Nayla
Adalah ibu rumah tangga yang alim dan suka berhijab. Selain mengajar di sebuah sekolah ia juga sering mengisi acara pengajian untuk menyampaikan ceramah agama. Ilmu dan pengetahuannya tidak diragukan lagi karena ia jebolan kampus keagamaan terbaik di luar negeri, tepatnya di Timur Tengah sana.
Hijab yang dipakai adalah cerminan dari perilakunya yang kalem, penyabar, dan setia memegang prinsip-prinsip agama. Jilbab yang dipakai juga membantu dirinya dari santapan dan melengkungkan pembohong kepada lelaki di luar sana.
Dari dulu Nayla memang wanita idaman. Saat gadis, saat ia menjadi pelajar, sudah berapa banyak laki-laki yang datang untuk meminang dan melamarnya. Bahkan sampai sekarang laki-laki di kompleks perumahannya menatap jalan seolah-olah ingin memperluasnya bulat-bulat.
Bagaimana caranya agar tidak membuat nafsu? Kulit putih, bersih, dan halus yang bagai pualam. Wajahnya cantik nan manis yang selalu membuat laki-laki tidak tahan melihatnya. Bibir merah manis. Belum lagi buah dadanya yang kencang dan menantang. Ditambah lagi lekuk tubuh yang aduhai bagai gitar spanyol. Siapapun laki-laki yang melihatnya pasti akan bernafsu ingin menidurinya.
Perpaduan perilaku yang kalem dan balutan busana muslim yang menutup keindahan tubuhnya semakin membuat para pria-laki penasaran dan ingin merasakan betapa nikmatnya tubuh wanita alim tersebut. Namun keinginan mereka-mereka itu hanyalah keinginan karena Nayla terlalu anggun dan membatasi diri dengan laki-laki selain suaminya.
Tidak seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya yang ada di kompleks perumahan itu. Nayla tidak begitu bergaul dan berkumpul dengan mereka karena Nayla mengetahui pembicaraan mereka tentang gosip dan hal-hal lain yang bertentangan dengan agamanya di satu sisi dan tidak berdampak positif di sisi lain.
Meskipun begitu Nayla selalu menyapa ibu-ibu tetangganya. Dari sana kita tahu bahwa Nayla adalah sosok yang bukan hanya alim dalam ilmu agama tapi juga sopan dan santun kepada siapa pun.
Sebenarnya Nayla mengajar untuk menepis rasa bosan karena dari segi ekonomi dia lebih dari cukup karena gaji suaminya sudah banyak. Di samping itu, Nayla juga ingin menerapkan ilmunya yang dapat di kampus waktu kuliah di Timur Tengah.
***
Akbar
Akbar adalah laki-laki idaman kaum hawa. Selain ganteng ia juga pintar dan kaya raya. Dari segi garis keturunan ia juga dari kalangan menengah ke atas. Dia adalah manajer di perusahaan ternama di negeri ini.
Akbar adalah tipe laki-laki pekerja keras. Kebutuhan istri adalah kebutuhan yang lebih utama di atas dirinya. Ketercukupan materi adalah hak prioritas istri yang harus dipenuhi. Dalam hubungan seks ia juga cukup mampu memuaskan istrinya.
***
Awal cerita ini. ...
Kehidupan keluarga Nayla bisa dibilang cukup bahagia, mesra, dan romantis. Dalam aspek materi tercukupi. Dalam aspek seks terpuaskan. Dalam aspek perhatian terpenuhi. Semuanya berjalan mengalir.
Setiap minggu keluarga kecil pasti menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, memanjakan diri, dan liburan ke tempat-tempat indah. Pada minggu ini mereka sedang melakukan perjalanan ke sebuah pulau kecil yang jauh di sana.
“Bagaimana perjalanannya?” tanya Darto sambil menyalami Akbar. Dia adalah teman Akbar waktu kuliah dulu. Darto adalah duda dengan anak satu.
"Lumayan seru. Ombaknya keras. Perjalanannya lumayan jauh," ucap Akbar sambil menggandeng tangan istrinya. Nayla hanya tersenyum, lelah. Gadis cantik dan alim itu bahkan hanya menatap wajah Darto sekilas selebihnya ia menjaga pandangan sebagaimana yang diajarkan agamanya.
