GAIRAH KANTOR
Perselingkuhan di kantor tuh emang sering jadi cerita seru di dunia kerja. Kalau dipikir-pikir, suasana kantor itu kayak wadah alami buat kedekatan terjadi. Bayangin aja, lo kerja bareng orang yang sama delapan jam sehari, lima hari seminggu, bahkan kadang lembur bareng. Mulai dari diskusi proyek, sampai cerita-cerita kecil yang bikin tawa, semua itu bisa banget jadi awal.
Apalagi affair antara bos dan sekretaris banyak banget dramanya. Coba deh bayangin rutinitas mereka. Sekretaris itu sering banget ada di sisi bos, hampir setiap waktu. Mulai dari mengatur jadwal, nemenin meeting, sampai ngurus hal-hal pribadi yang kadang lebih dari sekadar kerjaan.
Dalam banyak kasus, kedekatan ini bisa jadi pemicu hubungan yang lebih dalam. Bos yang sibuk dan mungkin kurang punya waktu buat pasangannya di rumah, bisa ngerasa dimengerti sama sekretaris yang selalu ada buat bantuin setiap urusannya. Di sisi lain, sekretaris mungkin merasa spesial karena dia dipercaya buat jadi orang kepercayaan.
Ditambah lagi, peran bos yang sering dilihat sebagai sosok yang berkuasa, menarik, dan karismatik, sering bikin orang di sekitarnya kagum. Kadang, rasa kagum itu bisa berubah jadi perasaan lain. Bos yang terbiasa ngasih perhatian kecil, kayak pujian atas kerja keras sekretarisnya, bisa bikin hati si sekretaris luluh. Apalagi kalau bosnya paham gimana caranya bikin seseorang merasa dihargai—ya, siapa yang nggak jatuh hati, kan?
Di sisi bos, mungkin ada rasa jenuh dengan hubungan di rumah. Banyak bos yang kehidupannya sibuk banget, sampai nggak sempat ngejalin hubungan yang intim sama pasangan. Ketika sekretarisnya selalu ada, perhatian, dan siap bantu, hal itu bisa ngisi kekosongan yang dia rasain. Dan di kantor, suasana kerja yang intens sering bikin hubungan kayak gini tumbuh tanpa rencana. Dari obrolan santai, jadi curhat. Dari curhat, jadi ketergantungan emosional. Eh, tau-tau baper.
Kayak hubungan gue dan Yuna yang awalnya pofesional jadi intim. Yuna cuman lulusan SMA waktu itu, istilahnya ABG lah. Gue rekrut juga karena waktu itu pekerjaan sibuk banget dan sekertaris lama gue resign karena disuruh suami. Alhasil istri gue tawarin Yuna, keponakannya jadi sekertaris gue. Berhubung doi pinter dan lebih milih langsung kerja dari pada kuliah ya gue iyain aja.
Tapi, hubungan kayak gini tuh nggak cuma soal rasa. Ada juga elemen kekuasaan yang main di sini. Bos yang punya posisi lebih tinggi secara hierarki kadang bikin sekretaris merasa nggak punya pilihan buat nolak. Atau, sebaliknya, sekretaris mungkin ngerasa ada keuntungan tertentu kalau dia deket sama bos—entah itu soal karier atau status di kantor. Ini yang bikin hubungan ini jadi makin rumit, karena ada campuran antara perasaan, kekuasaan, dan mungkin kepentingan pribadi.
Awalnya si lugu Yuna mengira hubungan itu memang harus dia lakukan untuk menyenangkan bosnya. Rentangnya jabatannya untuk digantikan membuat dia mau tidak mau melayani semua kebutuhan sang bos bahkan dari hal terkecil dan ter nakal sekalipun.
Teringat saat awal-awal aku hanya menggodanya dengan skinship tipis-tipis beralasan hal itu normal dalam hubungan bos-sekertaris. Yang awalnya elus rambut jadi elus pinggang, nggak lama aku mulai remas pantatnya hingga lebih nakal lagi remas teteknya. Hal itu cuman bertahan 2 minggu hingga aku berani minta nenen dan di kasi.
