Pasca kelulusan dua sejoli yang sudah menjalin cinta selama 3 tahun itu. Mereka pun memikirkan untuk jalan mereka masing-masing. Sembari duduk di sebuah meja kelas, sambil mengisi form pengisian data universitas yang akan dituju. Wilda berpikir keras pada saat itu.
“Aku bingung mau masuk ke universitas mana. Kamu rencananya mau masuk ke kampus mana, sayaang?” tanya Wilda kepada kekasihnya yang bernama Ricky.
“Aku kayanya bakal lanjut ke kampus yang gak jauh dari sini. Rencana aku mau masuk ke fakultas Teknik Informatika. Paling yang gak jauh dari rumah lah,” jawab Ricky yang sudah memantapkan hati.
Berbeda dengan Ricky, Wilda sama sekali belum tau kemana dia akan berlabuh. Tujuan hidupnya masih tidak jelas, ingin menjadi apa dia ke depannya. Wilda adalah seorang gadis berusia 18 tahun, yang memiliki kulit putih, kedua pipi yang tembem bagai bola.
Kedua matanya yang berbentuk bulat dan lebar, berambut panjang hitam sampai sepunggung bawah. Dan juga daya tarik yang paling memikat dari gadis ini adalah tubuhnya. Wilda memiliki tinggi sekitar 160 cm, dengan ukuran toket sekitar 38D. Ukuran yang besar.
Dia termasuk gadis yang memiliki paras yang cukup cantik, lebih tepatnya manis dan menggemaskan. Berbeda dengan kekasihnya yang cerdas dan sudah paham arah hidupnya. Wilda terbilang siswi dengan otak yang pas-pasan, tidak paham mau kemana dan harus apa.
Sambil memegang bolpoint bertinta hitam di tangannya, dia pun bertanya ke pacarnya itu. “Kalo menurut kamu, mendingan aku masuk kampus apa dan fakultas apa?”
Ricky langsung menoleh, dia terlihat kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Wilda. “Yaa terserah kamu, yang penting jangan terlalu jauh dari aku. Supaya aku masih bisa tetep anter jemput kamu yaa. Soalnya kan kamu gak bisa naik motor.”
“Iyaudah aku pilih 3 kampus deh. Aku masuk ke fakultas akutansi aja kali yaa? Aku bingung mau lanjutin kuliah di mana dan fakultas apa. Yang aman aja, akutansi udah,” jawab Wilda, yang dengan pemikiran pendeknya. Dia memilih fakultas yang dia tidak ketahui.
“Bagus, kalo perlu kamu pilih kampus yang sama kaya aku. Biar kita lebih gampang buat ketemunya,” balas Ricky dan Wilda pun sebagai kekasihnya menurut. Mereka menuliskan 3 universitas yang sama. Dengan opsional pertama sebagai tujuan utamanya.
***
3 bulan berselang, Ricky diterima di universitas negeri yang terdapat di kota itu. Tentunya itu opsi pertama yang dia pilih. Berbeda dengan Wilda, dia bahkan ditolak di dua universitas. Dan menyisakan universitas nomor 3, pilihan terakhir dan kampus buangan.
Wilda menghela nafas panjang melihat hasilnya, bahkan di kampus buangan pun dia masuk dengan perjuangan yang sulit. “Aku keterima di kampus ketiga, itu pun aku peringkat terakhir. Hampir sedikit lagi ketendang, karena nilai ujianku yang kecil jadinya malah gini.”
Ricky pun melihat hasil nilai penerimaan kampus milik Wilda. Dia mengelus rambut kekasihnya yang berparas cantik dan manis itu. “Udah, gak usah dipusingin. Toh nantinya kamu juga bakal jadi istri aku. Mau kuliah di mana juga sama aja, yang cari duit juga aku.”
“Tapi yang jadi masalah, tempatnya agak jauh. Aku harus gimana dong? Kamu gak masalah setiap hari anter jemput aku?” tanya Wilda dengan raut wajah yang sedih dan kecewa. Gadis bertoket besar itu merasa khawatir dengan nasib dan masa depannya itu.