Usai mereka makan malam di rumah Darto mereka langsung meluncur menuju Villa yang sudah di pesan sebelumnya. Selama di perjalanan Akbar dan Nayla tertidur lelap karena kelelahan dalam perjalanan.
Tengah malam mereka sampai di sebuah Villa. Di sana sudah ada yang menyambut. Namanya Pak Jonet. Pak Jonet membantu membawa barang-barang. Malam ini mereka berisitirahat karena besok mereka akan mengunjungi tempat-tempat indah di pulau itu.
***
Pagi masih buta, langit tertutup mendung, namun mereka sudah berjalan menuju sumber mata air yang ada di balik gunung. Tempat itu benar-benar ramai pengunjung. Airnya jernih dan segar. Pemandangan alam yang indah menggiurkan. Padahal masih belum menuju sumber besarnya. Untuk itu memerlukan tenaga karena harus mendaki ke atas.
“Izin Pak Jonet,” ucap salah seorang pengunjung saat bertemu Pak Jonet. Dan itu hampir diucapkan oleh orang-orang yang berpapasan dengan Pak Jonet.
Hal itu menandakan Pak Jonet cukup dikenal sebagai orang berpengaruh di pulau itu meskipun statusnya sebagai penjaga vila. Tapi vila yang mana dulu? Lalu kenapa Pak Jonet menjaga vila? Nanti juga akan dijelaskan.
“Pa, kayaknya aku sampai sini deh, capek!” seru Nayla manja.
Pagi ini Nayla benar-benar seksi dan cantik. Wajahnya segar. tatapnya bersih. Membuat Darto dan Pak Jonet berkali-kali melirik dan menelan ludah. Tapi apalah daya, dia hanyalah petugas vila yang tidak memiliki keberanian yang cukup bahkan untuk menembus langsung wanita terhormat seperti Nayla. Namun di sisi lain, meskipun profesi Pak Jonet sebagai penjaga vila dia dikenal sebagai sosok yang berpengaruh di pulau ini.
Kealiman yang dibalut sikap sopan santun itu membuat orang-orang di sekitar Nayla menjadi segan dan terhormat. Ditambah lagi strata ekonomi dan garis keturunannya yang berasal dari keluarga terpandang.
"Ya sudah, Mama tunggu di sini aja ya sama Tika. Biar Papa dan Darto yang ke atas. Pak Jonet tolong jaga Nayla dan Tika ya!" Akbar menggerakkan berjalan. Pak Jonet mengangguk.
Nayla dan Tika sudah bermain-main air di kaki gunung surga itu. Di samping kanan dan kiri Nayla para ibu-ibu dan bapak-bapak berdesakan bermain-main air. Air yang mengalir di parit itu benar-benar bersih dan segar. Di samping parit itu aneka bunga tumbuh dan terlihat indah. Itulah mengapa tempat wisata ini disebut Parit Sejuta Bunga.
"Tika, eh Tika jangan lari-lari, entar jatuh," teriak Nayla mengejar Tika yang kegirangan bermain air.
Tika terus berlari. Nayla terus mengejar. “Tika, awas, entar jatuh,” teriak Nayla.
BIRUUUUR
Ternyata Nayla yang terjatuh. Ia mendesis kesakitan. Kaki keadaan terkilir. Gamisnya tampak basah kuyup mencetak payu daranya yang besar. Vaginanya juga tampak berbentuk. Nayla menyadari hal itu. Ia langsung memperbaiki bajunya agar setiap keindahan tubuhnya tidak tercetak di balik bajunya. Pak Junet tergopoh-gopoh mendekat. Orang-orang yang berada di dekat sana diperbaiki dan melihat Nayla yang terjatuh. Si Tika anak Darto juga berbelok ke belakang, berhenti.
Pasang-pasang mata juga melihat ke arah Nayla yang terjatuh. Mata mereka seperti terhenti pada satu objek indah, yaitu cantik wajah Nayla dan indah tubuh Nayla. Terutama para laki-laki yang memang selalu suka pada urusan yang dimulai-mulai.
Pak Jonet membantu Nayla yang sulit bangun sendiri.
