"Ini semua berkat kau, Phaon. Aku masih hidup sampai sekarang."
307Please respect copyright.PENANAgORuTn1btW
Pria tinggi yang berdiri di depanku itu berbalik. Wajahnya yang dipenuhi keriput menggeleng perlahan. "Ini sudah menjadi tugas saya, Yang Mulia," ucapnya sambil menaruh tangan kanannya di dada sebelah kiri dan membungkuk, tanda hormat. Aku mengalihkan pandanganku darinya dan menunduk pelan.
307Please respect copyright.PENANA6E0zCYVIaK
Kuseka keringat di wajah. Aku sudah lelah. Lelah dengan semua pelarian ini. Semua orang mengatakan bagaimana aku adalah seorang tirani kejam yang sudah sepantasnya turun takhta dan dihukum mati. Tapi apa yang kulakukan salah? Aku hanya berusaha sebaik mungkin menunaikan tugasku sebagai seorang kaisar.
307Please respect copyright.PENANAwM4heinHim
"Kita sudah sampai," ucap Phaon menunjuk bangunan di hadapanku. Tembok besar menjulang tinggi dengan sebuah gerbang berada tepat di tengahnya. Dari balik batu besar, aku mengawasi keadaan. Sebuah kereta kuda yang membawa barang dagangan berjalan mendekat. Begitu sampai di depan gerbang, sekelompok prajurit berbaju putih mendekatinya dan memeriksa kereta beserta barang dagangan dan pengemudinya dengan sangat teliti.
307Please respect copyright.PENANADnmqAsjLZs
"Kalau begini, kita akan tertangkap terlebih dulu sebelum sampai didalam," ucap Larcarus (Larc), menyuarakan apa yang saat itu juga sedang kupikirkan. Mendengar hal itu, Phaon mengeluarkan peta yang dia bawa, dan membentangkannya di atas tanah. "Kalau kita tidak bisa menggunakan gerbang, kita dapat masuk lewat sini," ucap Phaon menunjuk bagian barat dari dinding berbentuk lingkaran tersebut.
307Please respect copyright.PENANA6W8DWN6N24
§
307Please respect copyright.PENANAnNfWdyAoXp
"Yang benar saja, apa kau bercanda?! Bagaimana bisa dia memperlakukan Yang Mulia Kaisar seperti ini?!" teriak Neophytus (Neo) menendang-nendang pintu besi di hadapan kami, melampiaskan kekesalannya. Namun dengan fisiknya yang lemah, pintu besi itu tetap bergeming tak bergerak, seolah mengolok-olok kami yang berada di dalamnya.
307Please respect copyright.PENANAKBq6AMbJrU
Sebelumnya, setelah mengetahui mustahil untuk memasuki kota melalui gerbang yang dijaga ketat, kami memilih menggunakan jalan lain di bagian barat dinding pertahanan. Sayangnya, yang disebut 'jalan' itu bukanlah benar-benar sebuah 'jalan', melainkan saluran air tua yang menuju ke daerah kumuh di sudut kecil bagian tenggara kota.
307Please respect copyright.PENANAR6VRRqFDVR
Rumah-rumah tersusun berserakan. Orang-orang kurus kering berbaring di jalanan. Dan anak kecil berlarian dengan sepotong kecil roti di tangan. Melihat itu, timbul rasa berat di dada. Sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Phaon yang berjalan di depanku melihat ke arahku. Wajahnya yang tertutup tudung tidak begitu jelas terlihat, namun sekilas aku melihatnya tersenyum. Seakan mengatakan, kau tidak pantas menjadi kaisar.
307Please respect copyright.PENANASZ6L67WhJ7
Setelah berjalan sebentar, kami sampai di utara kota. Sebuah bangunan besar dan megah yang tidak dapat dibandingkan dengan bangunan lain disekitarnya, berdiri sendirian di atas bukit. Disitulah tempat tujuan kami, villa pribadi milik Phaon. Tempat aku bersembunyi untuk sementara waktu dari kejaran prajurit dan rakyat yang berusaha melakukan kudeta.
307Please respect copyright.PENANAwuugfXqOys
Namun sayangnya, atas dasar keamanan, bukannya ruangan besar dengan barang-barang mewah yang biasa digunakan sebagai kamar tamu, Phaon justru memintaku untuk tinggal di ruangan bawah tanah villa miliknya. Sesuatu yang lebih pantas dikatakan sebagai 'penghinaan' bagi seorang kaisar.
307Please respect copyright.PENANAiYRgvs0Uu6
"Apa yang akan kita lakukan sekarang, Yang Mulia?" tanya Larcarus sedikit tersengal, menahan Neophytus yang terus memberontak dengan salah satu lengannya. Aku menatap lekat dua sahabat sekaligus pengikut setiaku itu, yang ditatap menatapku balik dengan raut cemas di wajah, memahami satu sama lain tanpa kata.
307Please respect copyright.PENANAOzLRZ6fkdk
Sebenarnya sudah sejak awal aku mencurigai Phaon, namun aku tidak mau mengakuinya. Phaon adalah penasihat kaisar yang sudah mengabdi sejak ayahku, kaisar sebelumnya, menjabat. Ayahku meninggal saat usiaku 8 tahun, dan aku naik takhta saat usiaku masih 13 tahun. Aku tidak punya pilihan selain harus bergantung padanya, tapi apa aku benar-benar bisa mempercayainya.
