Gua (2047)
“Ahhh ... yang cepet Mas Andri genjotnya. Shhh ... sedikit lagi Adek keluar,” pinta seorang wanita yang sedang terlentang dengan tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
“Ya, Dian. Ahhh .. ini Mas goyang yang cepet, ya. Ahhh ... ahhh … ahhh … Mas juga mau keluar sebentar lagi. Ughhh ... memek kamu enak banget, Sayang,” ucap Andri dengan nafasnya yang memburu, menikmati setiap gesekan batang kontolnya di dalam liang kewanitaan wanita yang dicintainya.
Kedua insan manusia itu saling memburu dalam kenikmatannya masing-masing hingga beberapa saat kemudian mereka mengeluh secara bersamaan.
“Ahhh ... ahhh ... ahhh ... Adek keluar, Adek keluar, Mas. Oughhh....” Tubuh Dian mengejang dengan entakkan batang kontol Andri di lobang memeknya.
“Dek, Dek, Dek ... Mas juga keluar, Sayang. Agrhhh....” Andri melolong keras saat puncak kenikmatannya itu dia dapatkan.
*******
Gua
“Mas, apa kamu harus kembali keluar lagi?” tanya Dian dengan kepalanya berada di atas dada Andri, memeluk pria itu dengan mesranya.
Andri tidak langsung menjawab pertanyaan Dian. Mata pria itu melihat langit-langit gua tempat dia tinggal sekarang, memikirkan banyak hal yang penuh di otaknya.
Andri adalah salah satu dari sekian banyak dari orang-orang yang harus bersembunyi untuk menyelamatkan dirinya dari invasi negara lain ke negaranya. Mereka yang berhasil kabur dan selamat, harus bersembunyi di pedalaman-pedalaman hutan ataupun tempat persembunyian lainnya.
Andri teringat kembali beberapa tahun sebelumnya saat negara tempat dia dilahirkan belum menjadi medan perang seperti sekarang.
Andri lahir di Negara Burung, negara yang kaya akan alam dan juga sumber dayanya. Lima tahun yang lalu, ibu kota Negara Burung baru saja selesai dalam proyek besar-besaran dalam pemindahan ibu kotanya. Awalnya ibu kota Negara Burung menjadi tempat surga ekonomi dan juga tempat yang cukup aman. Namun, itu sebelum akhirnya negara-negara maju mulai menginvasi negara-negara berkembang untuk mengambil energi yang tidak dapat mereka dapatkan di negaranya.
Tahun 2045 adalah malapetaka bagi semua penduduk di Bumi. Kelaparan, kekeringan, dan juga habisnya energi membuat negara-negara maju mulai menunjukkan taringnya. Tak terkecuali Negara Burung yang menjadi salah satu korban dalam invasi besar-besaran negara maju itu.
Andri pada awalnya hanya seorang pria dan masyarakat biasa. Tetapi keadaan lah yang membuat dirinya harus bergabung dalam pasukan darurat Negara Burung. Dengan persenjataan seadanya dan orang-orang yang berhasil selamat karena melarikan diri invasi itu, Andri menjadi salah satu pasukan dalam memperjuangkan kebebasan negaranya.
“Iya, Dek. Mas, harus bergabung lagi dengan Kapten Rangga,” ucap Andri pelan sambil menoleh ke arah wanita yang sedang memeluknya.
“Tapi, Mas—”
“Mas janji akan pulang dengan selamat, Dek. Kamu tunggu Mas pulang, ya,” ucap Andri lembut kemudian mengecup mesra kening Dian.
Dian ingin mengucapkan sesuatu, tetapi kalimat itu tertahan di ujung bibirnya. Matanya menatap mata pria yang sangat dicintainya itu. Dia sangat lah tahu kalau Andri adalah sosok pria yang sangat mencintai tanah kelahirannya. Sehingga bibirnya menjadi kelu ketikan ingin mengucapkan pada pria yang dicintainya itu untuk jangan pergi meninggalkannya.
“Tapi, Mas janji dengan Dian pulang dengan selamat, ya. Aku gak mau ditinggal sendirian lagi. Di dunia ini aku hanya punya Mas Andri seorang,” ucap Dian dengan matanya berkaca-kaca sambil menatap mata pria itu dengan penuh kasih sayang.
“Iya, Sayang. Mas janji akan pulang dengan selamat,” ucap Andri lalu mencium kening Dian dengan lembutnya.
