1001 KISAH ASRAMA - Bagian 1: Asrama Syahamah, Awal Kisah

Jika kau akrab dengan salah satu perguruan tinggi islam terkenal di kota ini, maka kau akan mudah menyusuri jalan menuju Asrama Syahamah. Asrama itu tidak megah meski lumayan besar. Banyak mahasiswi yang kuliah di perguruan islam tersebut memilih tinggal di asrama itu. Selain lokasinya dekat kampus, hanya terpisah satu jalan besar dan kemudian masuk ke gang dengan papan penunjuk bertuliskan Asrama Syahamah, biaya untuk tinggal di sana juga sangat murah, jika dibandingkan dengan biaya kos wanita setahun di area dekat kampus.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHZs4xzCQei
Wanita. Ya, Asrama Syahamah adalah asrama khusus untuk wanita. Pimpinan tertingginya sekarang, Ustazah Aminah, adalah kader aktif salah satu partai yang terkenal sebagai partai ukhti di kota ini. Tak heran jika salah satu peraturan yang berlaku jika kau ingin masuk ke asrama ini adalah kau harus mengenakan kerudung lebar. Ustazah Aminah berusia 45 tahun. Wajahnya lembut dengan kacamata berbingkai hitam kemerah-merahan. Tubuhnya lumayan tinggi, dan tak gemuk. satu hal yang tak bisa diabaikan oleh siapapun saat melihatnya adalah buah dadanya yang berukuran bulat besar. Bahkan besarnya buah dadanya itu tak bisa ditutupi oleh baju gamis kombor yang dia pakai dikombinasikan dengan kerudung lebar sampai sepinggang.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLvpfxLRJs0
Asrama syahamah dibangun dua lantai. Asrama ini memiliki kapasitas total dua puluh kamar dengan kamar mandi dalam. Ada separuh bagian atap yang dibiarkan terbuka untuk tempat jemuran. Di pinggir area yang menyerupai balkon itu dibangun dinding setinggi pinggang, semacam pagar untuk mencegah terjadinya hal yang tak diinginkan. Kamar di asrama sendiri diposisikan melingkar. Ada ruangan aula yang difungsikan sekaligus untuk kajian agama. Kemudian ada pula dapur untuk mereka yang ingin memasak.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwhn6LpTgR6
Di sisi sebelah kanan lantai 2 ada satu ruangan yang berukuran lebih besar daripada yang lainnya. Ruangan itu adalah ruangan kantor asrama. Di sebelahnya satu ruangan kecil yang kelihatan kontras merupakan ruangan yang sering digunakan untuk tempat mengobrol jika ada penghuni asrama yang melakukan pelanggaran. Sebelahnya lagi adalah satu kamar yang juga berukuran lebih besar daripada berbagai kamar yang lain di sana. Kamar itu adalah kamar Ustazah Aminah.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaH1Ja5lxJF
Malam itu, di ruangan kecil sebelah kamar Ustazah Aminah, sang ustazah sedang duduk di belakang meja. Wajahnya tampak serius. Di meja satu kotak kardus kecil tergeletak, di dalamnya ada beberapa barang, termasuk satu bekas bungkusan paket. Selintas saja sudah bisa dilihat bahwa barang-barang yang ada di dalamnya tadinya adalah isi dari paketan tersebut.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLRle9I5c0J
Tak lama seseorang terdengar mengetuk pintu dari luar. “Assalamualaikum.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyWXEqKfywm
“Waalaikumsalam. Masuk.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvJHccKB2eN
Seraut wajah cantik menyembul seiring terbukanya pintu. Ustazah Evi Apriliani, biasanya dipanggil ukhti Lia. Dia sudah tinggal di asrama ini selama dua tahun, dulu kuliah di jurusan tarbiyah kampus islam yang dekat dengan asrama Syahamah. Usianya saat ini 24 tahun.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3gYJRgEpdq
Raut wajahnya sebenarnya tidak terlalu cantik, akan tetapi siapapun akan terpesona pada bibirnya yang sangat mengundang birahi. Jenis bibir yang membuat setiap lelaki akan membayangkan betapa nikmatnya saat kontol mereka disepong oleh sang ustazah. Tubuhnya mungil, pinggangnya ramping. Sekilas buah dadanya nampak kecil, akan tetapi sebenarnya bagian menonjol yang disembunyikan di balik kerudung lebar yang dia pakai itu berukuran lumayan dan nampak sekal terawat.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYnI1S5vivQ
