Seorang cewek berpiyama merah muda sedang sibuk memasukkan berbagai barang ke dalam tas hitam bergaris putih miliknya. Kala tangannya sibuk memasukkan barang, mulutnya juga tak henti menyanyikan lagu berbahasa asing yang terputar dari hp miliknya. Suasana kamar malam itu cukup nyaman. Namun berbading terbalik dengan suasana hatinya yang kesal tak karuan. Masih terbayang dengan jelas di otaknya bagaimana isi kolom chat nya dipenuhi keluhan dari teman-temannya tadi siang,
“Yah batal..”
“Ria kok gitu sih..”
“Ga lengkap deh kita”
dan masih banyak lagi keluhan. Gadis itu sama sekali tidak ada niatan untuk membatalkan janji yang sudah lama ia dan temannya buat. Namun mau dikata apa, kala surat edaran dari sekolah menjadi alasan paling kuat ia harus membuat teman-temannya kecewa lantaran dirinya tidak bisa ikutan nge-julid bersama teman-teman satu gengnya, The Bulliers.
Ya, tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini, hanya malam ini saja, Ria harus rela menelantarkan kasur empuk hello kitty yang memanggil namanya ribuan kali. Dengan berat hati, gadis penggemar nomor satu hello kitty itu harus melangkah pergi darinya selama dua puluh empat jam alias sehari.
Sejujurnya ia tidak akan kemana-mana, hanya menginap dua hari satu malam di sekolah demi kegiatan Perjusa (Perkemahan Jumat Sabtu). Dengan sangat terpaksa gadis bernama lengkap Maria Wanly itu menandatangani surat edaran sekolahnya untuk mengikuti kegiatan wajib tersebut. Bukan apa, ia terpaksa mengikuti kegiatan tersebut karena ia sendiri masih mau rapornya diisi dengan nilai, sekalipun harus bertabur cabai dan omelan wali kelas. Selain itu, nilai sikap juga ikut dipertaruhkan bila Ria nekat bolos kegiatan tersebut.
“Bagi siswa yang tidak ikut, Bapak akan kasih sikapnya nilai C!”
Seketika ancaman Pak Marjuni kembali terngiang di kepalanya. Bapak berkumis yang sejujurnya lebih mendalami mata pelajaran biologi itu tidak pernah bosan untuk memberikan ancaman bagi setiap murid yang hendak bolos dari kegiatan terkait ke-Pramuka-an. Bahkan jika ada murid yang terpaksa izin pun akan diberikan tugas tambahan yang tingkat kesulitannya setara dengan tes SBMPTN.
Ria jadi kesal kalau harus mengingat lagi kata-kata gurunya itu. Jadi mau tidak mau ia harus membatalkan janji temu dengan teman dari sekolah lamanya. Ia pikir lebih baik melewatkan momen daripada harus mengerjakan tugas tambahan. Lagipula, ia tidak akan sendirian juga. Teman se-geng nya tentulah juga akan mengikuti kegiatan yang satu ini.
***
Hari Jumat pukul satu lewat tiga puluh siang kegiatan Perjusa resmi dimulai. Diawali dengan apel pembuka dan diakhiri dengan tepukan tangan dari seluruh peserta, dilanjut dengan briefing dari kakak pembina yang sebetulnya merupakan guru-guru yang wajahnya tidak asing lagi bagi Ria, tapi memaksa dipanggil kakak, gadis yang duduk di bangku IPA itu bersama dengan keenam teman kelompoknya mengikuti jalannya kegiatan dengan hati terpaksa. Dilanjut dengan berbagai permainan yang menguji kekompakkan anggota kelompok, rakit-merakit tali, menebak sandi morse, drama dadakan, makan bersama, sampai tibalah momen yang paling ditunggu oleh semua murid, api unggun.
Semua murid, dari IPA sampai IPS, dari yang nerd, sampai selebgram sekolah, sudah heboh mempersiapkan kamera hp untuk merekam nyalanya api unggun sambil sesekali selfie cantik. Di pinggir lapangan sudah ada dewan ambalan dan kakak pembina yang sedang memegang obor untuk dibawa berkeliling api unggun dan disulutkan ke tumpukan kayu yang telah dilumuri bensin di tengah lapangan.
