
Namaku Farisha Aisyah Putri, umurku sekarang 22 tahun. Penampilanku layaknya akhwat bercadar yang lainnya, meskipun begitu aku bukan sosok akhwat yang alim. Karena pergaulanku cenderung bebas dengan lawan jenisku. Berbeda dengan akhwat bercadar yang lain, yang selalu menjaga dirinya dengan menghindari khalwat, ikhtilat, tabarruj dan gadhul bashar. Sedangkan aku jauh dari ekspektasi sebagai seorang akhwat bercadar, karena aku bercadar bukan karena aku benar-benar ingin berhijrah. Namun karena mengikuti trend saja, yang sebatas menganggap cadar sebagai fashion.
898Please respect copyright.PENANAuLjse5j6Y6
Tak hanya itu saja, pengetahuanku tentang agama juga minim. Bahkan orang tuaku pun bukan sosok yang taat beragama. Mereka cenderung sekuler. Mamaku saja, sampai saat ini tidak pernah memakai hijab. Pernah suatu ketika, mamaku menegurku karena aku memutuskan memakai cadar.
898Please respect copyright.PENANA1IMPRHNDG0
Kata mamaku, ia tidak suka dengan penampilanku sekarang. Karena di keluarga besar Mama atau pun Papa, mereka yang cenderung agamis mendapat stigma buruk. Apalagi yang memilih menutup mukanya memakai cadar, pasti mendapat celaan sebagai teroris.
898Please respect copyright.PENANApTkMEzw9L1
Meski banyak tantangan, celaan di keluarga besarku. Aku tidak menyerah untuk mengubah penampilanku dengan busana syar'i. Awalnya mamaku cenderung melarangku mengubah penampilanku, lama kelamaan mamaku luluh. Dan sekarang justru mendukungku, bahkan membelaku jika ada siapa saja yang mencelaku dengan kata-kata menyakitkan. Mungkin mamaku berubah sikapnya karena aku anak tunggal, itu sebabnya Mama tidak lagi melarangku karena keputusanku memakai hijab dan cadar bukan atas paksaan dari siapa pun juga.
898Please respect copyright.PENANAmdSMRVk1Rk
Mama tidak tau, jika aku memutuskan memakai hijab dan cadar hanya sekedar mengikuti trend saja. Mama pikir, aku mengubah penampilanku karena perubahan pola pikirku juga.
898Please respect copyright.PENANA4b3CQZKmPB
Karena Mama, bahkan papaku yang selalu mendukungku apa pun yang aku lakukan. Mereka memandangku benar-benar sebagai sosok akhwat bercadar yang tak hanya sebatas penampilan. Aku yang mendapat stigma seperti itu, pada akhirnya lambat laun, yang awalnya bergaul bebas dengan siapa saja menjadi sepenuhnya tertutup. Yang menjaga marwah sebagai seorang muslimah yang taat.
898Please respect copyright.PENANAknjV9Aq4Rg
Banyak sebayaku yang sudah menikah atau bahkan memiliki anak selepas wisuda. Berbeda dengan aku, meski aku berharap ada sesosok pria yang datang ke rumah untuk mengkhitbahku. Kenyataannya, sampai detik ini pun tidak ada yang datang ke rumahku satu pun ke rumah untuk mengkhitbahku. Padahal sebelum aku benar-benar memutuskan untuk berhijrah, tak hanya mengubah penampilanku yang syar'i. Pergaulanku terbilang cukup luas, yang notabene justru yang paling banyak adalah teman priaku.
898Please respect copyright.PENANAAHYHEo05aW
Saat aku memutuskan memakai cadar, satu persatu teman-teman priaku menghindariku. Sedih? Tentu saja aku sedih. Seakan-akan aku dikucilkan oleh mereka, namun setelah aku mulai belajar agama dari mengikuti berbagai kajian. Aku mengerti, seorang muslimah tak layak bergaul bebas dengan lawan jenis.
898Please respect copyright.PENANATuwe5zGHqk
Dari berbagai kajian aku mengerti, aku tak hanya wajib menutup aurat. Namun aku harus menjaga pandanganku.
898Please respect copyright.PENANAIU80KDmmkr
Sekarang karena pengaruhku berhijrah, mama dan papaku pun ikut berhijrah. Meski mamaku hanya memakai hijab tanpa cadar.
