Sudah satu bulan aku tinggal di desa ini. Semua rintangan berat untuk beradaptasi berhasil ku lalui satu persatu namun yang paling berat nyatanya belum bisa ku selesaikan. Kehadiran Putri di rumah ini terasa berar sekali untukku. Melihatnya berkeliaran dengan pakaian nyamannya baju kaos ketat dan celana hotpants terkadang menggunakan daster tali spageti yang bahkan panjangnya hanya setenga paha. Salahku sendiri yang mengatakannya diawal ia bisa menggunakan pakaian yang nyaman karena kasian melihatnya kurang nyaman menggunakan celana jeans panjang.
Akhir-akhir ini aku sudah melupakan istriku dirumah. Bahkan saat masturbasipun bukan wajah istriku yang muncul namun wajah Putri. Menghiraukannya bukan jalan keluar untukku dan kali ini aku nekat menuntaskan rasa penasaranku terhadapnya. Jika tidak kupenuhi mungkin aku akan gila.
Suatu petang saat pulang dari lokasi proyek dalam keadaan Horny karena selama perjalanan pulang aku memikirkan baju apa yang akan digunakan Putri hari ini.
Sampai dirumah aku melihatnya menggunakan daster kebanggaannya yang sukses membuat kontolku berdenyut sakit.
Berdehem mendekatinya yang sedang menungging memasukkan baju kedalam mesin cuci, "Hemm... Tolong siapkan air panas put," suruhku. "Sore ini sepertinya saya cukup lelah dan ingin berendam." Kulihat ia terkejut dengan kehadiranku dibelakangnya.
"Siap tuan" katanya sambil berlalu memasuki kamarku.
Dia memang sudah tidak canggung lagi dalam mengurusku karena aku bersikap santai padanya selama ini. Dia bahkan tidak mempermasalahkan lagi saat ku sentuh dan kuelus singkat yang awalnya dia akan sangat tegang kali ini dia akan menghiraukannya saja.
Sikap santaiku bahkan membuatku pernah mendapatkannya tertidur diatas kasurku dengan santai saat pulang kerja, mungkin ia kelelahan dan tertidur dan mengira aku tidak akan berbuat nekat terhadapnya. Sungguh gadis desaku yang polos, belum tau aja dia tentang isi kepalaku.
"Sepatunya dilepas ya, tuan," dia meraih kakiku yang tergantung disisi ranjang dan melepas sepatu yang kugunakan.
Aku hanya diam dan mengangkat kepalaku sekilas menatapnya.7283Please respect copyright.PENANAq9kIJfAWhr
7283Please respect copyright.PENANAwpdpE1luwQ
"Tuan sepertinya betul kelelahan, mau saya pijit tuan?" Aku tersenyum mendengaran tawarannya yang menggiurkan. aku memiliki fantasi terhadapnya dan pijat sehingga ini menjadi kesempatanku untuk merealisasikannya.
"Terimakasih tawarannya put, kamu tolong ambil minyak gosok dulu sepertinya aku ingin kekamar mandi." Aku tersenyum bangun dan mengelus lengan telanjangnya dan menyuruhnya keluar sebentar agar aku dapat melepas semua pakaian yang kugunakan.
Kutanggalkan seluruh pakaianku dan kuambil slembar handuk kecil. Aku berbaring diatas kasur dan kulatakkan handuk tadi menutupi selangkanganku yang mengeras.
Handuk itu bahkan tidak dapat menutupi seluruh bulu kemaluanku. Dan jika ia dikakiku aku yakin Putri dapat melihat biji zakarku yang menggantung.
Kupejamkan mataku saat mendengar bunyi pintu yang terbuka. aku mendengar dia terkesiap sebentar namun tak lama kasur disampingku terasa melesak turun. Dia duduk tepat disamping betis kananku dan mulai memijatnya.
Ku lirik dia dari sudut mataku dan menemukan dia memandangi selangkanganku sesekali. Jiwa muda dan rasa penasarannya tentu saja harus aku puaskan.
"Put, tolong atasan dikit dong put" perintahku tanpa menatapnya.
"Sepertinya dada saya dulu deh put, saya rasa terlalu kaku." Belum sempat menyetuh dada aku menariknya duduk di pahaku tepat diatas selanganganku. Dia tentu saja terkejut bahkan memekik kaget.
