Mentari terbangun dari tidurnya, menyapa bumi yang tengah bekerja. Bumi memiliki berbagai keindahan, keberagaman, dan berkah dari Tuhan. Mentari berkata “engkau sangatlah indah, aku menyukaimu”.
Bumi terdiam, tak berucap sepatah kata pun. Bumi menolak jatuh dalam pesona cahaya mentari. Namun, sepandai pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga bukan?. Bagai air yang jatuh menuruni medan gravitasi, bumi pun jatuh dalam pesona mentari, menerima segala sifat sang mentari dan mencoba melengkapinya.
Mentari menganggap bumi adalah yang terbaik baginya. Terus menunggu sang bumi yang berputar, serta menyapa dengan hangat seperti sinarnya. Bumi pun merasa dihargai dan dicintai, rasa dicintai adalah rasa terindah bukan?. Bumi ingin terus berada di sisi sang mentari, sang mentari pun berfikir demikian.
Namun, apa yang akan terjadi bila sang bumi terus mendekati mentari?.
Benar, akan terjadi kehancuran.
Keindahan sang bumi akan rusak. Itulah takdir mereka, sudah bersatu namun perasaan sang mentari terus memudar akibat tingkah laku sang bumi yang terus mendekatinya.
Entah apakah sang bumi yang bodoh atau terlalu polos,ia tidak menyadari hal tersebut. Dan pada akhirnya sang bumi lah yang terluka. Mencoba terus bertahan namun sang mentari tetap terdiam bagai tak peduli.
Kini, mentari telah jauh dari jangkauan bumi. Bumi hanya bisa meratapi kesalahan dan menyerah dengan perasaannya.
Apakah kalian berfikir bahwa sang bumi lah yang meninggalkan sang mentari? Tidak. Mentari lah yang menyuruh sang bumi pergi. Membuang sang bumi yang tidak lagi menarik
Perjuangan sang bumi kini telah usai. Perjuangan berat hingga ke titik dimana ia tidak lagi dipedulikan , tidak lagi dihargai, serta lelah seluruh jiwa dan raganya.
Dan kini, mereka pun berpisah dan saling membelakangi
ns 15.158.61.8da2