898Please respect copyright.PENANA5gXoCzlQKX
Pada suatu hari, mamaku mengabariku tentang kabar yang membuatku terkejut. Bahwa ada seorang anak kyai lulusan Al Azhar akan melamarku.
898Please respect copyright.PENANAop6S6LsiwO
"Beneran, Ma?", Tanyaku pada mama, merasa tidak percaya.
898Please respect copyright.PENANA5OrnqMP1fB
"Beneran dong, masak Mama bo'ong", kata mamaku dengan tersenyum.
898Please respect copyright.PENANAiEatCkUiJ9
Lalu Mama mendekatkan wajahnya ke telingaku, sambil berbisik, "Orangnya tampan lho. Lulusan Al Azhar lagi", kata mamaku.
898Please respect copyright.PENANAZcU2FIERre
Dengan senyum malu-malu aku menundukkan pandanganku, salah tingkah.
898Please respect copyright.PENANAdhuGCaVF6K
"Ya ilah, belum ketemu aja udah salah tingkah, hehe", kata mamaku menggodaku.
898Please respect copyright.PENANAHKU7M6YPL4
"Apa sih, Ma. Engga kok, aku biasa-biasa aja", kataku menyangkal.
898Please respect copyright.PENANAPtkouQg22B
Lalu mamaku berbisik lagi di telingaku, "Kayaknya sih, punya pesantren juga katanya", kata mamaku berbisik lirih di telingaku.
898Please respect copyright.PENANAQPxRgwhVJp
Sebenarnya aku salah tingkah, karena aku merasa minder saja. Karena aku hanya lulusan S1 informatika, yang awam dengan agama. Sedangkan calon suamiku, seorang gus, anak kyai. Yang membuat aku minder lagi, karena ia lulusan Al Azhar, Mesir.
898Please respect copyright.PENANA6clDBXL7tU
"Mama tau, kamu minder kan?", Tanya mama sambil merangkul tubuhku.
898Please respect copyright.PENANAS4xV8av6oC
Aku yang awalnya menunduk, mengangkat wajahku lalu kutatap mamaku yang berada di sampingku yang sedang merangkulku. "Mama kok tau?", Tanyaku pada mamaku dengan menatapnya sekilas lalu kembali menunduk sambil memainkan ujung hijabku yang panjang sampai menutupi pantatku.
898Please respect copyright.PENANAoZ4ajdJ8fG
"Mama kan ibu kamu, jadi wajar Mama tau. Kamu gak perlu minder, Fa! Udah sewajarnya seorang suami lebih paham agama, karena nanti yang bakal jadi imam kan suami kamu", kata mamaku memberi pengertian padaku.
898Please respect copyright.PENANAWJnC7O90IK
Kucerna semua perkataan mama. Memang benar sih, nanti yang akan menjadi imam suamiku. Entah kenapa pola pikir lamaku masih mengisi otakku. Menurutku, seorang perempuan harus setara dengan pria. Apakah itu statusnya sebagai suami atau pun bukan. Namun, mendengar perkataan mama, pikiranku terasa mindblowing. Ada pertentangan di dalam pikiranku, karena ketidaksetaraanku dengan calon suamiku nanti. Aku merasa tidak rela, jika aku harus dibimbing oleh suamiku untuk belajar agama. Ada perasaan kalah, yang muncul di dalam otakku. Bahkan kata-kata, suami sebagai imam saja, aku merasa tidak sejalan dengan pola pikirku. Ada perasaan tentang suamiku nanti akan mengekangku, sampai-sampai menghirup udara bebas pun tidak bisa. Namun semua sudah menjadi bubur, karena sejak awal aku yang memutuskan untuk berhijrah. Mau tak mau, aku pun harus mengubah pola pikirku.
898Please respect copyright.PENANAqy6WhCvbIl
Setelah sekian lama aku berhijrah, bermula dari mengubah penampilanku menjadi bercadar. Aku baru merasakan, jika aku merasa tidak bebas. Membayangkan saja dadaku merasa sesak, rasa-rasanya aku ingin melepas semua yang melekat di tubuhku. Dan kutunjukkan wajahku pada semua orang, jika aku ingin mendapat pengakuan atas keberadaanku.
