“Kumohon, beri aku sesuatu yang spesial untuk Natal kali ini. Aku berjanji akan menjadi anak yang baik, Santa...” Ucap seorang gadis berusia dua belas tahun yang bersimpuh pada jendela kayunya yang terbuka. Ia menutup mata dan melipat tangannya, berdoa pada seseorang bernama Santa. Senyuman terukir pada wajah pucatnya yang kedinginan karena hembusan angin malam.
Gadis itu membuka sebelah matanya dan menoleh singkat ke arah tempat tidur. Sebuah novel dewasa romantis terjemahan yang sudah selesai dibaca berkali-kali berada atasnya. Novel tentang perjalanan cinta di tengah laut oleh seorang bajak laut dengan seorang gadis yang menyamar menjadi pria. Hasrat dan gairah menggebu yang terjadi pada kedua pihak di dalam novel itu selalu mampu membuatnya merona. Sebenarnya, ia tahu dirinya masih di bawah umur dan tidak pantas membaca novel yang seperti itu. Tapi hati kecilnya tergelitik untuk membeli novel itu saat masih terpajang di teras toko ujung gang tahun lalu.
Lagipula tidak ada yang tahu ia membelinya karena ia memakai uangnya sendiri. Gadis kecil itu kembali menutup sebelah matanya yang terbuka. “Tapi Santa, jika boleh... Aku lebih memilih tidak mendapat hadiah tahun ini...” Senyuman gadis itu melebar dengan pipi yang menghangat ia melanjutkan,”Karena aku sangat ingin menikahi seorang bajak laut tampan saat aku dewasa nanti! Maksudku jika tahun ini aku tidak mendapat hadiah, Santa akan berhutang padaku dan kata Papa, hutang harus dibayar bagaimanapun juga caranya.” Setelah selesai mengatakan ultimatumnya pada Santa, gadis kecil itu membuka matanya dan menatap bintang. “Beri aku suami bajak laut yang tampan saat dewasa nanti ya, Santa. Janji ya!” Ujarnya sembari mengarahkan kelingking kecilnya ke langit penuh bintang.
Dan mungkin saat itu juga, Santa atau Siapapun di atas mendengar karena salju pertama langsung turun dari singgasanan ya. Gadis itu tersenyum lembut menatap− butiran putih yang akan meleleh begitu tersentuh itu− melalui jendela kamarnya. Dalam hatinya, ia bersorak.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya yang terbuka. Seorang wanita dewasa berusia kurang lebih delapan belas tahun mengejek gadis itu dengan tatapannya. “Lain kali pastikan pintu kamarmu tertutup saat akan berdoa meminta sesuatu yang memalukan, Nona Lillian Gree.” Katanya. Gadis bernama Lillian itu tersenyum masam.
“Apa yang salah dengan suami bajak laut tampan, Kak?” Tanya Lillian kesal. “Semuanya.” Jawab si wanita dewasa dengan kedua tangan terlipat dan bersandar pada daun pintu. “Memangnya masih ada bajak laut di abad dua puluh satu, huh? Kamu terlalu banyak baca novel sejarah.” Lanjutnya.
“Ini bukan sekedar novel, Nyonya Greta si-perawan-tua-tanpa-pacar!” Teriak Lillian pada Kakaknya, Greta Gree. Greta menatap adiknya marah,”Umurku masih delapan belas tahun dan itu bukan perawan tua! Kamu tuh yang tua sebelum waktunya!” Greta mendengus kasar dan kembali mengejek Lillian,”Iya bukan sekedar novel tapi novel dewasa romantis terjemahan yang ada adegan erotisnya setidaknya satu buku dua kali!” Perkataan Greta membuat Lillian menelan ludahnya susah payah. Kemudian ia memandang Kakaknya datar. “Adegannya lima kali, Kak.”
“Apa?” Nada Greta kembali normal.
“Adengan erotisnya ada lima kali, dua di kota yang berbeda dan tiga di kapal.” Jelas Lillian.
Dan pertengkaran kakak beradik itu berakhir dengan keduanya merona membayangkan hal-hal panas.
Begitulah Lillian, gadis kecil dengan impiannya−menikah dengan bajak laut tampan− yang mungkin akan bertahan sampai−entahlah−ia dewasa? Tapi bagaimanapun juga, seseorang pernah mengatakan “doa permohonan yang tulus dari seorang anak, bisa saja terwujud” lagipula sesuai perkataannya “Santa berhutang padanya dan hutang harus dibayar bagaimanapun caranya”.
596Please respect copyright.PENANA6rcKLzLwWc