"Lama banget sih?!" gerutu Jesika, menunggu Kirana selesai dari toilet entah ngapain saja.
Kirana merasa lega setelah apa yang terjadi padanya. Dia harus beberapa kali menyemprot kemaluan agar terasa dingin. Gara-gara dia menggaruk terlalu kasar, sehingga membuat dia terasa nyeri. Jadinya dia lama berada di dalam toilet. Meskipun toilet yang dipakai sama Kirana berada di lantai satu.
Menurut dia, di lantai satu lebih aman. Karena ada saluran semprot. Kalau di lantai dua dan tiga, hanya ada ember dan gayung. Jadi agak kurang puas buat dia ketika menyiram. Apalagi jongkok buat siram air itu malah akan buat dia terciplak air, dan basah sebagian milik celana dalam dan bajunya. Makanya dia lebih memilih ke lantai satu, walau harus turun tangga.
"Santai dong! Macam gak tau, gimana rasanya buat siram bawah, aku butuh konsentrasi, ini baru lega setelah ku semprot cukup lama. Jika gak,"
"Gak bisa orgasme?" lanjut Jesika menebak lagi.
Kirana mengangkat bahu, seakan dia bodoh. Memang tepat. Dia sengaja menyemprot air ke bagian miliknya. Lebih tepat ke bagian klitorisnya. Karena dia butuh sesuatu bisa menuntaskan rangsangan yang sudah hampir ke puncak.
"Gak usah sok malu sama aku. Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu lakukan di dalam tadi?" ucap Jesika. Mereka meninggalkan kampus. Beberapa manusia yang masih berkeliaran di kampus.
Tanpa diketahui oleh mereka, saat meninggalkan toilet itu. Seseorang yang dari tadi berdiri tidak jauh. Sedang menguping percakapan yang vulgar banget. Apalagi suara Jesika kadang tidak bisa dikondisikan.
"Memang kamu mendengar suaraku di dalam?" Kirana balik bertanya.
Seingatnya suara air semprot tadi, tidak akan terdengar siapa pun. Karena dia menekan semprot itu cukup kuat. Jadi suara itu cukup terdengar hanya air mengalir. Dan pastinya Kirana juga tidak bodoh. Dia juga membuka lagu dari hape nya. Buat menenangkan hati yang sedang surgawi saat itu.
"Buat yang lain sih, gak dengar. Buat aku, pasti dengar," kata Jesika.
Kirana menyenggol Jesika, hampir saja dia terpeleset. Karena posisi dia sekarang berada dekat tepi paret / kolam busuk. Jadi saat Kirana menyenggol pelan. Jesika pun hampir oleng kalau tidak langsung dia menarik lengan Kirana.
Orang yang tadi menguping melirik arah dua cewek berjalan ke luar kampus. Lalu tiba-tiba suara dari belakang memanggilnya.
"Pak!"
Orang itu pun dengan sikap biasa, menoleh. "Ya!"
"Bapak belum pulang?" tanyanya dengan suara agak manja dan centil.
Pria itu melirik sekitar kampus. Sudah mulai sepi. Dia pun melihat jam tangan melekat di lengan yang gagah. Sudah pukul sembilan malam. "Sebentar lagi. Kamu sendiri?" jawabnya dengan logat suara yang sangat khas banget.
"Ini lagi nunggu jemputan," jawabnya.
"Begitu,"
Tidak ada percakapan apa pun lagi. Setelah itu orang yang mengajak bicara kepada pria itu. Mulai mencari pembahasan lain. Karena dia agak malu buat untuk berbicara biasa.
"Ehm, Bapak biasanya jam segini belum pulang ngapain saja?" tanyanya.
Pria itu masih sibuk sama hapenya. Lalu dapat pertanyaan yang seharusnya tidak harus ditanya. "Kenapa?"
Merasa dapat tanggapan dari pria itu. Dia pun segera mengalihkan percakapan lain. "Maksud saya, setiap kuliah, saya yang nunggu jemputan. Sering lihat Bapak berdiri di sini kadang sebentar-sebentar curi perhatian sama anak jurusan Teknik," katanya.
Dia takut percakapan kali ini tidak menyinggung perasaan pria itu. "Suka saja di sini. Lebih adem. Kenapa? Apa kamu juga ingin saya perhatikan?"
