Buku berjudul “Gelembung” ini mengisahkan tentang gadis misterius yang hadir di dalam keluarga Pak Bambang. Pak Bambang adalah seorang ayah yang hidup dengan dua anak laki-laki yang berumur 8 tahun dan 5 tahun. Anak pertama Pak Bambang adalah Damar dan anak keduanya adalah Hermawan. Istri Pak Bambang bernama Astri, namun ia telah tiada karena sakit. Istri Pak Bambang adalah adik kesayangan Tante Maria. Tante Maria menikah dengan Paman Doni dan memiliki tiga putra yaitu Bram, Bisma dan Rio.
Sebelas bab diceritakan sudut pandang orang ketiga. Kisah ini memiliki alur maju mundur atau twist. Pada bab pertama mengisahkan mengenai pertemuan gadis misterius dengan keluarga Pak Bambang hingga ia diberi nama Mayang Arum Purnomo dan diterima menjadi anggota baru keluarga Bambang Purnomo. Pada bab dua Mayang diperkenalkan dengan keluarga Paman Doni. Mereka mendapat banyak sindiran dari Paman Doni dan hal tidak baik yang dilakukan Rio. Pada bab ketiga Pak Bambang mengadakan pesta kecil untuk menyambut anggota keluarga baru mereka yaitu Mayang. Bisma hadir dalam pesta tanpa diundang. Pada bab keempat Mayang menjadi mainan Bisma, meskipun demikian Mayang tidak takut dan membalas perbuatan Bisma. Bab kelima Mayang mulai bersekolah dan tertarik dengan pelajaran musik terutama pada piano. Bab keenam ada cahaya misterius yang berjanji akan memperlihatkan masalalu dan asal usul Mayang saat umurnya sudah mencapai tujuh belas tahun. Bab ketujuh cahaya misterius muncul saat Mayang usai merayakan pesta ulang tahunnya yang ketujuh belas. Ia mengetahui masalalu, asal usul, kekuatan dan sisa waktu hidupnya. Bab kedelapan menceritakan masalalu istri Pak bambang, dan asal mula perselisihan antara keluarga Pak Bambang dan Paman Doni. Bab kesembilan tentang ambisi Paman Doni untuk merebut seluruh harta dan rumah Pak Bambang. Lanjut di bab sepuluh Kemarahan Paman Doni karena penolakan Pak Bambang membuatnya tega melakukan hal buruk yaitu mencelakai Pak Bambang dan menyantet Hermawan, keponakannya sendiri. Bab terakhir yaitu bab sebelas Mayang merelakan kehidupannya demi menolong Hermawan.
Keunikan cerita ini berpusat pada tokoh karakter utama yaitu Mayang namun yang menjadi konflik utama adalah perselisihan keluarga Pak Bambang dan keluarga Paman Doni. Konflik pendukung lainnya seperti pada bab satu di tengah jalan saat terjadi hujan badai ada seorang gadis kecil tanpa identitas menatap dengan tatapan kosong. Lalu keluarga Pak Bambang hadir memberikan kehangatan, identitas dan kasih sayang. Perjalanan Mayang tidak mudah pada bab dua dia harus menahan diri terhadap ucapan Paman Doni yang menyakitkan. Ia bertengkar dengan Rio karena tidak tahan melihat Damar diperlakukan dengan buruk. Paman Doni dan Tante Maria membela anaknya dan memarahi Mayang dan Damar. Pertengkarannya dengan Rio membuat Bisma penasaran dan datang menemui Mayang di rumah Pak Bambang. Konflik selanjutnya pun terjadi, Bisma mengancam Mayang dan ingin menjadikan Mayang sebagai mainannya. Bab selanjutnya terjadi konflik antara Mayang dan Bisma. Mayang menerima tantangan Bisma dan membalas perbuatannya. Bisma semakin tertarik dengan Mayang karena keberaniannya. Konflik selanjutnya terjadi pada bab ketujuh di malam ulang tahun Mayang yang ketujuh belas. Cahaya misterius muncul dan menceritakan segala hal tentangnya termasuk perjanjian yang telah ia buat. Perjanjian untuk memiliki waktu hidup yang lama. Kosekuensi perjanjian itu yang membuat Mayang bingung. Jika Mayang mengakhiri hidup sebelum batas waktu maka ia tidak akan dilahirkan kembali dan sirna begitu saja. Namun, jika ia berhasil bertahan hidup sampai batas waktu, maka ia akan dilahirkan kembali. Hanya saja dikelahiran selanjutnya ia harus menjalani hidup penuh kehampaan. Setiap hari ia memikirkan tentang dirinya hingga terjadi konflik batin saat ia tau bahwa Pak Bambang berada diujung kematian. Ia harus rela kehilangan enam bulan masa hidupnya demi menyelamatkan Pak Bambang. Kondisi Pak Bambang kritis karena ulah Paman Doni yang sengaja memasukkan ular viper di dalam tas kerja Pak Bambang. Hal tersebut ia lakukan karena Pak Bambang menolak menyerahkan rumah peninggalan istrinya. Setelah Mayang menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Pak Bambang, ia pingsan berhari-hari. Kondisi ini dimanfaatkan Paman Doni untuk menculik Mayang agar rencananya menyantet Hermawan berhasil. Saat Hermawan berada dalam bahaya Mayang merasakannya dan berusaha kabur dari para penculik. Saat ia kabur, Bisma menemukannya dan segera membawanya kepada Hermawan. Disini Mayang harus merelakan seluruh masa hidupnya dan menyerap ilmu hitam demi menyelamatkan Hermawan. Ia mendapat tambahan waktu sisa hidup dua hari karena menyelamatkan nyawa Hermawan. Di hari terakhir ia berusaha menceritakan segalanya dan berterima kasih kepada Pak Bambang, Damar dan Hermawan. Ia pun harus rela tidak akan dilahirkan kembali dan sirna seperti gelembung.
Gelembung yang bertekad kuad ingin hidup, mendapat kehidupan sebagai seorang Mayang. Namun, ia harus merelakan kehidupannya demi hidup orang lain. Meskipun demikian, Mayang tidak menyesal, ia bersyukur mendapat kesempatan hidup dan bertemu dengan keluarga Pak Bambang. Pak Bambang dan kedua anaknya semakin sayang kepada Mayang karena Mayang membawa keajaiban di dalam keluarga kecil mereka. Kepergian Mayang membuat mereka merasa kehilangan. Kepergian Mayang membuat Bram, Bisma dan Rio turut berduka. Semenjak kepergian Mayang, Bram menjadi lebih jujur kepada diri sendiri, Bisma tidak lagi menjadi liar dan Rio menjadi lebih mandiri dan dewasa.
Paman Doni yang awalnya memiliki ambisi yang menggebu hingga tidak terkendali membuatnya menjadi monster tanpa hati. Akibat perbuatannya, ia harus kehilangan pengelihatannya dan pekerjaannya. Ia sangat marah seperti banteng di arena matador. Tante Maria pun minta maaf kepada Pak Bambang. Semenjak itu, Keluarga Paman Doni dan Keluarga Pak Bambang berbaikan dan menjadi keluarga besar yang bahagia.