221Please respect copyright.PENANA5W6t1MFb8f
Tahun 793 Periode Nara (Nara-Jidai)
Napasnya memburu, langkah kakinya cepat mengejar waktu. Dengan pakaian perang lengkap serta ikat kepala merah di dahinya yang melekat erat, Bara berjalan cepat di serambi istana dan menyerobot masuk pintu kediaman Yae-hime bersama seorang pemuda berjubah biksu bernama Kennyo yang mengikutinya di belakang. Namun dua orang pengawal wanita yang berjaga disana dengan sigap menyilangkan naginata ke hadapan Bara.
"Kami tidak bisa membiarkan anda masuk," cegah seorang pengawal wanita berkimono biru.
"Bagaimana bisa kalian melarang Bara-sama masuk ke dalam kediaman istrinya sendiri!" Sergah Kennyo tegas.
"Kennyo-sama?" ucap dua pengawal wanita itu bersamaan, merasa heran, mengapa Kennyo bisa berada di pihak Bara yang sosoknya kini tengah di curigai. Bahkan Kennyo sendiri.
"Yakinkan kami kalau Bara-sama yang kami lihat bukanlah siluman yang menyerupai," ujar prajurit wanita berbaju biru itu waswas.
"Kalian...," raung Kennyo gemas. Namun Bara menahannya.
Dengan rasa percaya diri, Bara menghunuskan pedang istimewanya ke hadapan para pengawal wanita itu. "Tidak ada satupun yang berhak memalsukan keberadaan Kusanagi."
Mata Bara berubah merah menyala sembari menatap tajam pedangnya yang mengeluarkan percikkan listrik yang amat kuat. Aura dingin berembus mengibarkan surai kelam dari rambut Bara. Pedang berwarna hitam dengan dua mata itu menjadi bukti kekuatan mutlak dari seorang panglima titisan dewa langit.
Dua pengawal wanita itu kembali bersitatap-yakin, lalu kembali menoleh pada Bara. "Sebaiknya tuan ikuti kami!"
Mereka bergegas, berlari tergesa-gesa di serambi istana kediaman Yae-sama. Selagi mereka memburu waktu, kedua pengawal wanita itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Maafkan kami. Kami mengira anda adalah salah satu dari tipu muslihat siluman rubah. Karena sebelumnya kami sudah melihat anda masuk. Sebab itulah kami melarang anda melewati garis penjagaan. Maafkan kami telah lalai menjaga hime."
Bara tidak merespon apapun dan malah membiarkan Kennyo mengambil alih percakapan. Pikiran Bara terus tertuju pada Yae-hime yang entah bagaimana nasibnya setelah siluman menyusup masuk. Dia sendiri bingung, bagaimana bisa siluman masuk dengan mudah setelah Yae-hime memasang kekkai yang begitu kuat di sekeliling kediamannya?
Tinggal sepuluh langkah lagi Bara menuju kamar Yae-hime. Namun tiba-tiba saja pintu Shoji kamar Yae-hime patah dan terdorong masuk kedalam kamar seakan terisap sesuatu yang berasal darisana.
Bara mempercepat langkahnya menghampiri kediaman istrinya dengan penuh rasa waswas. Naas, belum sempat Bara mengulurkan tangannya, Yae-hime sudah tak bisa lagi menahan genggamannya pada sisa retakan daun pintu. Gadis berpakaian kimono dinasti Tang itu terhisap kedalam arus lubang hitam yang sangat kuat sambil menatap Bara penuh rasa kecewa. Bara mengulurkan tangannya frustrasi hendak menggapai Yae-hime sayangnya kekkai telah menguasai lubang hitam, menghalangi Bara mencapai Yae-hime sampai lubang itu mengecil dengan sendirinya.
Bara berlutut lemas sambil menatap tangannya kecewa dan marah.221Please respect copyright.PENANALv1iotcQsw
"Yae...," panggilnya pada sang istri.
"Bara-sama...," Kennyo memanggil lirih turut bersedih. Dia menatap Bara penuh haru bersama dua orang pengawal wanita yang merasa amat bersalah.
"Aku ingin Yae kembali. Bagaimanapun caranya," ujar Bara optimis.