Orang yang mengajak bicara dengan pria itu, adalah Selina. Anak jurusan Manajemen. Dia memang terlihat sangat pemalu. Setiap kuliah, datang dan pulang. Dijemput sama mobil. Selina, memang terlihat pemalu, tetapi dia ternyata mempunyai perasaan terpendam dengan seseorang. Kadang sok akrab. Padahal tida akrab banget. Kadang dia terlihat sangat iri sekali sama anak jurusan lain. Padahal dia termasuk cantik di kampus ini.
"Ah? Gak juga sih, Pak. Hanya saja, saya penasaran sama Bapak. Memang Bapak gak bosan berdiri di sini. Apa gak aneh. Berdiri jarak gak jauh dari toilet? Apalagi toilet kan terlihat kurang...."
"Memang ada tulisan di larang untuk berdiri di sini?" Sekarang Selina tidak bisa melawan kalimat dari potongan pria itu.
"Gak juga sih. Gak ada. Bebas. Tapi ..."
Beberapa detik kemudian terdengar suara klakson dari luar kampus. Mobil jemputan Selina sudah datang. Selina pun bersiap untuk meninggalkan kampus yang sudah terlihat sepi sekali. Hanya lampu remang-remang menyala satu atau dua. Sebelum mengangkat kaki dari kampus. Selina pun berpamitan pada pria itu.
"Saya pamit izin pulang dulu, Pak. Untuk perkataan dan pertanyaan saya. Mohon gak menyinggung perasaan Bapak. Terima kasih sudah mau menemani berbincang-bincang dengan Bapak," ucapnya sambil beri senyuman semanis madu.
"Hati-hati."
Tanpa ada balasan lambaian tangan. Setelah melihat Selina sudah masuk ke mobil dan meninggalkan kampus itu. Pria itu pun memasukan hapenya. Dan menutup pintu dan segera beranjak dari kampus dia ngajar.
Sementara Kirana dan Jesika sedang duduk menunggu makanan mereka pesan. Sebelum balik ke kost masing-masing. Kirana harus mengisi perut dulu. Karena dia bakal malas buat ke luar lagi dari kostnya. Apalagi kostnya suka sekali sepi setelah sudah jam sepuluh. Tak ada penghuni. Yang ada suara kucing mengeong atau suara jangkrik.
"Lusa aku izin off dulu, ya?" ucap Jesika beritahu sama Kirana.
"Mau kemana emangnya?" balas Kirana dan bertanya.
"Mau rehat. Capek loh seharian kerja cuma nemani orang-orang gak penting. Sekalian fokus ujian," jawabnya sambil minum jus nya.
"Sok, mau jadi mahasiswi teladan. Palingan mau ngedate, kan?" tebak Kirana.
Jesika tidak menunjukkan sesuatu kalau dia ada janji atau tidak. "Aku serius. Beberapa akhir pekan ini. Bokap sama Nyokap aku asyik telepon. Asyik tanyain kuliahku. Kamu tau, semenjak aku kuliah. Aku memang jarang hubungi mereka. Apalagi posisi aku yang sekarang ini."
"Terus, kalau mereka tau? Pensiun?"
"Ya gak lah, sekali-sekali jadi cewek baik-baik dulu. Apalagi semester kuliah kita sebentar lagi usai. Memang kamu gak ada niatan untuk memikirkan masa depan?" tanyanya.
Jesika pun mulai lelah dengan posisinya. Tetapi dia juga tidak bisa melepaskan pekerjaan dia jalankan. Terlalu susah. Apalagi buat cari pekerjaan lebih halal dan lebih bagus. Mungkin akan susah dia dapatkan. Karena dia tidak mempunyai pengalaman di bidang apa pun. Kuliah juga tidak serius amat. Itu juga setiap ujian. Selalu mendapat nilai kurang memuaskan.
"Belum kepikiran. Aku kuliah ini juga permintaan mereka. Toh, aku kuliah juga malas banget. Buat isi otak lihat angka, huruf, hafal, sampai harus tugas kelompok. Rasanya bukan kriteraku," katanya.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka pun langsung menyantap tanpa harus melihat masih panas atau tidaknya. Lalu, ada pelanggan lagi datang buat makan yang sama dengan Jesika dan Kirana.150Please respect copyright.PENANAzEUoZhckbq
150Please respect copyright.PENANASuDJg8Uel0