“Mohon maaf Pak, kami bukan muhrim,” tolak Nayla tegas namun sopan. Dia benar-benar menjaga batas antara laki-laki dan perempuan. Nayla bukannya tidak menghargai Pak Junet namun ia menjaga nilai-nilai agama yang dianutnya. Dan hal itu tidak terjadi satu-dua kali pada dirinya saat ada laki-laki yang ingin membantu. Jadi bagi Nayla hal itu merupakan bentuk hal yang wajar.
Namun tidak bagi Pak Jonet. Pak Jonet menanggapi serius persoalan itu. Niat ikhlas ingin membantu namun mengakhiri penolakan yang disaksikan banyak orang membuat Pak Jonet merasa malu apalagi dia cukup dikenal sebagai sosok yang berpengaruh di daerah itu. Orang-orang yang tadi menyapa Pak Junet juga menyampaikan kejadian itu. Cerita tentang sosok Pak Jonet yang memiliki andil besar di pulau itu akan dijelaskan nanti.
Pak Jonet menarik kembali tangannya dengan perasaan malu bercampur kecewa.
"Dia tidak tahu siapa saya. Dan dia sudah mempermalukan saya di depan banyak orang yang menghormati saya. Tunggu nanti, bagaimana kamu mempertahankan kesucian dan kegengsianmu," bisik Pak Jonet dalam hati.
***
Nayla sudah bisa bangun walaupun harus bersusah payah. Satu jam Nayla mencoba mengurutkan kakinya sambil menunggu suaminya dan Darto turun dari atas. Bajunya yang basah sudah kering. Pak Jonet juga setia menjadi penjaga Nayla dan Tika.
Hari sudah mulai siang namun mendung menutup langit. Pertanda sebentar lagi hujan.
"Bu, sebentar lagi hujan, bagaimana kalau kita berteduh di pinggir sana. Di sana ada hostel dengan harga murah. Ibu bisa berteduh dan istirahat di sana." Pak Jonet memberi saran.
Nayla agak ragu namun akhirnya mengangguk juga.
Pak Jonet tesenyum tipis
"Akhirnya rencana saya berjalan dengan lancar," bisik Pak Jonet penuh amarah. Dia benar-benar marah dengan kejadian tadi. Karena seumur hidup baru kali ini Pak Jonet dipermalukan di depan umum.
***
Akhirnya mereka sudah sampai di hostel itu. Wisata Parit Sejuta Bunga memang menyediakan hostel dan penginapan karena akses ke kota memang cukup jauh dan melewati jalan yang berliku. Maka jika para pengunjung dirasa tidak memungkinkan pulang malam hari kebanyakan akan menginap di penginapan itu. Mereka tidak mau mengambil risiko dibegal tengah jalan.
Mereka awalnya ingin memesan dua kamar namun seluruh kamar sudah penuh. Maka dia sengaja menginap di hostel yang siap menampung banyak orang itu. Pak Junet menang dengan keadaan tersebut karena kalau mereka mesan dua kamar, Pak Junet tidak punya kesempatan untuk mensukseskan rencana.
Hari sudah menjelang malam. Akbar masih belum turun dari atas. Beberapa jam kemudian Akbar memberi tahu melalui telepon kalau dia terjebak hujan di atas sana. Jadi lebih memilih berteduh di posko yang sudah disediakan untuk para pendaki.
Hari menjelang petang. “Pak tolong jaga Tika ya, saya mau shalat dulu,” ucap Nayla ke Pak Junet.
"Baik, Bu." Pak Junet tersenyum. Matanya melirik gumpalan pantat bohai Nayla yang bersembunyi dibalik busana panjangnya. Montok dan padat.
"Malam ini kamu akan membayar semua yang kamu lakukan kepada saya," batin Pak Junet.
Waktu tayang jam 20.00 malam. Jam segitu di tengah hutan sudah sangat sepi menyisakan suara derik jangkrik dan suara petir yang menakutkan. Hujan juga semakin deras. Dinginnya angin malam mencekik tulang.
“Bu, saya izin sebentar membahas penjaga hostel itu,” izin Pak Junet.
"Silakan Pak," jawab Nayla. Tika sudah tertidur lelap dipangkuannya setelah siang tadi bermain air.