"Lubang magis itu telah membawanya. Aku tidak memiliki kemampuan seperti itu untuk membukanya lagi," kata Kennyou, "Hanya satu orang yang bisa anda mintai bantuan...,"
Bara memutar kepala, menoleh pada Kennyo yang menatapnya serius.
"yaitu Asahara-naishinnou," lanjut Kennyo. "Bagaimanapun, anda butuh perantara. Dan hanya Asahara-naishinnou saja yang memiliki kemampuan itu."
***
Dengan menunggang kuda, Bara dan Kennyo kembali mengejar waktu pergi ke medan perang wilayah Utara dimana Asahara sedang bertarung melawan pasukan Ebisu yang di rasuki siluman bersama sedadu ikko-ikki, Ashigaru dan Samurai.
Suara ledakkan terdengar dari kejauhan, lalu terlihat kepulan asap yang menjulang tinggi ke langit utara.
"Hya!!"
Bara memacu cepat kudanya bagai kilat. Melaju menembus udara tak kasat mata. Surai hitam serta ikat kepala merahnya berkibar mengikuti arus angin yang bergerak cepat.
"Asahara," sebut Bara dalam benaknya.
***
"Aku tidak akan mem-biarkanmu ma-ti. A-ku ingin kau hidup ber-samaku. Kau tidak bo-leh mati." Asahara menyeret tubuhnya yang sebagian besar terluka. Terutama di bagian perutnya hingga menembus kebelakang. Rupa Asahara yang berwujud rubah juga tak luput dari luka gores.
Darah mengalir deras di perutnya namun dia masih bisa bertahan hidup bahkan menyeret dirinya sendiri untuk menggapai tubuh seorang pria yang tergeletak di hadapannya, entah sudah mati atau masih hidup.
Kekuatan kutukan Kitsune rupanya bisa membuat Asahara hidup lebih lama namun ... menyakitkan.
Tak lama kemudian Bara dan Kennyo datang. Menatap miris suasana medan perang yang berubah hitam dan berasap-asap. Ribuan nyawa melayang tergeletak di hamparan padang rumput yang tak ubahnya bagai arang pemanggang daging. Masih adakah yang bisa mereka selamatkan?
"Semuanya ... mati?" tanya Kennyo. "Lalu dimana Putri Asahara?" Kennyo celangak-celunguk mencari keberadaa Asahara.
Bara menyentuh tubuh kaku seorang serdadu ikko-ikki. Dia mengendus aroma terbakar dari jasad yang telah hangus. "Dia mati bukan karena ledakan. Aku mencium aroma miasma dari tubuhnya. Tidak hanya itu saja, semua jasad disini mati dengan posisi yang sama."
Kennyo memperhatikan jasad-jasad itu. Mereka kaku dengan posisi kedua tangan di leher seperti hendak mencekik diri. Sambil menyimak ucapan Bara, Kennyo kembali menyapu pandang, mencari orang di sekitar yang bisa dia selamatkan. Benar saja, penglihatan Kennyo yang tajam langsung menemukan pergerakan serta mendengar teriakkan parau dari seseorang yang masih hidup dalam jarak yang tak jauh dari posisinya saat ini. Bergegas dia lari mengampiri, lalu memangku kepala orang itu begitu sampai.
"Kau... Rennyo!"
"Kak...," lirih pemuda berjubah biksu itu berucap.
Kennyo mengamati tubuh Rennyo. Berbeda dengan mayat lainnya di sekeliling. Rennyo terlihat bersih tanpa ada bekas luka terbakar.
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Kennyo memburu pertanyaan pada Rennyo.
"Seseorang te-telah membuat kekkai miasma. Berkat putri asahara, kekkai miasma dapat di hindari. Akan tetapi akibat dari tekanan kekkai suci dan kekkai miasma semuanya jadi meledak," ungkap Rennyo dengan segala kekuatannya yang masih tersisa.
"Bertahanlah, aku akan membawamu pulang," ucapnya sembari beranjak dari tempatnya, namun rennyo menahan tangan kennyo.
Keinginan Rennyo hanya satu. Mati diatas pangkuan kakaknya, saurdaranya yang tersisa. Rennyo tersenyum di sisa napasnya. Senyum terakhir Rennyo untuk Kennyo.
"Rennyo, Rennyo... Maafkan kakak. " ucap kennyo berulang-ulang sambil memeluk kepala adiknya.
