MANG OJEK
680Please respect copyright.PENANA4RF6bLmqXd
Sebuah motor ojek melaju sangat kencang, Bambang melihat jam yang melilit tangannya.
"Duhh sudah jam setengah satu rupanya, harus cepat pulang ini"gumamnya.
Lalu matanya tertuju pada seorang wanita yang berdiri sendirian di pinggir jalan, ia tampak sedang mencari ojek.
"Itu setan bukan ya?" gumamnya.
Lalu ia menoleh lagi dan wanita itu masih berdiri si sana, ia pun kembali menghampirinya.
"Mbak nyari ojek ya?" tanya pria berusia 40 an itu.
"Iya Mas," sahut wanita berambut panjang itu.
"Mbaknya mau ke mana? kok bawa tas gede gini?" Bambang bertanya lagi.
Wanita itu mengeluarkan kertas dan memberikan padanya.
"Ke alamat ini mas"sahutnya wanita itu lagi.
Bambang melihat kertas itu, tampak ia tau alamat itu.
"Mari Mbak saya antar, ini cukup jauh dari sini, dan jam segini sudah jarang ada kendaraan," sahut pria beranak satu itu.
Wanita itu pun mengangguk, dan langsung naik ke montornya. Saat ia naik, bau wangi pun seraya mampir ke hidung Bambang, seperti aroma berbagai bunga.
"Parfum Mbak wangi juga ya, bau bunga," celetuk pria itu.
"Ayo Mas jalan," pinta wanita itu tanpa menjawab perkataannya.
Di tengah perjalanan Bambang bertanya pada wanita itu karena malam semakin larut ia tak ingin suasana makin menyeramkan.
"Mbaknya datang dari mana ya?" tanya pria itu seraya menyetir motor kesayangannya.
"Dari desa Mas," sahut wanita itu lirih.
"La ke sini nyari siapa?"
"Nyari saudara saya, yang di alamat itu Mas," ucap wanita itu.
"Oh gitu, ini sudah mau sampai kok Mbak," ujarnya.
"Iya, makasih Mas," sahut wanita itu.
Dari kejauhan Bambang melihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di depan gerbang, wajahnya tampak cemas seperti menunggu seseorang.
"Mbak kita sudah sampai, itu sepertinya saudara Mbak sudah menunggu, mungkin tau kalau Mbak mau datang ya," ujar Bambang bersemangat.
Tapi tak ada sahutan seperti sebelumnya.
Bambang pun menoleh dan terkejut karena wanita yg dibonceng sudah tidak di sana,
ketika ia kembali berbalik di depanya ada jalan gundukan, ia langsung berbelok dan menabrak trotoar di pinggir jalan. Pria itu terpental dan tak sadarkan diri.
Ratna yang melihat itu langsung memanggil suaminya keluar.
"Pak! keluar sebentar, itu ada orang jatuh di pinggir jalan Pak," ujar Ratna memanggil suaminya.
"Mana Buk?" sahut Burhan suaminya seraya berjalan keluar.
Mereka berdua membawa Bambang masuk ke rumah mereka.
Ratna melihat kertas yang ada di tangan Bambang dan membacanya.
"Loh Pak, ini kan alamat rumah kita," ujar wanita berkerudung itu.
"Iya benar Buk, kita tunggu Mas ini bangun dulu, baru kita tanya ya," sahut suaminya.
Tak lama kemudian Bambang pun bangun, ia kaget karena sudah berada di rumah orang.
"Di mana ini?" tanyanya heran dan melihat ke sana ke mari.
"Tadi istri saya liat Mas jatuh di luar, jadi saya bawa Mas ke rumah saya," ujar Burhan yang duduk di depannya.
"Oh terimakasih ya Mbak, Mas," ucap Bambang pada mereka.
"Mas dapat darimana alamat ini? ini alamat rumah saya lo Mas?" tanya Ratna padanya.
Bambang baru ingat dan tubuhnya mulai gemetar.
"Loh Mas, kenapa?" tanya Ratna lagi.
Bambang menceritakan semuanya, bahwa ia bertemu seorang wanita dan memberikan tumpangan padanya.
Ratna sangat terkejut. Pagi tadi adiknya memang berpamitan akan datang kemari, tapi kar6na tak kunjung datang ia pun cemas dan menunggu di depan pagar rumahnya.
"Mas bisa antar saya ke tempat pertama kali bertemu adik saya?" pinta wanita berkerudung itu.
"Oh iya bisa, Mbak, mari," ajak Bambang dan menggiring mereka berdua.
Bambang pun mengantarkan keluarga itu ke tempat pertama kali ia bertemu wanita itu.
Hari sudah mulai fajar mereka masih mencari-cari sesuatu di sana, berharap menemukan sesuatu.
Sampai matahari mulai terbit dan sinarnya menerangi pepohonan di sana. Burhan berteriak-teriak.
"Buk, Ibuk! cepat ke sini Buk, Bapak lihat sesuatu!" teriaknya seraya mengatur nafasnya yang kelelahan.
mereka berdua langsung berlari ke arah Burhan.
"Astafirulloh Pak, apa itu?" ujar Ratna seraya tak percaya.
Mereka menemukan sesosok mayat yang berlumuran darah, tubuhnya basah kuyup dan bajunya sebagian robek.
tapi di hati Ratna ia tahu itu adalah adiknya. Baju itu, baju yang sering ia pakai kalau pergi ke luar rumah, Ratna lah yang membelikanya. Ia menangis dan memeluk suaminya.
Bambang ikut tak percaya bahwa wanita itu adalah wanita yang ia temui semalam.
Tak berapa lama polisi dan pihak Ambulance datang untuk memeriksa.
Menurut hasil penelitian, wanita itu bernama Ratih ia sudah mati sehari sebelumnya. Motif pembunuhananya ia diperkosa dahulu baru dicekik, dan mayatnya di buang ke tempat itu.
Ratna dan keluarganya sangat terpukul dengan kejadian itu, tapi mereka juga berterima kasih pada Bambang karena tanpa dia, entah sampai kapan Ratih akan di temukan.
Bambang sampai di rumahnya dengan pikiran yg kosong. Istrinya langsung memukulinya.
"Nggak usah pulang sekalian kamu Mas," ujar wanita itu dengan marah seraya melayangkan gayung ke badan suaminya.
"Bentar to Buk! Bapak ceritain sini," sahut pria itu menarik tangan istrinya.
Bambang bercerita kepada istrinya apa yang terjadi tadi, istrinya pun ikut kaget.
"Astafirulloh Mas, sana cepat mandi terus sholat, dan mulai besok jangan ngojek sampai malam ya," pinta istrinya padanya.
"Iya-iya Buk," sahut Bambang.
Sejak saat itu Bambang tak pernah pulang larut malam, setiap jam 9 malam ia harus sudah pulang kerumahnya.
Tapi peristiwa itu sempat membekas diingatanya, kadang jika ia melewati kawasan itu. Bulu kuduknya masih berdiri, merasa bahwa tempat itu menyimpan hal yang mistis.
Tamat
ns 15.158.61.54da2