“Santai aja, hahaha. Asal setiap hari dapet jatah nyepong sama nenen mah pasti aku anterin. Aku pasti jemput di depan rumah kamu yaa,” jawab Ricky yang berusaha nenangin kekasihnya. Setelah Wilda dirangkul dan dipeluk mesra oleh Ricky, dia pun merasa tenang.
***
Satu minggu kemudian, mereka pun memulai kehidupan mahasiswa mereka masing-masing. Sekitar jam 7 pagi Ricky bangun dan menuju ke rumah Wilda. Dengan tujuan untuk mengantarkan kekasihnya itu ke kampusnya. Yang kampus Wilda berjarak 10 km lebih jauh.
Ketimbang kampus tempat Ricky berkuliah, yang hanya berjarak 5 km saja dari rumahnya. Ricky harus menempuh jarak 15 km untuk mengantar Wilda. Ditambah pulang pergi, Ricky harus menempuh jarak 30 km lebih. Namun untuk menambah semangat Ricky.
Sebelum berangkat, Wilda pun memberikan Ricky jatah ngentot terlebih dahulu. Di kala saat itu bapaknya Wilda sudah berangkat narik angkot. Dan ibunya sudah berangkat ke pasar untuk berjualan sayur. Rumah yang kosong itu dijadikan tempat mereka bercinta.
“Aaahhh… Aaahhh… Sayaang… Sayaang… Aaahhh… Teruss sayaang.. Genjot memek aku lebih kenceng. Sekalian emut toket aku, sini nenen biar kamu makin semangat dan kuat,” kata Wilda sembari mengangkang di kasur kamarnya. Menerima genjotan kekasihnya.
“Gini dong baru aku seneng, mau jarak 50 km pun aku jabanin lah, hahaha. Aahhh… Aahhh… Kamu makin lama makin seksi aja yaa. Toket kamu keliatan makin gede dan kenceng. Iyaudah aku isep,” jawab Ricky yang langsung menyedot toket kanan Wilda.
Mereka berdua terus beradu kelamin sebelum memulai hari kuliah pertama mereka. Kontol Ricky yang berukuran hanya 11 cm itu, bergerak maju mundur menggenjot lubang vagina kekasihnya yang montok. “Aaahhh… Masukin lebih dalem kontol kamu, sayaang.”
Ricky yang masih terus menyedot toket kanan Wilda. Sayangnya dia tidak bisa menuruti keinginan Wilda saat itu. “Slurrrpp! Slurrrppp! Slurrrppp! Haahh… Gak bisa lebih dalem, udah mentok segini aja. Aahhh… Aahhh… Kamu berasa masuknya kurang dalem?”
“I-Iyaa, sayaang. Aaahhh… Aaahhh… Iyaudah gak apa-apa sebisanya kamu aja yaa. Kan hubungan percintaan itu gak cuma masalah seks. Seks hanya penunjang kebahagiaan aja,” jawab Wilda yang mau gak mau. Dia harus menerima kekasihnya yang berkontol kecil.
Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Wilda memiliki rasa penyesalan. Karena dia tak merasa puas setiap melakukan seks dengan kekasihnya. Hubungan mereka yang berjalan selama 3 tahun itu. Awalnya dijalani dengan pacaran sehat selama 1 tahun pertama.
Namun setelah hubungan mereka mencapai 2 tahun, mereka pun khilaf dan terjadi lah aktivitas lendir yang terus berlanjut sampai sekarang. Namun sayangnya Wilda tak pernah merasa puas. Dia bahkan belum pernah merasakan orgasme sedikit pun saat itu.
Kekasihnya yang bernama Ricky, meski memiliki wajah yang cukup tampan dan berduit banyak. Namun sayangnya tak bisa memuaskan Wilda. Wilda saat itu merasa tak masalah, baginya kepuasan seks itu tidak penting. Meski sesekali dia juga penasaran hal ini.
Bahkan tak sampai 5 menit Ricky menggenjot vaginanya, dia sudah mengerang tak tahan akan cairan spermanya yang hendak keluar. “Aahhh! Sayaang, aku mau keluar lagi yaa. Keluar di mana? Di memek kamu apa di mulut? Aku boleh gak crotin memek kamu?”6697Please respect copyright.PENANAglpFMq50iG