Disisi lain jauh beberapa meter dari wilayah dampak ledakkan. Bara berdiri sambil menatap pedih Asahara. Gadis itu terus berupaya menggapai pria yang di cintainya. Meski kesadaran Asahara mulai memudar, meski dia merasakan kesakitan di luka-lukanya. Asahara hanya ingin menyentuh pria itu sekali saja di akhir hidupnya.
"Hentikan Asahara," Bara berucap lirih. "Kalau kau terus bergerak kau akan mati."
Asahara terus menyeret tubuhnya. Mengulur tangannya. Mencapai pria itu yang terluka tak kalah parah. "Aku ingin menyentuhnya...," Asahara terisak di tengah rasa sakitnya.
Bara membiarkan gadis keras kepala itu menggapai prianya sambil berlalu memutar mata kesekeliling medan perang. Sejauh mata memandang Bara hanya melihat warna hitam. Asap hitam dari api yang meredam, tanah hitam yang tak lagi di tumbuhi hamparan padang rumput, serta mayat-mayat yang hangus nyaris tak di kenal. Hampir mustahil menemukan manusia yang masih hidup. Mereka gosong hingga tercium bau daging terbakar. "Tempat ini sudah seperti arang pemanggang daging," ujar Bara dalam benaknya. Hanya di sekeliling Asahara yang tak terkena dambak kebakaran parah, rumput masih terlihat tumbuh segar, meski terdapat bekas darah segar berceceran. Gadis itu ternyata bisa membuat kekkai kuat. Sayangnya dia tidak bisa menyelamatakan setengah dari prajurit-prajurit itu. Mereka sudah terlanjur mati sebelum Asahara membuat kekkai.
Ratusan, bahkan ribuan nyawa melayang. Semua berasal dari para Ashigaru kekaisaran Heijou, Saburai, Ikko-Ikki dan Sohei dari kuil Kasuga. Entah bagaimana sedihnya keluarga mereka. Si anak kehilangan ayah, istri kehilangan suami, ibu kehilangan anak laki-lakinya dan semuanya kehilangan apa yang mereka cintai di tanah ini. Bara menitikkan air mata dalam diam. Dia bahkan kehilangan istrinya. Seseorang telah membuatnya terkecoh sehingga dia bimbang untuk memilih antara berperang bersama Asahara melawan pasukan Ebisu atau melindungi istrinya dari sandera iblis. Nyatanya dia tidak bisa melakukan keduanya dalam situasi berbahaya.
Beberapa menit kemudian seorang Saburai dari resimen wilayah timur datang memberi informasi. Bendera mon tanda kekaisaran berkibar dari kayu yang terikat di punggungnya, prajurit perang itu memacu cepat dengan kuda yang gagah, lalu memelan dan berhenti patuh begitu berhadapan dengan Bara. Dia turun dan berlutut. "Kabar gembira dari wilayah timur. Putra mahkota Heisei berhasil menaklukan tentara Ebisu."
"Aku mengerti," balas Bara. "Permintaan dariku pada Tennou-Heika, segera kirim pasukan untuk evakuasi di wilayah Barat. Selamatkan mereka yang bisa di selamatkan."
Bara kembali memandangi sekelilingnya sembari berkata dalam benaknya, "Bagaimana semua ini bisa terjadi?"
***
Di suatu malam, Bara datang berkunjung ke kediaman Asahara. Seperti biasa, kamar itu di jaga ketat. Kedua pengawal wanita yang sebelumnya berjaga di kamar Putri Yae mempersilahkan Bara masuk. Mereka berdua saling mengangguk begitu melihat pedang Kusanagi terikat di obi Bara.
Shoji di buka. Terlihat Asahara terbaring lelap di futon-nya. Meski napas Asahara terdengar beraturan, tak bisa di pungkiri, wajah piasnya yang berwujud Kitsune itu menandakan dia telah melewati jam-jam menyakitkan. Lukanya dan kutukan itu membuat Asahara sulit mati.
"Asahara," panggil Bara lirih. "Kau tahu, aku memang memiliki darah seorang dewa dan di lahirkan dari keturunan Amaterasu leluhur dari Ame no Oshihomimi no mikoto. Memiliki kekuatan petir dari pedang Kusanagi pemberian Susanoo. Aku punya segalanya. Namun diantara semua itu, ada satu hal yang tidak aku punya...,"
Bara terdiam. Dia menatap sayu wajah pias Asahara yang di terangi lampu minyak.