898Please respect copyright.PENANAZBM1dpGpmp
Namun, keinginan untuk melepas cadarku hanya sebatas di angan-angan saja karena aku takut reputasiku yang selama ini dengan susah payah aku bangun hancur. Setelah aku kembali ke diriku sebelum aku hijrah, keinginanku untuk kembali merekatkan kembali hubunganku dengan teman-teman priaku kembali muncul. Meskipun aku tak serta merta mengubah penampilanku sesuka hatiku. Karena aku paham dengan konsekuensi yang aku ambil akan merugikan diriku sendiri. Bukan hanya karena reputasiku tetapi juga sanksi sosial yang akan aku hadapi.
898Please respect copyright.PENANA187fEYfqRk
Awalnya teman-teman priaku kaget melihat perubahan penampilanku, namun pada akhirnya bisa menerima perubahan penampilanku. Karena aku tidak mau terkesan murahan, saat aku berusaha kembali menjalin kemunikasi dengan mereka tak langsung bertemu langsung dengan tatap muka. Pertama aku menghubungi mereka satu persatu, lalu aku membuat grup rahasia di waku yang anggotanya terdiri dari teman-teman priaku.
898Please respect copyright.PENANAuCsLD1uM2K
Rasa kesal karena aku akan menikah dengan seorang pria lulusan Al Azhar itu, aku lupakan sejenak dengan melepas rindu pada teman-temanku. Mereka senang, aku kembali menghubungi mereka. Hanya saja mereka sedikit kecewa saat aku menceritakan bahwa aku sebentar lagi akan menikah.
898Please respect copyright.PENANA8xo4hiKKzT
Sekarang aku sedang mengobrol dengan mereka melalui zoom, "Wah gak bisa bebas lagi dong?", Tanya temanku yang bernama Doni.
898Please respect copyright.PENANAR6u0MpKDRG
"Aku juga gak mau gini, Don. Tapi mau gimana lagi", kataku dengan mendengus kesal.
898Please respect copyright.PENANADJqp0U1rgG
"Kamu kan bisa batalin lamarannya nanti!", kata Aldo.
898Please respect copyright.PENANA3Y2K7rkaxQ
"Gak bisa lah, Do. Mau ditaruh dimana muka orang tuaku nanti?", Kataku dengan mendengus putusasa di depan layar.
898Please respect copyright.PENANANMQBiDpb7H
"Lalu gimana sama kita nanti, Fa? Padahal kita baru aja bisa kumpul-kumpul bareng meski sebatas lewat zoom kan?", kata Aris.
898Please respect copyright.PENANA01ILtezQsC
"Masih bisa kok. Lagian aku gak mau dikekang. Aku juga gak mau ngerasa inferior di depan dia nanti, aku mau bebas titik", kataku menggebu-gebu.
898Please respect copyright.PENANAP7xFIV17VE
"Kamu masih kayak dulu ya, Fa. Penampilanmu gak bisa membohongi diri kamu sebenarnya, hehe", kata Riswan.
898Please respect copyright.PENANABonu0LaUqg
"Emang aku yang dulu kayak gimana?", Tanyaku memancing Riswan agar jujur.
898Please respect copyright.PENANA7y71X8Nff3
"Lah masak kamu gak inget, kamu dulu kayak gimana, Fa? Hehe", Tanya Riswan.
898Please respect copyright.PENANA5Av695dIlT
"Inget sih", kataku malu-malu sambil menunduk.
898Please respect copyright.PENANAgdQPlcDVrg
"Sayangnya kamu gak mau penetrasi. Maunya dianal mulu, haha", kata Aris tertawa.
898Please respect copyright.PENANAHYgMTEys58
"Sekarang mau kok", kataku percaya diri.
898Please respect copyright.PENANAtTRjCAD5U1
"Tapi kamu kan mau menikah, Fa?", Tanya Aldo.
898Please respect copyright.PENANA0X9jnR9ECD
"Trus gimana enaknya, Do?", Tanyaku.
898Please respect copyright.PENANAtDrI85LKOl
"Gimana kalo kamu nunggu nikah aja dulu. Kalo kamu bosen, kamu bisa hubungi kita. Kita bisa puasin kamu rame-rame kayak dulu, hehe", kata Doni.
898Please respect copyright.PENANAvS2LaK0UgN
Aku memegang daguku sambil berpikir sejenak. Kupikir berulang-ulang, sepertinya saran Doni ada benarnya. Karena reputasiku sebagai akhwat bercadar di depan calon suamiku nanti tetap terjaga karena kondisiku yang masih perawan. Namun disisi yang lain, aku bebas mencari kepuasan lain selain suamiku.