Di lapangan, Ria sedang asyik duduk sambil bercanda bersama temannya, namun mendadak jadi tidak fokus dengan obrolannya karena ada kehadiran sosok seorang dewan ambalan yang ia suka secara diam-diam. Glenn, teman sekelasnya selama tiga tahun, teman kelompok, dan juga yang sukses membuatnya baper setengah mati.
“Liatin siapa, Ri?” Ella, teman sebangkunya yang selalu menempel bersama selama tiga tahun, sekaligus teman satu kelompok mendapatinya sedang menatap seseorang yang ia tahu pasti siapa itu.
“Ehm……Ngga kok, El.” Ria berusaha mengelak.
Namun Ella bukanlah orang yang baru tiga hari mengenal Ria. Ia tahu betul betapa bestie nya ini sangat mengagumi teman mereka yang sudah sekelas selama tiga tahun. Ella tahu betul kalau Glenn, sosok yang dipuja oleh Ria itu tidak tertarik akan asmara ABG macam sinteron atau di komik online. Glenn hanya menganggap semua orang, baik cewek maupun cowok, itu teman biasa, tidak ada yang spesial.
“Ga usah boong, udah ketauan.”
“Kentara banget ya gua liatin dia?” Tanya Ria pada Ella.
“Iya lah, jelas.” Jawab Ella santai sambil merapikan rambutnya.
Kemudian Ella kembali membuka suara,
“mau sampe kapan, Ri? Gak cape apa cuma lu yang berjuang tapi dia kaga?”
Sedetik kemudian Ella jadi merasa bersalah karena mendapati raut wajah bestie nya jadi mendadak sedih, “kalo gua jujur, pasti dia bakal ngejauh. Kita bakal awkward parah nanti.”
“Iya juga sih…” Timpal Ella, agak setuju dengan pernyataan Ria. Ia tidak bisa berbuat banyak mengenai perasaan Ria pada Glenn.
Pernah sekali ia iseng mengatakan pada Glenn bahwa Ria menyukainya. Jawaban dari Glenn tentulah sudah bisa ditebak,
“Ngaco aja lu!”
Glenn pernah mengatakan kepada Ella bahwa ia berprinsip tidak akan berpacaran selama di sekolah. Ia hanya akan fokus pada studinya, mendapatkan beasiswa, dan bekerja. Soal asmara itu ada di urutan paling akhir dari daftar hidup seorang Glenn.
Ya kalau boleh jujur, sebetulnya tidak ada yang spesial dari cowok bernama lengkap Glenn Michael itu. Secara tampang jelas ia kalah dengan Owen, si anak IPS yang juga digemari oleh Ria dan Ella. Ia bukan abas (anak basket) macam Felix yang tingginya bukan kepalang itu, bukan ketua OSIS, bukan juara satu kelas, bukan juga cowok cool macam oppa Korea. Hanya saja kelakuannya yang tengil sekaligus manis itu yang membuat hati Ria selalu tak karuan macam angin topan yang memporak-porandakan sekelilingnya. Memang ya kalau sudah cinta, apapun akan terasa indah.
Kalau kalian bertanya perlakuan seperti apa yang masuk kategori manis bagi Ria, banyak. Seperti misalnya selalu mendahulukan cewek yang hendak keluar dari kelas, selalu berinisiatif membantu cewek jika sedang membawa tumpukan buku yang banyak, dan masih banyak lagi yang kalau dijelaskan satu per satu akan menghabiskan waktu semalaman.
188Please respect copyright.PENANAFYKWPXYnz3
Flashback Start
Hari itu hari Kamis dan hujan lebat menjadi penutup kegiatan belajarnya yang membosankan. Ria sedang duduk di teras sekolah seorang diri sambil membaca novel yang ia temukan secara mendadak di laci meja guru. Sejujurnya ia sama sekali tidak berniat membaca apalagi sampai mencuri novel dengan judul bahasa inggris itu, namun daripada mati bosan ia jadi memilih untuk menghabiskan waktu membaca novel itu walau tidak mengerti isinya. Oh ya, salahkan pula dirinya yang tidak membawa payung ataupun jas hujan hingga akhirnya harus menunggu hujan reda. Mana hp nya kehabisan paket data sehingga ia tidak bisa memesan ojek online untuk mengantarnya pulang. Jadi sudah dipastikan bahwa ia harus rela berlama-lama di sekolah sampai hujan reda.
