271Please respect copyright.PENANA7h8OBuFzQh
"Renita, kau pasti terkejut" seru seorang pria disampingku.
Aku terkesiap menatapnya sebentar. Heran. Sekaligus terkejut
Sangat.
Napasku tak beraturan, sesak rasanya dalam dada. Tapi mulutku terkunci tak mampu mengatakan apa-apa.
"mau duduk sebentar?" kini tawarnya padaku, begitu ia memastikan aku yang mulai tak bisa mengendalikan perasaanku.
"kau siapa?" tanyaku bingung
Pria itu berwajah tenang, tersenyum menjawabku.
Dibahu jalan yang ramai akan mobil-mobil yang berhenti penasaran, aku menyaksikan bagaimana mobilku terbakar akibat benturan yang cukup keras pada besi pembatas jalan271Please respect copyright.PENANAd58jp6Wc7z
Ambulance dan pemadam tiba tak cukup sepuluh menit setelahnya, menambah riuh tegang suasana diselamatkannya aku dari dalam mobil naas tersebut.
Mengerikan, benar-benar mengerikan.
Tapi entah apa yang membuat puluhan pasang mata itu justru tanpa takut terus menatap dengan raut penuh tanya, apa yang akan terjadi pada gadis didalam mobil tersebut.271Please respect copyright.PENANAvqzdgOFLBn
Apakah sudah tewas? Atau masih bisa diselamatkan? Sungguh kasihan.271Please respect copyright.PENANAQtSAbDHQjy
Tapi tak bisa berbuat apa-apa, seolah kaku tak mampu bergerak
Sementara itu, tatapanku kosong mengarah pada diriku yang masih ada didalam mobil, bersimbah darah dengan mata tertutup, sebentar lagi mungkin akan hangus terbakar jika tak segera diselamatkan.
"apa aku sudah mati?" tanyaku pada pria yang entah ia muncul dari mana, aku pun tak sadar.
"mungkin" katanya
"apa yang kau maksud dengan mungkin?" tanyaku kembali padanya, keningku berkerut pertanda benar-benar tak paham keadaan. Bagaimana bisa aku dapat melihat tubuhku yang lain masih berada dalam mobil dan hampir terbakar.
"apa kau takut?" katanya masih tetap dengan wajah tersenyum
Aku menarik pandanganku darinya, sudah sangat jelas aku tidak bisa menyembunyikan ketakutanku sekarang. Tanganku bergetar tak karuan ketika menyentuh bibirku sendiri yang sudah kering.
"Renita" serunya memanggil namaku seperti bergema
Aku mendongak melihat wajahnya yang masih tak ubahnya tenang seperti pertama kali ia muncul.
"kita harus pergi" pintanya berjalan mendekat, seketika aku menjadi panik menatapnya dengan mata gemetaran
"kemana?, tolong jangan bawa aku pergi"
Pria itu kembali tersenyum tenang
"mari kita pergi ketempat dimana kesedihan itu berasal"
***
Pria itu berjalan lebih dulu, mendahuluiku dengan memimpin jalan.
Lambat laun aku mengikutinya dari belakang barulah aku sadar jika kita seperti mengalami time loop, atau teleport saat itu. Sesuatu yang hanya kuketahui dalam serial fantasi dan buku-buku dongeng.
"ini seperti mimpi" seruku dibelakangnya
Ia menoleh dan kembali tersenyum. "ini memang hanya mimpi"271Please respect copyright.PENANA6l5uzoskVU
Aku mengernyit membalas tatapannya, lalu pelan-pelan aku mengedarkan pandangan kesekelilingku. Ini adalah kantor tempatku bekerja.
19 Juni 2018
49 hari sebelum malam terjadinya kecelakaan, kulihat diriku sendiri yang sedang berdiri dihadapan kaca gedung. Termenung sendirian disana, tanpa suara.
"itu aku" seruku cepat begitu sadar. Pria disampingku hanya mengangguk mengiyakan.
Malam itu hujan cukup lebat, sayup-sayup terdengar gemuruh dari luar jendela gedung lantai 15, tak memberi sedikitpun ketenangan kala itu. Jantungku berdebar setiap kali petir nampak dilangit-langit malam yang amat gelap. Tapi kerlap-kerlip cahaya lampu gedung dan jalan berkata lain, ia memberi nuansa yang berbeda meski badai telah berderuh cukup lama. Dari jauh nampak indah, seperti jutaan cahaya yang saling beradu pantul di setiap tetes hujan yang turun.