***
"Saya lagi bawa barang bagus nih, kamu punya obat perangsang kan?" bisik Pak Junet ke penjaga asrama itu. Penjaga hostel itu masih muda. Sekitar 32-an tahun. Berbeda dengan Pak Junet yang sudah hampir menginjak usia 60-an tahun.
"Oalah Pak Jonet, kalau sudah ke sini pasti urusan memek. Hehe...," jawab penjaga hostel itu.
Pak Jonet tertawa, “Ada, enggak?”
"Hemmm, kalau ada sih ada? Tapi masalahnya aku bisa apa nih nanti?"
"Tenang, nanti kamu akan saya kasih jatah setelah saya puas ngentotin dia. Tapi ingat, bukan untuk memeknya. Memeknya hanya untuk saya saja."
"Baiklah, di mulut juga tidak apa-apa. Memangnya yang mana orangnya?" tanya penjaga hostel itu lagi.
"Itu yang duduk di pojokan itu, yang sedang memangku anak kecil tidur itu."
“Memang dia sendiri atau bagaimana?”
"Dia bersama suaminya. Tapi suaminya sedang muncak bersama temannya. Jadinya dia tinggal sendirian di sini. Makanya tugas kita sebagai laki-laki adalah menemaninya biar gak kedinginan hehe." Pak Junet menjelaskan panjang lebar.
"Wah kalau begitu kesempatan emas ini, wajahnya secantik itu. Belum lagi tubuhnya. Apalagi memeknya pasti legit dan menggigit."
“Eh, nikmati aja semuanya selain memek sama lubang belakang,” ancam Pak Junet.
"Siap, Pak."
"Makanya buruan kasih saya obat perangsangnya mumpung suami malam ini masih ada di atas. Jadi malam ini kita entot habis istri orang yang alim dan cantik itu."
"Iya, sabar. Ayo ikut aku, aku ambilkan." Penjaga hostel itu lalu menarik tangan Pak Junet.
Mereka pun memaksa masuk ke dalam kamar penjaga. Nayla dari Jauh tidak begitu peduli dengan pembicaraan rahasia bapak-bapak itu.
"Kalau ini sampai diminum perempuan maka dia bisa mati sange kalau tidak dientot laki-laki. Dengan obat ini perempuan akan minta dijejali titit berkali-kali. Ini obat ramuan yang dibuat oleh leluhur pulau terpencil ini."
"benarkah?" Wah Pak Junet kegirangan.
Penjaga hostel itu tertawa-bahak.
Lalu bagaimana cara kita memberi obat perangsang ke dia?
"Tenang, adat di postel ini, setiap yang bermalam di sini akan disuguhi minuman yang hangat-hangat pada malam harinya. Serahkan ke saya kalau urusan itu. Tapi jangan lupa saya juga pengen mulut nanti."
"Aman kalau urusan itu. Laki-laki selalu memenuhi janjinya."
Akhirnya mereka bubar. Dan rencana pun sudah disusun.
***
Jam 21.00 akhirnya teh hangat sudah dibagikan. Si penjaga hostel yang membagikan langsung ke para tamu yang bermalam di sana. Karena dari tadi pagi hujan deras tidak berhenti, maka banyak pengunjung yang malam ini menginap di hostel itu.
Nayla tampak tersenyum di pojokan. Tika sudah tertidur pulas. Pak Junet agak menjauh dari Nayla dan Tika tapi tetap satu kawasan, yaitu di pojok bagian kanan hostel.
“Silakan di minum bu, buat hangat-hangat,” ucap penjaga hostel itu kepada Nayla. Nayla, terima kasih. Nayla tidak tahu kalau di dalam teh itu ada obat perangasang yang nantinya akan membuat dirinya terangsang.
“Silakan diminum, Pak,” ucap penjaga asrama itu kepada Pak Junet yang ada di dekat Nayla. Sebenarnya Nayla agak risih berdekatan dengan Pak Junet. Apalagi nanti mereka juga akan tidur di tempat yang sama. Namun jika ditinggal Pak Junet Nayla juga tidak berani bersama Tika.
“Terimakasih, Pak,” jawab Pak Junet dengan senyum kemenangan. Di pikiran tubuh Nayla yang mulus sedang ngangkang di hadapannya. Vaginanya yang merah muda sedang terpampang indah menggoda mata.