Tak jauh dari sana Glenn berjalan menuruni anak tangga satu per satu. Dengan wajah lelah dan suntuk ia menggendong tas ranselnya di pundak. Kala itu ia baru selesai mengikuti rapat kegiatan keagamaan bersama adik kelas. Sebenarnya bisa saja ia menunggu hujan berhenti dengan duduk-duduk di ruang kelas sambil berbincang santai dengan adik kelasnya, namun ia merasa ruang kelasnya terlalu panas untuk ia tempati. Alhasil ia pun memilih untuk menunggu di bawah, entah jajan di kantin atau hanya duduk sambil bermain hp di teras sekolah.
Mungkin memang sudah seharusnya mereka bertemu, maka ketika Glenn sudah sampai di anak tangga paling bawah dan hendak berbelok ke arah kantin, ekor matanya mendapati Ria, temannya yang sedang duduk sendirian di teras sekolah. Ia mendapati teman sekelasnya itu tidak membawa payung ataupun jaket. Melihat itu ia dengan santainya mendekati Ria, melepaskan jaket abu-abu yang dikenakannya dan menjatuhkannya tepat di atas kepada Ria. Alhasil, Ria yang sedang asyik membaca seketika pandangannya menjadi gelap karena tertutup seonggok jaket.
Kaget, ia segera mengambil jaket itu dari kepalanya. Saat ia menengadah untuk melihat siapa si pelempar jaket, ia menyesal mendapati sebuah senyuman yang baginya manis itu diarahkan padanya.
“Lu udah gila ya?!” Tanya Ria dengan maksud bercanda pada Glenn.
“Pegang ya, gua kepanasan nih.” Jawab Glenn santai.
“Dih. Ga jelas lu.” Jawab Ria lagi sambil pura-pura sibuk membaca novel, padahal aslinya ia sedang bersusah payah menetralkan detak jantungnya.
"Dipake ya. Lagi masa ujian, nanti lu sakit lagi." Glenn yang masih setia berdiri di sebelah Ria kembali bersuara.
Tak ada jawaban dari cewek yang masih setia memandangi novel itu.
“Jantung, lu bisa diem ga sih? Gua bisa gila nih kalo begini!” Dari depan Ria sok cool, padahal di dalam hati ia dangdutan.
Keheningan melanda mereka. Terima kasih kepada suara hujan dan sedikit petir yang menjadi suara latar pembebas dari canggung. Setelah cukup lama saling sibuk dengan kegiatan masing-masing, akhirnya Ria berinisiatif membuka suara duluan,
“Glenn, lu ga-“
Kata-katanya terhenti kala ia mendapati fakta bahwa Glenn sudah tidak ada di sampingnya, hilang entah kemana. Ria panik. Tentulah karena jaketnya masih ada di pangkuannya, sementara si pemilik sudah berlalu entah kemana. Ia pun akhirnya menutup novelnya, menggendong tas ransel biru polkadotnya, dan berjalan ke kantin. Tak lupa jake tabu-abu milik teman sekelasnya itu ia pegang di tangan kirinya. Alasan paling jelas ia memilih ke kantin Karena ia pikir kalau cowok itu sedang membeli makanan favoritnya, mie instan. Namun perjalanannya ke kantin ternyata nihil, Glenn tidak ada disana. Ia pun berinisiatif menelusuri seisi sekolahnya, namun hasilnya tetap nol besar, Glenn tidak ada.
Di tengah kebingungannya mencari sosok Glenn yang hilang, Pak Najadi, si penjaga sekolah menegurnya “Neng, udah sore nih, hujan juga udah kelar, ga mau balik apa?
Akhirnya mau tak mau Ria menggunakan jaket itu untuk menutupi kepalanya dari gerimis halus sisa hujan tadi. Ia pun tetap kering sampai rumah, sementara Glenn mungkin basah kuyup atau entah bagaimana tapi semoga tidak sampai sakit. Demi membalas kebaikan si cowok penyuka anime itu, malamnya Ria mencuci, menyetrika, bahkan menyemprotkan pewangi pakaian pada jaket itu sebelum benar-benar dikembalikan pada si pemilik. Untungnya keesokan harinya Glenn tetap masuk sekolah dan tidak sampai demam atau pilek, malah makin iseng ke Ria.