*******
Hutan
Andri sedang berdiri tepat di depan gua tempat dia bersembunyi bersama Dian dengan membawa ransel di punggungnya. Pria itu sedang menunggu kawan-kawan seperjuangannya untuk menjemput dirinya.
“Mas, kamu harus hati-hati, ya,” ucap Dian pelan sambil menatap sayu pria yang selama ini selalu berada di dekatnya.
“Iya, Sayang,” jawab Andri singkat sambil menyunggingkan sebuah senyuman lembut di wajahnya.
Tak berselang lama, datang tiga orang wajah yang dikenal oleh Andri dan Dian. Mereka berjalan dengan langkah tegap dan kuat. Pria yang berada paling depan langsung menyahut memanggil Andri, “Andri!”
“Mas, pergi dulu ya, Dek. Kamu harus hati-hati selama Mas pergi,” ucap Andri yang sudah melihat kedatangan teman-temannya kemudian pria itu lalu memeluk Dian dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
“Dian, tenang aja. Kita kali ini pergi hanya untuk mengumpulkan pasokan makanan, kok,” ucap Dirman berbohong. Pria berkepala plontos itu adalah pria yang tadi menyahut memanggil nama Andri.
Dian hanya membalas ucapan Dirman dengan senyuman tipis. Wanita itu mana mungkin tidak tahu kalau apa yang dilakukan oleh Andri selama ini selalu harus bertaruh dengan nyawanya setiap misi yang dia lakukan.
“Mas, hati-hati. Dian akan selalu menunggu Mas Andri di sini,” ucap Dian pelan sambil melihat langkah Andri yang menjauh darinya.
*******
Camp
Andri sedang berkumpul dengan orang-orang dari pasukan gerilya Negara Burung. Mereka saat ini sedang bertukar informasi dan sedang mendapatkan arahan sebelum melakukan penyerangan pada titik yang telah ditentukan oleh Kapten Rangga.
“Jadi kita akan melakukan di titik ini dan ini,” ucap Rangga sambil menunjuk pada titik merah yang berada di map. “Kita akan membagi pasukan menjadi 2 grup. Di mana satu grup sebagai penyerang utama dan grup lainnya menjadi penyerang pembantu. Malam ini kita akan menghancurkan setidaknya pasokan makanan mereka,” lanjut Rangga.
Andri hanya mendengarkan secara seksama dari apa yang dijelaskan oleh Andri. Meskipun dia tahu tiap kali melakukan perang gerilya pasti ada korban yang berjatuhan. Sampai Andri berpikir, entah kapan dia mendapatkan gilirannya. Tetapi, pria itu selalu berjuang hingga akhir karena mengingat Dian yang selalu menunggunya kepulangannya.
“Saya ingin kalian langsung mundur setelah kita menyelesaikan misi kita malam ini,” ucap Rangga dengan tatapan dingin melihat pasukan yang dikomandoinya.
“Baik, Dan.” Jawaban serentak terdengar di tengah hutan di mana tempat para pasukan gerilya Negara Burung itu berkumpul. Dari raut wajah mereka tidak ada sama sekali ketakutan bahkan untuk mengorbankan nyawa mereka sendiri. Meskipun dalam hati mereka terpercik suatu harapan agar peperangan ini cepat usai.
*******
Hutan
Andri menghentikan langkahnya karena melihat isyarat kepalan tangan yang ditunjukkan oleh Rangga. Bersama pasukan gerilya lainnya Andri melihat sekeliling area tempat mereka berdiri dengan kewaspadaan yang sangat tinggi.
Rangga dengan menunjukkan isyarat kemudian menyuruh pasukannya untuk langsung membagi menjadi dua grup yang sebelumnya telah ditentukan.
Andri yang menjadi pasukan penyerang pembantu kemudian mulai keluar dari grup di mana tempat Rangga berdiri. Saat para pasukan penyerang pembantu pergi, kelompok grup Rangga dan Andri saling menundukkan kepalanya sesaat. Memberi tahu kalau semoga kalian selamat dan bisa kembali pulang bersama keluarganya.
Kelompok Andri yang dipimpin oleh Dirman akan melakukan penyerangan melalui belakang kamp musuh setelah grup Rangga melakukan serangan tiba-tiba.
DOR ... DOR ... DOR....
............?
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Cerita The Broken Daisy adalah cerita oneshoot. Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
4176Please respect copyright.PENANAJufPBVvf6g