Waktu terus berlalu. Waktu sudah menunjukkan jam 22.00. Setelah minum teh hangat tadi Nayla langsung tertidur pulas. Lampu di hostel itu juga sudah dimatikan. Dan orang-orang juga sudah tertidur lelap.
Jam 22.30 Nayla tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia merasakah ada yang aneh di dalam tubuhnya. Hal itulah ternyata yang membuat dirinya terbangun. Tiba-tiba dia merasakan dirinya dilanda birahi yang sangat dahsyat. Wanita alim itu terbangun dengan mata memicing. Mencoba menciptakan ketenangan dengan duduk sempoyongan.
Namun rangsangan tubuhnya semakin menjadi-menjadi. Wanita cantik itu mulai bergerak tak menentu. Tangannya tidak jarang digunakan untuk menggosok vaginanya yang gatal. Mulutnya juga mengeluarkan suara aneh namun dengan kuat ia tahan.
Namun ketika meliriknya, dia terkejut bukan hal yang utama. Dia melihat Pak Junet tergelatak tertidur di sana dengan pulas. Dan yang membuatnya semakin terkejut adalah Pak Junet tertidur dengan sarung yang terpingkas. Memperlihatkan batang penisnya yang berdiri gagah. Lampu di dalam asrama memang sudah dimatikan, namun pancaran kilat petir yang sekali-kali membuat penis besar Pak Junet menyala, berurat dan perkasa.
Mata Nayla terbelalak. Mulutnya menganga. “Astagfirullah, besar sekali,” bisiknya.
Dia langsung mundur menjauh. Tapi rangsangan dalam dirinya kembali menggoda vaginanya. Vaginanya terasa gatal. Ditambah lagi godaan penis yang perkasa benar-benar membunuh pikiran sadarnya. Suasana agak gelap, sepi, guyuran hujan, dan suara petir membuat kodrat dirinya menjadi manusia muncul.
Sealim apapun dia kalau sudah dalam kondisi seperti ini membuat dirinya bergetar dalam batinnya. Dalam kondisi rangsangan obat perangsang, pemandangan penis Pak Junet yang menggoda, dan suasana hujan, petir, dan dingin yang mendukung.
Maka cepat-cepat Nayla beristigfar, memperbaiki jilbabnya, lalu berlari ke kamar mandi. Untuk ke kamar mandi dia harus ke belakang hostel itu melewati gang kamar-kamr kecil. Pak Junet pelan-pelan bangun. Wajahnya penuh senyum. Sebentar lagi, tinggal satu langkah lagi dia akan menggarap Nayla sampai siang. Tinggal satu rencana lagi. Rencana terakhir. Pak Junet akan membuat Nayla mengerang keenakan sampai siang.[]
22293Please respect copyright.PENANAMrbmkakRqD
22293Please respect copyright.PENANAYScKJdGhA5
22293Please respect copyright.PENANAhHy8tw5zLB
22293Please respect copyright.PENANAfWCMZ9Fw6t
22293Please respect copyright.PENANARkL5cS0LDv
22293Please respect copyright.PENANAZmC67zHEpc
22293Please respect copyright.PENANAFE0eLRk2O2
22293Please respect copyright.PENANAwBCGaerk7W
22293Please respect copyright.PENANA84vf7DQCtK
22293Please respect copyright.PENANAIlHvLNgcM1
22293Please respect copyright.PENANA1bwYK3abaX
22293Please respect copyright.PENANA1nn1Yf6xyr
22293Please respect copyright.PENANAqhitQSj9tL
22293Please respect copyright.PENANA9oFKqBbM1Z
22293Please respect copyright.PENANAnnOIZjAjSc
22293Please respect copyright.PENANAWz5ckIErHE
22293Please respect copyright.PENANAou2m47f8jN
22293Please respect copyright.PENANA3FkdeSwWri
22293Please respect copyright.PENANAMhOCSzxqCX
22293Please respect copyright.PENANABnX1ODPtup
22293Please respect copyright.PENANAjsNcsZL5ab
22293Please respect copyright.PENANAyLhvqmZ8Hm
22293Please respect copyright.PENANAC3PnBtiAzC
22293Please respect copyright.PENANAvtuqvdsJe8