898Please respect copyright.PENANAXgNFyafkeZ
Dalam hati aku ingin cepat-cepat agar calon suamiku yang katanya adalah lulusan Al Azhar itu mengkhitbahku. Bukan karena aku menginginkannya melainkan karena aku ingin berpaling darinya. Rasanya ingin kutunjukkan ketidaksukaanku padanya, aku gak suka disaingi. Entah dalam hal apa pun, bukan hanya sekedar masalah pendidikan.
898Please respect copyright.PENANAqszbo3MnMr
Apalagi nanti, jika aku benar-benar dikekang kebebasanku. Aku benar-benar bakal terhina, tak terima jika aku dijadikan seperti burung yang dikurung di dalam sangkar.
898Please respect copyright.PENANAKNSzIkRr9Y
Untung saja, semua masih di dalam angan-anganku. Bahkan keinginan untuk kembali bergaul bebas dengan teman-temanku masih sebatas di grup chat saja. Itu pun masih dalam tahap wajar, hanya sekedar chat biasa tanpa chat sex, phone sex atau pun vcs.
898Please respect copyright.PENANAbyw1wMCyIK
Ya memang aku menggebu-gebu ingin segera bebas dan melepas perasaan gerah yang menyiksaku. Tetapi penampilanku sebagai akhwat bercadar mencegahku. Tidak hanya itu, seperti kata teman-teman priaku yang memberi saran agar aku menunggu sampai aku menikah agar kelakuanku bisa tersamarkan. Berbeda jika aku memilih untuk have sex dengan teman-teman priaku sekarang, yang tentu saja salah satu dari teman priaku akan mengambil keperawananku. Akibatnya akan merusak pernikahanku, tidak hanya itu tetapi juga nama baik keluargaku.
898Please respect copyright.PENANABBmNu5Uwej
Aku tau, meskipun aku mempunyai rencana nakal setelah menikah seperti saat aku belum bercadar juga akan mempertaruhkan nama baik keluargaku. Namun, saat aku menikah nanti tak lagi menjadi tanggungjawab orang tuaku untuk menanggung nama baik tetapi beralih ke suamiku kelak. Dan aku sudah memikirkannya masak-masak perselingkuhanku nanti akan kulakukan secara rapi. Jika secara tak sengaja terbongkar, justru itu lebih baik. Supaya ia merasa sakit melihat istrinya disetubuhi banyak pria di depannya.
898Please respect copyright.PENANAmbgStDtnNs
"Hayo melamun saja!", Kata mamaku mengagetkanku.
898Please respect copyright.PENANAQXYP5WcajW
"Ah Mama, kaget tau!", Kataku dengan cemberut.
898Please respect copyright.PENANAba8X7JnQ59
"Lagi ngelamunin apa sih?", Tanya mamaku sambil duduk di sampingku.
898Please respect copyright.PENANAVEt64wQUCA
"Ah engga, Ma. Gak lagi ngelamunin apa-apa", kataku.
898Please respect copyright.PENANA0tgXOqynz1
"Udah, jangan bo'ong! Mama tau kok. Ngelamunin nikahan kan? Udah gak perlu grogi! Mama dulu juga kayak kamu, waktu Papa kamu mau melamar mama", kata Mama.
898Please respect copyright.PENANAzSSi3octR4
"Hehe, iya, Ma", kataku pura-pura sepaham dengan ucapan mamaku.
898Please respect copyright.PENANARft8dxwTrz
Kusandarkan kepalaku di bahu Mama, Mama pun membelai wajahku lembut. "Mama tau, apa yang kamu pikirin", kata mamaku.
898Please respect copyright.PENANAc5b21qwDub
Kuangkat kepalaku dari bahunya, kupandang mata Mama dengan pandangan penuh tanya.
898Please respect copyright.PENANAYHhZsTS1xr
"Kamu nggak perlu minder, lagian kamu setara kok sama calon suami kamu ntar!", kata mamaku.
898Please respect copyright.PENANAiXxhMPpiaG
Kuhembuskan nafas panjang, yang pada akhirnya perkataan mamaku membuatku semakin down saja. Meski mamaku berusaha menghiburku, aku tak terima dengan kenyataan yang akan kuhadapi. Jelas aku dan calon suamiku nanti tak akan setara, apalagi ia adalah lulusan Al Azhar dan anak kyai pula. Kenyataan itu semakin menguatkan hatiku jika aku akan dipandang rendah olehnya.
