Semilir angin sore menerpa wajah. Menyambut suasana hati yang selaras dengan kedamaian hari itu. Senja memberikan banyak kenangan dalam memori, khususnya tentang dirimu; tentang hari itu.
Hari itu; hari yang biasa; berisi pesan singkat yang kau kirimkan untukku. “Apa hadiah yang kau inginkan untuk tahun ini?” tanyamu. Aku terdiam, mengecilkan pupil mata, mencoba menjawab pertanyaan mendasar itu. Lidahku tercekat, tak terpikirkan satu kosa kata apapun.
Tatkala, ia menawarkan sebuah pilihan. “Hai putri, aku berikan engkau pilihan. tinta ataukah pena?”. Aku tatap matanya, tidak paham dengan maksud benda yang ia tawarkan. “Bukankah sama saja?” pikirku. Baiklah, aku memilih pena.
Kilau cahaya putih menusuk mata, tanpa ku sadari, ia telah menggenggam tangan ini dan berkata “ayo, ikut denganku, kau takkan bertemu lagi dengan tinta sebaik diriku”. Kami terbang melewati hiruk pikuk kota menuju tempat yang tak pernah ku datangi sebelumnya. Suasana keemasan yang diliputi angin sejuk kala itu tidak pernah lepas dari ingatanku.
Lukisan yang kulihat sore itu membuatku tersadar. Dialah tintaku, tinta indah yang memberikan warna kepadaku. Menuliskan memori dan menyusup jauh ke dalam diriku. Dialah hadiahku, menghasilkan memori indah yang hanya aku dan ia miliki.
Terima kasih tintaku, aku harap kau takkan hilang dan tetap bersamaku. Selamanya.
Dari aku; pena yang selalu menanti kehadiranmu
151Please respect copyright.PENANAUF1CqhBmMa
- Jasmine (13/08/22)