22293Please respect copyright.PENANASxuOD3Gufw
22293Please respect copyright.PENANAnjgHdzdjKt
22293Please respect copyright.PENANAeaonClXP3w
22293Please respect copyright.PENANAZ2XCusaom1
22293Please respect copyright.PENANAzc9WDC9xMO
22293Please respect copyright.PENANAqZsvjQsytv
22293Please respect copyright.PENANAuLJe34gCwl
22293Please respect copyright.PENANAlY9qXuicP3
22293Please respect copyright.PENANAsWVDfVbE68
22293Please respect copyright.PENANApECbdJ3W0v
22293Please respect copyright.PENANAuVyV3Je3LS
22293Please respect copyright.PENANAPQUCNIGmD1
22293Please respect copyright.PENANAQmCBrUGIb2
22293Please respect copyright.PENANAfoyeTEPwbl
22293Please respect copyright.PENANA8kAwYn3vqC
22293Please respect copyright.PENANARjit23wguQ
22293Please respect copyright.PENANAyPzYPrcG09
22293Please respect copyright.PENANAEyT7hqpyce
22293Please respect copyright.PENANAU74ZB6BNAI
22293Please respect copyright.PENANAlnHpjQiuMY
22293Please respect copyright.PENANAjfogZo6AMa
22293Please respect copyright.PENANAxP1BzArytm
22293Please respect copyright.PENANAxvxG6hxSvq
22293Please respect copyright.PENANAs6zLp3i41N
22293Please respect copyright.PENANA2tiLOHceAA
22293Please respect copyright.PENANARaEZi4QQqw
22293Please respect copyright.PENANAXswmiwzGik
22293Please respect copyright.PENANAymKMXUbLLZ
22293Please respect copyright.PENANAsgSuBhkQfX
22293Please respect copyright.PENANApTp02YSaTu
22293Please respect copyright.PENANA93qYiWdH6w
22293Please respect copyright.PENANAWf489TMBcP
22293Please respect copyright.PENANARF5LgbGXIF
22293Please respect copyright.PENANAKtiQNe7M6C
22293Please respect copyright.PENANAHSCSyhkQuL
22293Please respect copyright.PENANA0ImllVnEnk
22293Please respect copyright.PENANA9B2CACylmx
22293Please respect copyright.PENANAe6Ir0pFyRD
22293Please respect copyright.PENANAu64Hraf2yf
22293Please respect copyright.PENANAz9OnBVHb50
22293Please respect copyright.PENANAld6jh9TCFR
22293Please respect copyright.PENANAQK8xQOPTTK
22293Please respect copyright.PENANAVhpck1Kvyn
22293Please respect copyright.PENANAGzNsSwjMF6
22293Please respect copyright.PENANAirCwrv5usV
22293Please respect copyright.PENANAEYP5XuBvTf
22293Please respect copyright.PENANAGRCklPHI5p
22293Please respect copyright.PENANAJ9QTyOGSKG
22293Please respect copyright.PENANApgmORP1AhG
22293Please respect copyright.PENANADx2vlpa67T
22293Please respect copyright.PENANA9Xfte481nw
22293Please respect copyright.PENANABsOf1bdnMy
22293Please respect copyright.PENANAjaK44LPxsU
22293Please respect copyright.PENANAtWsSzopEn4
22293Please respect copyright.PENANAAowdLPp9GO
22293Please respect copyright.PENANAqYsD0gngpk
22293Please respect copyright.PENANALFnHImgEef
22293Please respect copyright.PENANApnP2x8UkY4
22293Please respect copyright.PENANAYSwBlJcDMP
22293Please respect copyright.PENANAwRJqU0qeiH
22293Please respect copyright.PENANApqnI97oSjA
22293Please respect copyright.PENANAZCHrmBxU3K
22293Please respect copyright.PENANASziL8rfC5q
22293Please respect copyright.PENANARToRhcSRTN
22293Please respect copyright.PENANA4RuYSZvCIK
22293Please respect copyright.PENANAisTQMgGSQ7
22293Please respect copyright.PENANAsEAHyxEnV0
22293Please respect copyright.PENANA8GJtN78yar
22293Please respect copyright.PENANAzkqqh6G1Tg
22293Please respect copyright.PENANAYuaRgrO3BB
Lanjutan bagian 2
ns 15.158.61.42da2