Ismiani atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ustadzah Ismi begitu biasa dia dipanggil sehari2 oleh para tetangga nya dan murid2nya di sebuah ponpes tempat dia mengajar, di sore hari ustadzah ismi membuka rumahnya untuk mengajarkan mengajarkan mengaji pada anak2 di kampung Dimana dia tinggal, hal itu dia lakukan setiap sore hari sepulang dia mengajar.
10 tahun yang lalu ustadzah ismi dinikahi seorang pria Bernama usman, usman yang sudah menginjak umur 35 tahun kala menikahi ismi yang baru berumur 25 tahun saat itu, pertemuan usman dan ismi terjadi ketika ustadzah ismi yang baru saja lulus dari universitas akhirnya diterima untuk mengajar di ponpes tempat dia mengajar kini.
Di ponpes itu usman hanyalah seorang pembantu umum atau bisa di bilang OB, tapi karena ustadzah ismi bukanlah tipe orang yang memandang sesuatu hal hanya dari kulit luarnya saja, dan melihat betapa rajin dan tulus nya usman dia pun menerima pinangan usman.
Usman sendiri walaupun dia hanya sebagai OB tapi Kyai kholiq pimpinan ponpes itu sangat mempercayai usman, kepercayaan Kyai kholiq pada usman bahkan jika bisa dilihat melebihi kepercayaan kyai kholiq pada anak kandung nya sendiri.
Meski begitu kyai kholiq tetap tidak bisa untuk menaikan atau memberikan pekerjaan yang lebih baik untuk usman di ponpesnya, kyai kholiq tidak ingin terjadinya kecemburuan di antara para guru dan orang2 yang bekerja di ponpesnya.
Gaji usman yang tidak seberapa itu belum bisa memberikan pasangan ini rumah milik mereka sendiri, walaupun penghasilan ustadzah ismi jauh lebih besar dari usman suaminya tapi ustadzah ismi tidak mau menurunkan martabat suaminya, dia pun menuruti apapun yang suaminya katakan.
Ustadzah ismi menjalani bahtera pernikahan dengan usman bukanlah tanpa hambatan dan cibiran dari orang2 disekitarnya, orang2 selalu mencibir di belakang ustadzah ismi dengan cibiran yang menyakitkan hati, seperti sudah sekolah tinggi tinggi tapi bodoh menikahi usman, atau istrinya cantik suaminya ko kaya gitu, suaminya kejatuhan durian tapi istrinya kejatuhan musibah, dan lain2.
Memang tidak bisa dipungkiri, dari segi fisik usman sama sekali tidak menarik bagi kaum hawa, tubuhnya yang pendek, gemuk, dan dengan wajah yang jauh dari kata tampan membuat Wanita lain pasti enggan mendekatinya.
Tapi ustadzah ismi yang menikah karena niat untuk beribadah, tak mempedulikan hal itu semua, dia menjalani kehidupan bersama usman dengan penuh rasa Bahagia dan karena tuhan.
Sebagai pasangan suami istri ustadzah ismi dan usman sudah lah pasti dan wajib untuk berhubungan badan, dalam hal ini juga usman tidak memiliki kelebihan, ukuran alat vital nya yang pendek dan kecil membuat ustadzah ismi tak bisa mendapatkan puncak hubungan badan itu, tapi ustadzah ismi sebagai seorang istri yang baik tidak pernah mempermasalahkan hal itu, yang ada di pikiran ustadzah ismi adalah melayani suaminya dengan baik.
9327Please respect copyright.PENANAsquIMf8oss
selengkapnya bisa di baca di : Novelkita, kanal tele
ns 15.158.61.48da2