Flashback End
Namun yang harus diingat adalah perlakuan manis Glenn itu tidak hanya ditujukan pada Ria saja, tetapi juga pada semua orang. Hal itulah yang membuat Ria bimbang. Kalau digambarkan itu rasanya seperti Ria dibawa terbang ke langit ke sembilan lalu ditendang jatuh ke got kala ia mengetahui bahwa Glenn tidak hanya baik padanya, namun juga pada semua orang, baik itu cewek maupun cowok, baik itu teman sekelas, maupun adik kelas.
Di kelas Glenn duduk bersebelahan dengan seorang teman bernama Wina. Banyak yang mengatakan bahwa Glenn dan Wina berpacaran. Bagaimana tidak, sejak naik kelas SMA dua alias kelas sebelas, mereka kembali ditempatkan di kelas yang sama, tugas kelompok juga selalu bersama, berada di satu eskul yang sama, tapi untungya belum tinggal di satu rumah yang sama. Saking seringnya bersama sampai-sampai seisi kelas sering menganggap mereka berpacaran. Namun keduanya kompak membantah akan rumor pacaran itu. Ria yang juga selama tiga tahun satu kelas bersama mereka juga menjadi bagian dari kelompok yang menjodoh-jodohkan Glenn dan Wina, alias Glenn-Wina shipper. Tapi di sisi lain ada sedikit rasa cemburu ketika Ria melihat mereka yang selalu berdekatan.
"Bisa ga sih gua sama Wina tukeran posisi? Enak banget jadi Wina bisa tiap hari diperhatiin dari deket sama pangeran," batin Ria.
188Please respect copyright.PENANAGyIzvoq5Bc
Kembali ke api unggun. Prosesi menyalakan api unggun dimulai. Glenn yang menjadi salah satu dewan ambalan itu menjadi yang pertama menyulutkan obor ke tumpukan kayu. Karena Ria berdiri paling depan, ditambah bengong, jadilah ia telat menghindari nyalanya api yang terlalu besar sehingga tangan kanannya dan sebagian seragamnya terkena api.
"Aw!"
Ria berteriak kaget, dan sontak para murid juga ikutan kaget, bahkan ada yang lari menjauhi barisan. Glenn, dewan ambalan, kakak Pembina, dan anak PMR langsung mengerubungi Ria untuk melihat kondisinya yang untungnya hanya luka bakar sedikit. Kak Irwanti yang menjadi ketua langsung menyuruh beberapa dewan ambalan cewek membawa Ria ke ruang UKS untuk diobati. Agar kegiatan tetap berlangsung sesuai jadwal, kakak pembina pun menenangkan seluruh peserta dengan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Api unggun tetap dinyalakan, namun ada segurat kecemasan di balik kacamata yang dikenakan Glenn.
***
Keesokan harinya, tepatnya pukul 12 siang, kegiatan Perjusa berakhir. Ditutup dengan apel dan pembagian konsumsi, para murid membubarkan diri ke berbagai arah. Ria menikmati konsumsinya sendiri di tangga sekolah yang sepi. Tadinya ia bersama kawan-kawannya. Tapi karena mereka sudah dijemput oleh orang tua masing-masing terpaksa Ria menghabiskan makanan sendiri.
Lagi asyiknya makan, tiba-tiba pipi kiri Ria ditempeli sesuatu yang dingin dan basah. Sontak Ria berteriak kaget dan menoleh ke sumber kekagetannya. Untungnya tidak sampai menjatuhkan makanan.
Ia mendapati Glenn yang sedang nyengir sambil memegang es teh plastik di tangan kanannya. Cowo tinggi berkacamata itu dengan santainya duduk di sebelah kiri Ria, satu tangga di atasnya.
"Ga pulang lu ?" Ria bertanya pura-pura cuek, padahal sih hatinya sedang rebut parah.
"Mau nemenin lu aja." Jawab Glenn santai.
“Dih, ga jelas.” Jawab Ria
“Lu sendiri?” Kembali Glenn bertanya sambil menyedot es teh plastiknya.
“Tadi sendirian, sekarang udah ditemenin setan.” Jawab Ria iseng sambil kembali menyuap makanan ke mulutnya.