Aku terlihat menyentuh pelan kaca jendela dengan jariku, sekejap dingin menyelimuti tanpa ampun. Mungkin telah menjalar masuk sampai kedalam hatiku.
Aku ingat itu adalah malam dimana aku bertengkar dengan ibuku, dia menjadi sangat temprament dan emosional semenjak ayahku meninggal 5 tahun lalu, hingga setiap kali pertengkaran kami berlangsung, ia akan menjadi begitu berlebihan dalam bersikap, mengataiku ini dan itu lalu mengutukku. Sejak saat itu aku menjadi setan dalam kehidupannya.
Satu hal yang selalu kuinginkan, "ku harap salah satu kutukannya bisa memusnahkan ku dan segera meninggalkannya"
Aku lelah jika harus berkutat dengan satu masalah yang seperti tak ada habisnya.271Please respect copyright.PENANAgoJPDc2hRU
Aku harusnya bisa memaklumi, ibu sudah sangat tua. Hampir enam puluh tahun. Dia terus mengulang kata-kata yang sama setiap harinya dan mengungkit semua keburukan dimasa lalu.
"Dia sudah gila" kataku sendiri
Kulihat diriku berbalik menuju meja kerja dan menarik tas tanganku. Pulang cepat bukan tujuanku malam itu. Aku tidak ingin sampai dilihat oleh wanita tua itu dirumahnya, jadi mungkin aku akan pulang ketika dia telah tertidur.
"Renita" aku menoleh bersamaan begitu mendengar suara pak Bayu bosku dari dalam ruangannya
Aku berhenti sebentar sebelum melangkah pergi. Mengedarkan pandangan ke ruang kantor yang sudah sepi dan gelap, lalu menatap ruang atasanku yang masih bercahaya.271Please respect copyright.PENANApAYiWIDaRU
Satu setan lagi yang masih hidup ada didalam ruangan itu.271Please respect copyright.PENANADnKzdVZeGD
Tak lama kemudian ia terlihat keluar dari ruangannya dengan sangat angkuh dan tanpa rasa bersalah menyimpan dokumen-dokumen tepat diatas mejaku.271Please respect copyright.PENANAPt0Rm6DhCQ
Tidak perlu berbicara banyak, aku sudah tau jelas apa yang dia inginkan.
"besok" katanya santai
Aku bergerak menyentuh dokumen-dokumen tersebut dan memastikan seberapa banyak lagi yang ia berikan malam ini.
Aku kembali duduk di kursiku dengan penuh perasaan lelah. Aku berkutat selama tujuh tahun lebih untuk mengerjakan pekerjaan yang tak pernah tuntas ia selesaikan, ditambah lagi mengatur seluruh urusan pribadi dan keluarga layaknya seorang asisten rumah tangga.
Dan ketika aku tidak dapat melakukan pekerjaanku dengan baik mereka hanya tinggal bilang
"itu hal yang mudah, bagaimana bisa kau tidak mampu melakukannya" atau "aku tidak271Please respect copyright.PENANAHVBRfjZyHT
membayarmu untuk melakukan kesalahan seperti itu"
Aku benci ketika aku justru menggantungkan hidupku pada lintah darat seperti mereka.
Menjijikkan.
Pria tua bangka itu kemudian kembali terlihat begitu ia keluar ruangan dan melewati mejaku, dengan wajahnya yang dingin. Bagaimana bisa dia pulang dalam keadaan seperti ini. Entah sudah berapa banyak sumpah yang mengudara begitu melihat perut besarnya yang penuh lemak itu berjalan santai meninggalkan ruang kantor.
Memperlakukan bawahan begitu rendah. Lihatlah bagaimana ia membuat kepala orang-orang yang bertemu dengannya nyaris menyentuh tanah hanya sekedar menunjukkan betapa tinggi derajatnya.
Memerintah tanpa ampun dan belas kasih lalu bersembunyi dari balik kata 'terima kasih'.
