Pada pertengahan tahun 2019, tepatnya setelah hari kelulusan SMA aku berada diambang-ambang kepasrahan. Sebelum lulus, Ibu sudah mengatakan bahwa aku tidak bisa melanjutkan pendidikan perguruan tinggi, disebabakan beberapa faktor yang paling utama, yaitu masalah ekonomi. Namun, dilubuk hati paling dalam aku masih berharap aku masih bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, tentunya dengan doa dan usaha. Setelah beberapa hari Ibu mengatakan hal tersebut, aku berpikir usaha apa yang bisa aku lakukan agar bisa membantu perekonomian keluarga. Didalam kebingungan aku mengeluarkan keluh kesah kepada sahabatku, nihil sahabatku hanya mengatakan bahwa ia tidak tau pekerjaan apa yang bisa aku lakukan saat ini. Jangan tanyakan keadaan hati seperti apa, tentunya kecewa, rasa marah pun sudah pasti, ya marah terhadap diri sendiri.
Beberapa minggu setelah itu, aku pasrah akan takdir dan berdamai dengan jalan kehidupanku. Aku berusaha berbesar hati menerima kenyataan yang telah digariskan Ilahi. Namun, hari itu, aku berasa doa ku dikabulin oleh sang pencipta, aku didatangi oleh keluarga yang berbaik hati Kak Yasmin (bukan nama sebenarnya). Ia memintaku untuk datang ke rumahnya, setelah ia balik dari kantor. Katanya ada sesuatu yang ingin dia katakan. Didalam hati aku berdoa “semoga ada hal baik yang menghampiriku, pada hari ini dan keberuntungan berpihak kepadaku”. Sebenarnya aku sudah mengenali Kak Yasmin dan aku sering bermain kerumahnya. Kak Yasmin sering sekali meminta bantuan kepadaku dan setelah aku membantunya, ia akan memberikan aku beras dan berbagai macam sayuran terkadag sampai cabe dan minyak goreng pun ia beri.
5 tahun lalu, Ayah dan Ibu sepakat memutuskan merantau ke desa ini. Ya, keluarga kami sering merantau desa satu ke desa lainnya, tetapi desa ini lebih menjanjikan dibandingkan desa lainnya. Di desa ini, Ayah aku bekerja sebagai buruh harian meski hanya mendapatkan upah sebesar Rp 25.000/hari. Dan Ibu ku bekerja sebagai pemisah kulit bawang merah yang diupah Rp 5.000/kg. sementara di desasebelumnya, kedua orang tua ku sangat sulit mendapatkan pekerjaan.
Setelah Kak Yasmin balik dari kantor, aku pun menuju kerumahnya, yang berjarak hanya sekitar sepuluh rumah dari rumahku. Sebelum itu aku ingin memberi tahu nama desa yang ku tinggali, yaitu desa sebuah PT. Perkebunan Sawit. Aku izin kepada Ibu dan mengatakan kemana tujuan ku. Setelah sampai di rumah Kak Yasmin, aku mengucapkan salam dan memasuki rumahnya.
Awal percakapan Kak Yasmin mengatakan “dengar-dengar, kamu tidak melanjutkan pendidikan mu, dek?”. Saat ini aku berada di dapur sambil membantu Kak Yasmin memasak.
Dan aku pun berucap dalam hati “ah, ternyata Ibuku sudah mengatakan kepada orang-orang”.
“Iya kak, hehehe” kata ku dengan nada lesu. Respon aku selalu sama ketika ada saja orang yang membahas hal tersebut, aku akan menjawab dengan lemas dan lesu seperti tidak bertenaga dan tidak mempunyai semangat.
“Kakak akan membantu biaya perkuliahan kamu, mulai dari uang pendaftarn sampai uang buku, anggap aja ini beasiswa yang kamu dapatkan, karena kakak lihat nilai mu sangat bagus”, Ucap kak Yasmin.
Seketika aku kaget mendengar hal tersebut dan otomatis menoleh ke Kak Yasmin dengan mata berbinar “Benar, kak?, jawabku dengan sangat antusias.
Kak Yasmin menganggukkan kepalanya “Tapi dengan syarat”, katanya lagi.
Aku pun mengangguk walaupun aku belum mengetahui persyaratan apa yang akan diberikan Kak Yasmin.
“Kamu harus berjanji kepada kakak, kamu akan menuntaskan masa studi kamu dengan nilai yang baik dan tidak melakukan hal yang membuat nama kakak dan orang tuamu jelek”, jelas Kak Yasmin.