“Jadi beneran lu sendiri dong? Kesian ya jomblo.” Glenn pun tak mau kalah dengan ikut melontarkan ejekan.
Glenn mengamati tangan kanan Ria yang terluka. Batinnya pun kembali dilanda rasa bersalah. Semalaman ia memikirkan betapa ceroboh dirinya. Andai saja ia memberi peringatan kepada semua murid, pasti tangan Ria tidak akan dihiasi luka bakar. Pikiran Glenn terinterupsi oleh suara cempreng Ria,
"Weh! Jangan bengong napa sih."
Dengan kalem Glenn menjawab "tangannya dipakein salep biar cepet sembuh."
"Ya elah, ntar ah." Ria membalas cuek sambil tetap menghabiskan makanannya, dan kemudian ia kembali melanjutkan,
"gak Wina gak lu, ngomong mulu. Nyokap gua aja kalah."
Memang benar bahwa setelah Ria keluar dari UKS, Glenn langsung memberondongnya dengan tanya dan wajah khawatir. Bahkan ia menyuruh Wina yang sekamar dengan Ria untuk selalu mengingatkannya menjaga luka itu agar tidak sampai tersentuh dengan benda lain. Ria sih senang ada yang memerhatikan, tapi kalau terus-terusan jadi bosan sendiri yang ada.
“Eh, gua kan Scorpio nih. Lu Taurus kan?”
Sebuah pertanyaan yang sungguh tak terduga keluar dari mulut Glenn. Bagi Ria yang sudah mengenal Glenn selama tiga tahun di masa putih abu-abu, ini merupakan momen paling random dari seorang Glenn, si anak ambis yang tidak kenal cinta.
“Gua, bintang kejora.” Jawab Ria asal.
“Serius!”
“Iya, Taurus, kenapa emang?” kembali Ria menjawab, kali ini sambil menatap ke arah temannya itu.
Sambil membetulkan letak kacamatanya, Glenn pun menjawab dengan senyuman manis nan penuh arti itu,
"Katanya Scorpio sama Taurus tuh cocok, loh."
Ria yang masih setia memangku nasi kotak seketika jadi berhenti mengunyah makanan, bengong. Kalau cocok ya memang kenapa, Ria bertanya dalam hatinya. Karena tidak tahu harus membalas apa, ia pun kembali bertanya dengan ragu,
“ya……terus?”
“Itu artinya kita cocok.”
Hening
Glenn diam menanti jawaban, Ria berhenti mengunyah, seekor kucing berjalan melewati mereka tanpa suara.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya cowok itu menjadi yang pertama memecah keheningan di antara mereka,
"asal tau aja kalo gua ga pernah suka sama Wina. Gua cuma suka sama lu."
Apa kabar dengan Ria? Ia masih setia hening. Otaknya jadi nge-blank mendadak.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Mereka berdua tersenyum. Keduanya sibuk menyembunyikan senyum konyol dan semburat di pipi masing-masing. Jadi ini rasanya cinta bertepuk dua tangan, batin Ria kesenangan. Saat Glenn mengangkat wajah, ia mendapati Ria yang juga ikut melihat ke arahnya. Alhasil mereka kembali menunduk, kali ini sama-sama tertawa dengan keras.
“Jadi?” Tanya Glenn menggantung.
“Apa?” Tanya Ria clueless.
“Lu soulmatch gua.”
“Hah?”
“Iya.”
“Setau gua sih soulmate ya, Glenn.” Kata Ria mengoreksi kata-kata Glenn barusan.
“Cocok bahasa inggrisnya apa?” Tanya Glenn balik sambil masih mempertahankan senyumnya.
“Match.” Jawab Ria.
Seketika Ria jadi merasa sebagai anak IPA otaknya tidak berguna. Kenapa juga ia mau-mau saja menjawab pertanyaan konyol dari temannya ini yang paling doyan meminjam pulpen padanya.
“Ya udah.”
Tidak ada yang lebih indah dari pernyataan khusus Gan kepada Ria. Cemburu yang selama ini ditutupi Ria langsung luntur begitu saja, tergantikan oleh bunga-bunga yang mekar di hatinya. Untuk saat ini tidak ada yang mengganggu momen mereka berdua jadi biarkanlah dua anak manusia itu melupakan waktu yang saat ini sedang berjalan.
***
ns 15.158.61.20da2