Aku menunggui diriku cukup lama hingga akhirnya malam itu aku pulang larut. Sudah sangat jelas setelah aku akhirnya dapat menyelesaikan laporan hutang beserta bunga atasanku yang makin membludak setiap minggunya.
Ini lucu karena ia masih bisa begitu santai menjalani hidupnya ditengah hutang yang semakin melilit kerongkongannya.
Sesampai dirumah kupikir wanita tua itu telah tidur tapi ternyata tidak, wajahnya271Please respect copyright.PENANA7IpekbjFXQ
masih nampak dengan mata sayup-sayup menahan kantuk.
Begitu menangkap bayanganku, tergopoh-gopoh ia berjalan mendekati pintu.271Please respect copyright.PENANA44Qov28J77
Ia tidak mengatakan apa-apa lagi setelah ia menatap muka ku sebentar, lalu kulihat tatapanku mengkerut menatap kesal punggung ibuku yang berjalan masuk kedalam kamarnya.
Saat itu kupikir orang-orang dengan begitu mudah memperbaiki keadaan tanpa peduli jika masih ada hati yang senantiasa mengingat segala pesakitan sebelumnya.
***
Aku berbalik sebentar, memastikan jika pria berwajah ramah itu ternyata masih membuntutiku dibelakang. Aku baru sadar jika perawakan orang itu seperti pria berusia dua puluhan tahun mungkin seperti usia ku sekarang, wajah yang rupawan dan putih bersih. Mata yang indah agak sayup.
Aku tak yakin berapa lama aku berjalan dan akhirnya bisa duduk disebuah kursi tua yang entah dimana, saat sejauh mataku memandang aku tidak melihat apapun selain jalan yang begitu panjang seolah tak memiliki ujung. Satu tanganku menengadah berusaha merasakan udara seperti sebelumnya, tapi hampa, tak ada rasa.
Apa ini yang dinamakan kematian?
Lalu bagaimana dengan rasa sakit yang selama ini orang katakan?
"apa kau malaikat?" tebakku agak ragu
Pria itu hampir tertawa karena mendengarku. Pelan ia menggeleng sebagai jawaban.
"lalu apa?" tanyaku lagi
Pria itu kembali tersenyum
"aku akan menjadi apapun yang kau pikirkan, jika itu malaikat maka aku malaikat" jelasnya ramah
Aku mengernyit tak paham.
"lalu, apa aku ini hantu?" tanyaku lagi
"apa kau sudah mati?" pria itu justru balik bertanya
Aku menunduk ragu, aku bahkan tidak tau bagaimana keadaanku sekarang.
"lalu ini dimana lagi?" tanyaku mengedarkan pandangan. Pria itu ikut melihat sekeliling.
"aku tidak tau" katanya
"lalu apa yang akan kita lakukan disini?"
"duduk sebentar?" katanya dengan nada bertanya
Aku diam setelahnya, tak ingin mengatakan apa-apa lagi, bertanya padanya pun seolah percuma.
"Renita-"
"apakah kau berpikir kesedihanmu akan usai ketika kau telah mati?"
Aku mengkerutkan kening mendengarnya. Bagaimana bisa dia menyimpulkan sesuatu ketika kita bahkan baru bertemu beberapa saat yang lalu.
"apa kau tidak memiliki seseorang yang kau khawatirkan ketika kau telah tiada?" katanya lagi271Please respect copyright.PENANAaBUlBMhU37
Aku hampir tertawa mendengarnya, seperti lelucon. Aku bahkan ragu orang-orang akan mengunjungi pemakamanku dengan wajah sedih, alih-alih mereka mereka akan merasa begitu kehilangan. Lalu kemudian mereka akan kembali tertawa dan menjalani kehidupan mereka seperti biasa.
Aku bangkit dari dudukku dengan tekanan lutut yang berat. Seperti akan271Please respect copyright.PENANAAaUBAbFnm0
memulai perjalanan panjang nan jauh. Lelah telah mengintaiku lebih dulu, tapi ujung jalan tak sedikitpun nampak.
"kenapa aku harus mengkhawatirkan orang lain ketika pada akhirnya aku hanya akan berdiri diatas kedua kakiku sendiri?" kataku pada pria yang masih duduk menungguiku.
"bagaimana kalau kita pergi sekarang?"
***
ns 15.158.61.20da2