Nenen pertamaku dengannya saat itu malam hari. Dikarenakan pekerjaan yang menumpuk kami masih di kantor hingga jam 7 malam. Aku yang iseng memintanya duduk di atas pangkuanku lalu melepas seluruh atasannya hingga payudaranya yang berbentuk papaya terpampang tepat di depan mukaku. "Jilat-jilat nenen kamu kayaknya bikin aku nggak ngantuk lagi nih Yun" kataku kala itu. "Ya udah Pak, di jilat aja" katanya sambil menyodorkan sebelah payudaranya ke wajahku.
Tidak berhenti sampai situ, nenen seakan tidak cukup. Hingga aku nekat jilmek. Pengalamanku dengan Yuna mengajarkan aku kalau aku benar-benar suka jilmek. Aku bisa jilatin memek Yuna bahkan berjam-jam di atas meja kerjaku. Sedangkan hubunganku dengan istri tidak seperti itu.
Yuna yang awalnya gadis Vanilla berubah binal setelah bersamaku. Dia menganggap hubungan seperti itu tidak memalukan lagi. Bahkan Ketika kusuruh colmek di sofa depan dan aku yang sedang berada di balik meja kerja mengerjakan pekerjaan dia tetap mau dengan harapan aku semakin semangat kerja. Benar-benar yunaku yang binal.
Saking binalnya Yuna, dia bahkan tidak bergeming atau canggung saat kami ketahuan oleh Rahmat. Saat itu jam makan siang dan tidak biasanya Rahmat datang ke ruangan untuk mencariku.
Yuna sedang menjilati batangku di sofa saat Rahmat menerobos masuk. Yuna hanya melihatnya sekilas dan tidak menghentikan kulumannya di bawah sana.
"Gila, Al. pantesan lo betah banget di kantor." Decak Rahmat kala itu dan memilih meneruskan langkahnya duduk di sofa depan kami.
Rahmat memang sahabatku. Kami sama-sama nakal dan aku yakin dia juga ada main di belakang istrinya, hingga aku percaya rahasia ini tidak bakalan menjadi musibah bila dengannya membuatku tenang.
"Kayak lo nggak main aja sama si sinta" ucapku menggodanya dengan sekertarisnya.
"Ya jelas maen lah, apa nggak suntuk di kantor kalau nggak ngewe"
"Itu, lo tau"
Dia kemudian diam dan ketawa-ketawa sendiri melihat Yuna melayaniku tanpa malu.
"Benar-benar lo rusak anak orang, Al"
Aku tak menggubris dan yuna hanya menjilati kepala kemaluanku sambil matanya tak henti menatap mataku, kebiasaanya saat blowjob. Kemudian dikulumnya kemaluanku. Mulutnya yang mungil tampak penuh dengan kemaluanku.
Tak mampu Yuna menghisap semuanya, mungkin hanya setengahnya saja yang bisa ditampungnya. Kemudian Yuna mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, dan menjilati batangnya dan buah zakarku. Kemudian dia mengulum lagi kemaluanku, begitu seterusnya.
Selama itu pula aku mendesah-desah sambil menatap Rahmat dan mengangkat jempolku sekilas di balas ketaawa pongah oleh Rahmat.
"Lo nggak keluar aja Mat? Ahh Yuna khhn.. Enak bangeth.. Ehm..." Yuna terus mengulum kemaluanku.
"Lanjuin dulu mau jadi referensi. Gila Yun kamu seksi banget mau nggak layanin aku juga"
"Enak Aja lo" sentakku "Nggak yah sayang, sekertaris cuman boleh layanin bosnya aja" kataku sambil melirik Rahmat pongah.
"Yuna ngerti kok pak." Sahut Yuna.
Yuna duduk dipangkuankumenghadap Rahmat sambil membelakangiku. Aku ciumi pundaknya lalu, dia menolehkebelakang, dan kamipun berciuman. Kusibakkan celana dalam G-stringnya, ...
249Please respect copyright.PENANAv6BfnX5atx
LANJUTAN LINK DI BIO.
249Please respect copyright.PENANA8veQrHY9vq