"yaitu kehendak."
Bara tersenyum miring menertawakan dirinya sendiri.
Tak lama setelah puas Bara berbicara. Dia menghela napas sambil bangkit hendak meninggalkan kamar Asahara. Namun sebelum Bara sempat membuka shoji, Asahara memutar tubuhnya dan menarik pergelangan kaki Bara. Memaksa lelaki itu berhenti.
"Selamatkan Yae-hime. Bawa dia kembali hidup-hidup!" raung gadis itu yang nyaris tersedak karena darah dari mulutnya.
Bersambung
Saya masih belajar. Mohon bantuannya. 221Please respect copyright.PENANAThMLR549dO
Kalau ada kata yang tidak efektif atau apapun itu kecuali alur cerita, tolong informme...
Istilah221Please respect copyright.PENANAPVT6CzDl6L
*Naginata : adalah salah satu dari beberapa senjata di Jepang. Naginata awalnya digunakan oleh para samurai kelas feodal Jepang, serta prajurit ashigaru dan Sohei.
* Sama : adalah versi lebih hormat dari san. Gelar ini digunakan untuk menyebut orang dengan tingkat yang lebih tinggi dari dirinya, pada pelanggan, atau pada orang yang dikaguminya.
*Kusanagi : Kusanagi no Tsurugi/Ame no murakumo no Tsurugi. Adalah senjata lambang otoritas Ashihara no nakatsukuni. Pedang milik susanoo yang di dapatkannya dari bertarung melawan Yamata no orochi.
*Kekkai : (Barrier/pembatas) sebuah kata yang berasal dari agama Buddha, umumnya digunakan dalam fiksi modern untuk merujuk pada bidang kekuatan spiritual atau sihir yang bersifat melindungi .
*Ebisu : merupakan kelompok etnis orang yang tinggal di Honshu timur laut di wilayah Tōhoku yang disebut sebagai michi no oku dalam sumber-sumber kontemporer. Di mana mereka disebut sebagai "orang-orang berbulu" dari catatan Cina. Beberapa suku Emishi menentang pemerintahan Kaisar Jepang selama akhir Nara dan periode Heian awal (abad ke 7-10).
*ikko-ikki : Prajurit Ikko-Ikki merupakan kelompok religius yang cukup ditakuti. Prajurit ini muncul pada abad ke-15, mereka merupakan penganut aliran Buddha Jodo-Shinshu, aliran yang percaya pada keselamatan untuk seluruh umat manusia.
*Ashigaru : Tentara pejalan kaki. Biasanya berasal dari orang sipil biasa.
*Saburai : penyebutan kata Samurai pada periode sebelum Azushi momoyama. Yang kemudian berubah nama menjadi Samurai atau pengawal, pengikut/pesuruh.
*Sohei : Sohei adalah kaum biksu prajurit.
*Kitsune : Rubah ekor sembilan.
*Miasma : racun
*Kuil Kasuga/Kasuga Taisha : Kuil Shinto yang awalnya didirikan tahun 764 di kota Heijou atau prefecture Nara saat ini.
*mon : Mon atau monshō (lambang), atau mondokoro, dan kamon adalah simbol heraldik Jepang. Mon dapat merujuk pada setiap simbol, sementara kamon dan mondokoro merujuk pada simbol keluarga.
*Koutaishi : Putra mahkota
* Koutaishi Ate : Adalah nama dari Kaisar Heizei di Periode Heian (806-809)
* Putri Asahara/Asahara naishinno no hime : adalah putri kaisar Kammu dari sakahito fujiwara.
*Obi : Ikat pinggang kimono
*Futon : Ranjang Jepang
*Shoji : Panel dari rangka kayu berlapis kertas transparan/pintu geser jepang yang di lapisi kertas washi.
*Ame no Oshihomimi no mikoto : (masih mencari) dia ayah ninigi.
*Amaterasu : Dewi matahari
*Naishinno : adalah gelar panggilan untuk putri dari anggota kerajaan jepang.
*Tennou-Heika : Baginda kaisar.
ns 15.158.61.6da2