudmu? Kata Nammi karena melihatku tak bisa berkata dengan pertanyaan Cong ah.
“ Ya! Min Nammi, aku tidak bertanya padamu peringkat lima..! hahaha “ katanya mengejek lagi.
“ apa? Kenapa kau sangat me~ “
“ sudah berhenti ” kataku menghentikan perang mulut yang terjadi dihadapanku.
“ Selamat Cong ah, kau masih peringkat satu “ kataku datar
“ itu kan yang ingin kau dengar?”kataku lagi dengan nada sinis
“ apa “ Cong ah tersinggung dengan perkataanku
“ sekarang bisakah kau pergi dari hadapanku “ seru ku lagi
“ wah, luar biasa. Kau masih sangat sombong bahkan dengan peringkat dua milikmu “
“ berhenti “ suara itu datang dari bangku belakang
“ Ya! Mun Cong ah. Bisakah kau berhenti mengatakan peringkat, peringkat, peringkat . selalu itu yang kau ocehkan. Kau benar benar sangat bangga dengan hal itu ya? “ suara dari bangku belakang ternyata adalah suara jungkook. Dia berdiri tepat di hadapanku sekarang,menghadap ke cong ah dengan wajah kesal.
“ apa apaan ini? Kenapa kau ikut campur. Ah, kau membela jisoo? Luar biasa, apa yang kau lihat darinya? “ jawab cung ah. Semua orang tau bahwa cong ah menyukai jeon jungkook sejak kami kelas dua. Tapi semua pun tau bahwa jungkook tidak menyukainya.
“ Cong ah,sudalah. Bisakah kau berhenti? Duduk dan belajarlah jika kau ingin berada di beringkatmu itu” kata jungkook
Cong ah pergi sesuai perkataan jungkook. Perdebatan itu berakhir dengan begitu saja hanya karena jungkook disitu.
“ Jisoo~ ah, bukankah jeon jungkook terlihat keren? “ kata nammi membahas kejadia tadi.
“ apa?oh, kau menyukainya? Baiklah, bersiaplah menjadi saingan si peringkat satu “ kataku menggodanya
“ dasar, aku tidak bermaksud seperti itu “ katanya sambil tertawa kecil.
***
ns 18.68.41.140da2