Ting! Sebuah notif terpampang jelas di layar ponselku. Dari dia; yang selalu aku hindari keberadaannya. Aku terdiam, membaca frasa yang dia tawarkan menuju tempat favorit yang sangat sulit ku tolak.
Dia, yang selama ini acuh tak acuh terhadapku. Si pemilik topeng yang bisa menerbangkan dan menjatuhkanku dalam satu waktu. Benci; rasa itu yang ku luapkan pada diri sendiri. Hai tuan, apakah kau sadar bahwa gadis rasional ini tidak mampu lagi mengendalikan pemberontakan antara akal dan hatinya hanya karena dirimu?.
Baik, aku ikuti permainannya. Jantung berdetak tidak karuan, seolah mempermainkan serebrum untuk tetap tenang. Mata tertutup, merasakan angin sore hari mengibas tepat di depan wajah ini. Ahh, sebuah suasana yang sangat aku sukai.
Dia mengulurkan tangannya, bersedia mengangkat semua beban yang aku bawa. “Tak perlu” ucapku. Dengan senyum polos bagai bayi tidak berdosa, ia menghiraukanku dan tetap menarik semua beban itu.
Cahaya sore itu menerangi sudut wajahnya. Diriku tertegun sejenak, rasionalitasku sudah diambang batas. Samar ku dengar suara hatiku berbisik mengenai indahnya ciptaan-Nya.
Senandung lagu dan hiruk pikuk jalan kota menjadi instrumen penutup perjalanan aku dan dia kali ini. Biarlah, mari jalani saja apa yang ku miliki kali ini. Cukup, tak akan ku letakkan perasaan berlebih yang akan menyakiti diri ini nantinya.
129Please respect copyright.PENANAEh9iry9qVS
- - Jasmine (12/06/22)