898Please respect copyright.PENANAGELy9fc2XE
Aku paham, dunia pesantren itu seperti apa. Jangankan seorang istri pada suaminya. Seorang santri pada kyai dan nyainya saja harus bersikap layaknya seorang abdi pada tuannya. Membayangkannya saja, aku bergidik.
898Please respect copyright.PENANAVx9dVNsFPO
Bagaimana bisa aku menikmati hidup dan kebebasanku nanti? Jika aku harus taat pada suamiku. Bukan hanya taat, aku merasa tak rela harus mencari ridho calon suamiku nanti. Karena aku bukan perempuan yang sebatas untuk alat reproduksi saja.
898Please respect copyright.PENANAbiuVd5Fq9x
Memikirkan itu, aku jadi teringat kata seorang kyai kondang di Jawa. Yang menempatkan seorang istri setara dengan ghonimah, yang berupa harta dan perempuan yang dirampas dari seorang kafir. Jika harta yang dirampas dari seorang kafir itu dikembalikan pada seorang kafir, harta itu akan digunakan seorang kafir untuk balik memerangi. Begitu juga dengan seorang istri atau perempuan orang-orang kafir. Jika dikembalikan pada orang-orang kafir, perempuan itu akan dijadikan seperti harta benda dari hasil ghonimah. Lalu dijadikan alat reproduksi untuk melahirkan generasi baru orang-orang kafir.
898Please respect copyright.PENANAzZBlSPRFTa
Membayangkan saja, aku bergidik. Kenapa tidak? Karena seorang istri tak lebih dari sekedar obyek semata untuk melahirkan anak. Aku sangat-sangat tak rela, karena aku bukan obyek yang bebas untuk dijadikan tempat pembuangan cairan semen semata.
898Please respect copyright.PENANA8WNNhMiBfe
Percuma aku menempuh pendidikan tinggi, jika pada akhirnya aku harus menghamba. Yang aku mau, seorang istri dan suami itu setara. Dan seorang istri seharusnya diposisikan sebagai partner, bukan malah diobyektifikasi. Yang lebih parah, sampai istri dianggap tak lebih dari sekedar untuk melahirkan anak saja.
898Please respect copyright.PENANAbsBzLsTbir
Setelah aku pikir-pikir, tak ada sedikit pun dari ceramah kyai itu yang mengatakan bahwa seorang suami harus setia pada istrinya sampai sehidup semati. Padahal menikah itu bukan perkara untuk melahirkan generasi penerus saja. Tanpa dilandasi perasaan cinta, bagaimana mungkin bahtera rumah tangga bisa terus tegak tanpa harus dihancurkan dengan perselingkuhan dan ketidaksetiaan.
898Please respect copyright.PENANAY0qB97wCln
"Udah, jangan ngerasa lebih rendah, Fa! Kamu kan juga berpendidikan tinggi kan?", Kata mamaku berusaha menguatkan hatiku.
898Please respect copyright.PENANAGHIErt9d8J
Mendengar perkataan Mama, aku tersenyum kecut. Karena yang aku pikirkan sekarang bukan sekedar masalah jenjang pendidikan. Namun juga masalah perspektif dalam menjalani rumah tangga.
898Please respect copyright.PENANA0TebyUWpqL
"Iya, Ma. Farisha nggak ngerasa lebih rendah kok. Lagian Farisha nggak mau juga ngerasa lebih rendah", kataku sambil menghembuskan nafas panjang.
898Please respect copyright.PENANA8u99KplaFe
"Bagus, kalo begitu jangan ngerasa down ya! Kalo sampe Mama tau, calon suami kamu nanti bakal memperlakukanmu buruk, Mama nggak bakal tinggal diam. Papamu juga bakal nggak terima, kalo tau anak perempuan semata wayangnya diperlakukan buruk", kata mamaku dengan wajah merah padam.
898Please respect copyright.PENANAtOfA18ybfa
"Mama jangan khawatir! Farisha bakal bisa jaga diri kok", kataku berusaha menenangkan mamaku, dengan memegang punggung tangannya.
898Please respect copyright.PENANAWMNZkX9UN0
Lalu mamaku yang duduk di sampingku memelukku, "Mama sayang banget sama kamu, Fa. Dulu saja, Mama dan Papa nggak sreg saat kamu mutusin make cadar kayak sekarang. Karena pada dasarnya, Mama dan Papa nggak begitu suka", kata mamaku.