"Kamu mijatnya duduk disini saja, kalau disamping kejauhan soalnya ada lengan saya. Dan berat tubuh kamu diatas saya juga enak." Kataku seduktif, harusnya dia paham dengan niatku.
"Kamu bisa angkat pantat kamu sebentar nggak put?"
"Bisa tuan"
Aku menarik handuk dan mendudukkannya kembali diatas kontolku yang menegang, mukanya memerah malu dan canggung aku menatapnya seolah mengatakan hal itu normal dan jangan takut.
"Kayak gini tambah enak put. Pijatan kamu tambah terasa." Sambil mengelus lengannya aku tersenyum menenangkan.
"Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Put?"
"B-bb-belum, tuan," jawabnya gugup tak berani menatap mataku.
"Nanti kalo sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he.." gurauku. Aku melihatnya tersipu malu. Wajahnya semakin memerah saat kugenggap tangannya dan mengarahkannya kearah bawah merutku dan memintanya mengelus disana. Tatapanku tak pernah berpindah dari matanya yang tak mau menatap mataku. Aku sungguh berhasrat pada gadis ini.
"Biasanya orang desa seusia kamu sudah kawinlah. Kenapa kamu belum?"
"Saya ingin kerja dulu, tuan."
"Kamu tidak ingin kawin?"
"Ingin sih tuan, tapi nanti saja."
"Kawin itu enak put, kalau kamu mau simulasi sebelum kawin dengan yang lain aku bisa jadi suami sementara kamu ha.ha.ha.. Hitung-htung latihan kan" Wajahnya memerah panas mendengar kelakarku.
"Sudah selesai, tuan," katanya tak berani menatap mataku namun belum beranjak juga dari pangkuanku.
"Sabar dululah, Put. Jangan buru-buru. Pijatan kamu enak sekali," Kataku sambil memegang pinggulnya dan menggerakannya maju mundur menggesek kontolku.
"Nghhh" dia melenguh kaget dan tantu saja nikmat.
"Tuan, ini...."
"Ini aku ajarin kawin, ini yang aku maksud put, enak kan" kataku sambil mempercepat gerakan pinggulnya menggesekku. Kepalaku mendongak pening karena terlalu menginginkannya bukan hanya gesekan namun sodokan!
"Put pijat perutku dong," pintaku tanpa menghentikan gerakan pinggulnya. Pelan dia torehkan minyak diperutku dan mulai memijitnya.
"Terus gosok sampai bawah, Put," ku geser pantatnya turun ke pahaku dan menempatkan jari mungilnya diatas kontolku yang membengkak.
"Jangan, tuan," tolaknya halus
"Tidak apa-apa put. Kamu hanya mengocok-ngocok saja.." Aku menggenggamkan tangannya dikontol sambil menuntunnya mengocok dengan benar.
"Jangan, tuan.. jangan.." protesnya lemah namun tak ada perlawanan berarti. Tangannya bahkan semakin mahir mengocok penisku.
Kulepas perlahan tangannya dan menadapati ia tetap mengock tanpa perlu kutuntun lagi aku tersenyum bangga kearahnya. "Na gitu terus put, kamu juga harus pijat bagian itu. Harusnya bagian itu hanya perlu dipijat oleh Istri, Namun karena kamu istri aku sekarang kamu bisa bantu aku pijat sampai peju aku keluar. Kalau ngga dikeluarin bisa sakit put. Ahhh..." Ku manipulasi dia dengan perkataanku dan dia terlihat termotivasi akan hal itu.
Tangannya sesuai ekspektasiku mataku bahkan tidak bisa terbuka merasakan lembutnya otot telapak tangannya. Bagaimana jika yang menjepitku otot yang lain, apakah akan senikmat ini atauka lebih nikmat?
"Oh. Put, nikmat banget kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Put. Tidak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh.." Tanganku tidak bisa tinggal diam, terlalu gatal untuk tidak manggapai teteknya dan meremasnya. Pentilnya bahkan sudah tercetak dibalik dress tipisnya, "Jangan tuan!" sambil berkelit dan menghentikan kocokannya. Aku tau dia malu karena mukanya memerah bahkan hingga dadanya.7283Please respect copyright.PENANAQaBPzxrCIX
7283Please respect copyright.PENANAavdmajpS0z
LANJUTAN DI TRAKTIR LINK DI BIO
7283Please respect copyright.PENANAI2Wq2WfX21