307Please respect copyright.PENANAdGhgZwpVOj
"Kita lihat situasinya terlebih dulu," ucapku ragu yang diikuti desahan kecewa Neophytus.
307Please respect copyright.PENANAof2yzwo5uX
Tak lama, terdengar derap kaki kuda mendekat, kenapa bisa ada kereta kuda disini. Aku berjalan mendekati ventilasi yang terhubung ke halaman depan. Sebuah kereta kuda berhenti di halaman depan villa dengan iringan prajurit di belakangnya, bangsawan? Siapa yang datang malam-malam begini. Karena penerangan yang terbatas, aku tidak dapat melihat simbol keluarga yang biasa tergambar di pintu kereta bangsawan, namun melihat Phaon yang tergesa menemui 'bangsawan' itu, pasti bangsawan yang berasal dari keluarga besar dan penting di kekaisaran.
307Please respect copyright.PENANAXGCqQPy9us
Sesampainya di depan kereta, Phaon memberikan hormatnya pada sosok di dalam kereta. Pintu kereta terbuka dan seseorang keluar dari dalam kereta, yang sayangnya terlalu gelap untuk mengetahui siapa dia. "Dimana Lucius?" ucap 'bangsawan' itu seketika setelah turun dari kereta. Lucius? Apa mereka membicarakan ku?
307Please respect copyright.PENANA3z6OgZMlqI
"Kaisar Lucius berada di tempat yang aman," ucap Phaon pada sosok 'bangsawan' itu. Kenapa mereka membicarakan ku? Apa dia orang yang kukenal? Apa 'dia' berada di pihakku? "Bagaimana keadaannya?" tanya 'bangsawan' itu, Phaon menunduk. "Buruk. Lucius masih hidup."ucap Phaon tegas tanpa menyatakanku sebagai 'kaisar'. Kenapa? Seakan dia mengatakan bahwa aku bukan lagi sang 'kaisar'? Seakan dia mengatakan bahwa fakta aku masih hidup adalah sesuatu yang buruk bagi mereka? Saat itu aku tahu, Phaon tidak pernah berada di pihakku.
307Please respect copyright.PENANAuEtVhx3PHz
"Lucius. Si penakut itu tidak mungkin melakukannya. Bukankah akan lebih baik jika kita merubah rencana kita?" lanjut Phaon mengusulkan sarannya pada sosok 'bangsawan' itu. Namun, sosok itu menggeleng dan mengatakan dengan tegas, "Tidak. Rencana tidak akan berubah."
307Please respect copyright.PENANATQZFazbwPf
Seakan lelah dengan situasi yang mencekam, awan-awan beranjak pergi, meninggalkan bulan yang bersinar terang sendirian. Akhirnya, sosok 'bangsawan' itupun terungkap. "Bagaimanapun caranya, kita harus membuat Lucius mengakhiri hidupnya sendiri," lanjut sosok 'bangsawan' itu diakhiri senyuman licik di wajahnya. Itu kan... JULIUS?!
307Please respect copyright.PENANAO5XTzjQB4Y
§
307Please respect copyright.PENANAIc3ujWot50
"Bagaimana kalau aku saja yang jadi rajanya?" Seorang anak mengulurkan tangannya padaku. Mataku yang mulai panas dan dipenuhi air mata, tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ingin ku menolak dan menepis uluran tangannya, namun melihat Neophytus dan Larcarus yang mulai mengejar, tanpa berpikir panjang aku meraih tangannya dan menjawab, "baik."
307Please respect copyright.PENANAvdk1PcWpeV
Itu adalah ingatan pertamaku tentang sosok Julius. Siapa yang menyangka apa yang terjadi saat itu, akan terulang lagi saat ini. Bukan dalam permainan, namun kenyataan. Penuh darah, pengkhianatan, dan putus asa.
307Please respect copyright.PENANAtjgqTtJQhF
Hei, tuhan, dewa, atau apapun disana. Kau selalu melihatku, bukan. Bagaimana aku berjuang untuk menjadi seorang kaisar yang baik, meskipun usiaku masih belia. Bagaimana aku kehilangan akalku dan melakukan hal-hal yang gila. Bagaimana akhirnya aku jatuh dalam lubang putus asa dan pengkhianatan. Pada akhirnya, aku hanyalah boneka yang menari di atas telapak tangan mereka.
307Please respect copyright.PENANAmHBpdussmm
"Larc. Neo." Aku menatap lekat kedua sahabat yang sudah menemaniku sejak kecil tersebut. Tanganku gemetar. Tubuhku menggigil. Dan pandanganku mulai kabur. Rasa ragu, cemas, dan takut mulai menyerang alam bawah sadarku.
307Please respect copyright.PENANAiqwYNrfSl4
"Lucius," melihatku yang tampak pucat, mereka memanggil namaku. Bukan sebagai kaisar, bukan juga sebagai atasan mereka. Namun sebagai Lucius, teman masa kecil dan sahabat terdekat mereka. Dengan tatapan tajam, mereka melihat langsung ke arahku, seakan mengatakan kami siap.
307Please respect copyright.PENANAVBlf3pIt9L
Kuarahkan belati ke leher. Rasa dinginnya menusuk sampai ke tulang. Ah, apa akhirnya hidupku akan berakhir seperti ini. Rasa perih dari luka sayatan digantikan dingin dari cairan merah yang mengalir tanpa henti. Hingga akhirnya semua menjadi gelap.
ns 15.158.61.48da2