898Please respect copyright.PENANA7UjqgHPMlG
"Maaf ya, Ma. Kalo pada akhirnya Mama terpaksa harus ngikutin gaya hidup Farisha", kataku yang tiba-tiba murung.
898Please respect copyright.PENANA5qEmPVhO2n
"Nggak apa-apa, Fa. Kalo bukan karena Papa nggak bilang, kalo kita harus membaur di masyarakat. Mama juga nggak bakal mau, make hijab kayak sekarang", kata mamaku.
898Please respect copyright.PENANAhsJam3Jfvq
"Tapi kenapa... Mama rela aku dinikahi lulusan Al Azhar itu?", Tanyaku yang tiba-tiba murung.
898Please respect copyright.PENANAVck2dkPiwi
"Dia anak dari teman papamu, Fa. Karena perusahaan Papa bisa berdiri karena bantuan dari orang tua Akbar. Orang tua Akbar, bukan cuma kyai tapi juga anggota DPRD. Yang waktu itu, saat papamu akan mendirikan pabrik. Banyak penolakan dari warga dan orang tua Akbarlah yang membantu papamu", kata mamaku sambil menghembuskan nafas panjang.
898Please respect copyright.PENANA9PMhW91xrA
"Jadi demi balas budi? Kenapa Papa sama Mama tega sih, lakuin ini sama Farisha? Hiks hiks. Papa sama Mama sama aja kayak ngejual Farisha buat bayar utang budi", kataku sesengukkan.
898Please respect copyright.PENANApnsFfx50jx
"Bu.. bukan begitu, Sayang!", Mama menghambur memelukku erat.
898Please respect copyright.PENANAeqP50PeItW
"Mama tega sama Farisha!", Kataku sesengukkan dalam dekapan mamaku.
898Please respect copyright.PENANASPgc1VjTFy
"Maafin Mama, nggak bisa berbuat apa-apa, Fa! Hiks hiks", Kata mamaku yang menangis sesenggukan.
898Please respect copyright.PENANAyw9eWnSL3V
Di dalam hatiku semakin timbul perasaan benci pada calon suamiku yang bernama Akbar. Ada dendam yang ingin aku tuntaskan, untuk menyakiti hatinya lebih dalam. Dan aku akan membuat hidupnya menderita.
898Please respect copyright.PENANAAHKbAqtJGU
"Udah, udah! Nggak apa-apa, Ma. Lagian udah terlanjur juga", kataku ketus pada mamaku.
898Please respect copyright.PENANAvGVJ6RadrV
"Kamu marah sama Mama, Fa?", Tanya mamaku.
898Please respect copyright.PENANAzXD6zjkM4n
"Enggak! Farisha nggak marah kok, Ma!", kataku masih ketus pada mamaku.
898Please respect copyright.PENANAbBdlk3SkTs
"Andai aja, Mama bisa batalin. Bakal Mama batalin, Fa. Tapi Mama nggak bisa, maafin Mama, Fa!", Kata mamaku menangis sesenggukan sambil memeluk tubuhku.
898Please respect copyright.PENANAHAt30KvJQK
Kupegang punggung tangan mamaku, kuusap-usap sambil kutepuk-tepuk perlahan.
898Please respect copyright.PENANAVn1chpMxZT
"Maaf, Ma. Kalo Farisha kasar sama Mama. Farisha nggak ada maksud nyakitin hati Mama", kataku menyesali kata-kataku yang ketus tadi.
898Please respect copyright.PENANAqP7PwsLeP5
Pelukan mamaku pada tubuhku semakin erat, dengan tangis Mama yang semakin terisak-isak. Sebenarnya aku sama sekali tak ada keinginan untuk menyakiti perasaan mamaku. Namun, aku benar-benar tak bisa menyembunyikan perasaan kecewaku pada kedua orang tuaku. Karena tega menjadikanku alat untuk membalas budi.
898Please respect copyright.PENANAHPMYHmevNc
"Mama pengen menebus kesalahan Mama. Katakan Farisha! Apa yang bisa Mama lakukan?", Tanya mamaku.
898Please respect copyright.PENANASZAwK1Fsvs
Kupandang wajah mamaku, lalu aku dekatkan wajahku ke telinga Mama sambil berbisik. Wajah Mama terlihat kaget, karena yang aku katakan adalah ingin menyiksa Akbar di rumah ini secara seksual.
898Please respect copyright.PENANA0BQf6UuFDN