Mendengar itu aku pun berpikir, apakah aku bisa melewatinya? Apakah aku bisa mendapatkan nilai yang baik didunia perkuliah, karena sepengetahuan ku dunia perkuliahan sangat berbeda dengan dunia sekolah. Namun, dalam sekejap aku membuang pikiran buruk tersebut, aku berjanji dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik dan tidak melakukan hal-hal yang membuat orang yang sayang padaku merasakan kecewa. Jika kalian bertanya apa perasaanku setelah Kak Yasmin mengatakan hal tersebut. Ya tentu saja, hatiku sangat senang bahkan aku sampai menahan agar air mataku tidak turun.
“Kakak yakin, kamu akan bisa melakukan hal itu, selama masa studimu usahakan fokus dan tidak melakukan hal yang menganggu masa belajarmu”, tutur Kak Yasmin lagi. Dan aku pun menganggukkan kepala tanda aku menyetujuimya.
“Tapi, kakak minta setiap kakak butuh bantuanmu, apakah kamu bersedia menolongku?”, katanya lagi.
Tanpa berpikir panjang aku mengatakan “Tentu kak, tentu saja aku akan membantumu”.
Biasanya, Kak Yasmin selalu memintaku untuk membersihkan rumahnya, karena pekerjaan dia yang sangat banyak dan tidak mempunyai waktu berberes rumah. Kak Yasmin akan memberikan aku upah sebesar Rp 200.000/bulan. Dengan tanpa berat hati, aku pun membereskannya sampai bersih, bagiku uang segitu cukup lumayan, karena membersihkan rumah tidak memakan waktu yang lama, ya paling sekitar 30 menit saja.
Setelah pembicaraan itu, aku pulang dengan rasa yang sangat bahagia. Sesampai di rumah aku mengatakan hal ini kepada kedua orang tuaku, ya tentu saja responnya bisa kalian tebak, bukan?.
Setelah pendaftaran perguruan tinggi dibuka, aku mendaftarkan diriku untuk mengikuti SBMPTN. Dengan keyakinan dan usaha yang sudah aku lakukan, aku mati-matian belajar karena aku SMA IPA dan aku ingin mengambil prodi SOSHUM yang tentu saja aku harus linjur (lintas jurusan). Aku belajar dari senin sampai ke senin lagi, dari pagi hingga malam, bahkan terkadang aku lupa untuk makan yang pada akhirnya aku masuk rumah sakit karena kecapean. Aku membagi materi ujian dengan cara perhari aku mempelajari 2 mata pelajaran yang akan diuji dan juga melakukan latihan soal, esoknya aku mengganti 2 pelajaran yang lain dan begitu seterusnya. Dengan keyakinan dan restu kedua orangtuaku aku mendaftarkan diriku dengan mengambil jurusan hukum. Ya, menjadi jaksa adalah satu satu cita-citaku dari kecil.
Hari ujian pun tiba, sebelum berangkat aku meminta doa restu kepada Ayah dan Ibuku serta tidak lupa kepada Kak Yasmin yang sudah banyak membantuku. Aku masuk kedalam ruangan, aku merasakan detak jantungku berdegup dengan kencang tidak sesuai rtyhme, sebelum menjawab soal aku berdoa dan berharap akan mendapatkan hasil sesuai yang aku dan tentu saja orang tuaku inginkan. Setelah beberapa jam, akhirnya aku selesai mengerjakan soal dan aku merasa aku sudah menjawab soal dengan benar dan aku berharap itu memang benar. Dan untuk mengetahui hasil ujian aku harus menunggu kurang lebih sebulan. Sebulan itu tentu saja aku tidak ingin membuang waktuku dengan sia-sia, aku membantu ekonomi keluarga ku dengan cara berjualan kue keliling desa, aku berharap dengan aku jualan ini aku bisa membantu sedikit beban yang ditanggung oleh kedua orang tuaku.
Hari yang dinanti pun tiba, hasil ujian SBMPTN telah keluar. Jujur aku sangat takut untuk membuka pengumuman tersebut dan aku berniat akan membukanya setelah selesai melakukan shalat Isya. Namun, keberanian itu tidak kunjung datang, aku meminta bantuan kepada Ibuku untuk membuka pengumuman itu.
Pengumuman telah dibuka oleh Ibu, aku sangat deg-degan apakah hasil yang aku dapat, hal yang baik atau hal yang buruk.
“Nak, ayo kesini”, ucap Ibuku.
Dengan langkah kaki yang berat, aku menyusul ketempat Ibuku. “Hasilnya mengecawakan ya, bu?”, kataku.
Ibuku hanya diam, dan aku memberanikan diri untuk melihat penguguman itu.
Aku menangis, aku telah menjadi mahasiswa sekarang. Aku memeluk Ibuku serta berterima kasih kepada Tuhan, kedua orang tua dan tidak lupa juga kepada Kak Yasmin. Setelah itu aku mengabari Kak Yasmin, respon Kak Yasmin sangat senang dan berjanji akan membantu aku jika aku kesulitan dalam dunia perkuliahan nanti.
ns 15.158.61.8da2