“Duduk, ukhti,” demikian Ustazah Aminah mempersilahkan ukhti Lia.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1T5ikykrs4
Ukhti Lia lantas duduk di depan Ustazah Aminah, wajahnya nampak kebingungan, tapi dia tak mengatakan apapun.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW4Pa4oeGXi
“Ukhti sudah tahu kenapa ukhti dipanggil ke sini?”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtLmO8RNCWv
“Belum umi,” Ukhti Lia menjawab, menatap kardus di meja, kemudian kembali menundukkan kepala.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡazpQAMGSTe
Terdengar Ustazah Aminah menarik nafas dalam-dalam.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT1thv3tWsu
“Begini, ukhti. Tadi siang ada paketan sampai ke asrama. Kebetulan umi yang menerimanya. Kebetulan juga bungkusnya sedikit sobek.” Ustazah Aminah berhenti sejenak. Matanya masih menatap Ukhti Lia yang menunduk. “Alamatnya untuk ukhti. Nah, yang membuat umi penasaran itu bungkus yang nampak sedikit dari sobekan itu. Umi kemudian membukanya, demi kebaikan. Ternyata isinya barang-barang setan!” Suara Ustazah Aminah terdengar meninggi.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo1PGPBbFsT
Ukhti Lia mengangkat kepalanya. Wajahnya masih nampak bingung. “Afwan, Umi, ukhti tidak memesan barang apapun. Apa pula isi dari paketan itu, umi?”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3c5pF9GWuk
Brakkk. Ustazah Aminah mengeluarkan barang dari dalam kardus dan meletakkannya dengan keras di meja hadapan ukhti Lia.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvh2B7HUcu8
Mata ukhti Lia terbeliak menatap Dildo di hadapannya.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡltV7tSNATm
“Ukhti tau barang apa ini?!”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsulT0ZzGNS
“Iya, umi.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn8bQIt0qZr
Ustazah Aminah menggeleng-gelengkan kepalanya. “Dari mana ukhti tahu?”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWgC61Zdi1S
“Tidak sengaja umi, di internet.” Dia kembali menundukkan kepalanya. “Tapi ukhti tidak memesan barang apapun umi, apalagi barang seperti ini.” Nada suaranya terdengar semakin pelan seperti akan menangis.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNBNLJipr2t
“Ukhti kan tahu, barang seperti ini itu barang haram! Ini barang ciptaan syetan. Kok bisa-bisanya barang seperti ini masuk ke asrama Syahamah!”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdLf2MZHYda
“Ukhti tidak memesannya umi. Ukhti tidak tahu apapun tentang ini.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtKAD0xU5f9
“Kalau begitu bagaimana bisa namamu dan alamat asrama ini tertera di bungkusnya?” Ustazah Aminah menyodorkan bungkus paketan dari kardus. Jelas tertera nama Evi Apriliani dan alamat asrama Syahamah di sana.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWk8TmMRD48
“Tidak tahu, umi, ukhti tidak tahu.” Ukhti Lia sesenggukan menangis.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKCb5goSFMl
Ustazah Aminah menghenyakkan tubuhnya di kursi. Dia menarik nafas dalam-dalam. “Umi tak ingin terjadi sesuatu padamu, ukhti. Ukhti sudah dua tahun di asrama ini, jadi ustazah pula, jangan sampai mempermalukan diri sendiri dengan menjerumuskan diri pada pergaulan dengan barang-barang seperti ini!” nada suaranya terdengar memelan.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9kAWzPIp0s
Ukhti Lia masih sesenggukan.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ41IuGmgkza
Ustazah Aminah masih akan mengatakan sesuatu sebelum kemudian di pintu terdengar ketukan sebelum pintu itu terbuka. Seraut wajah laki-laki kebapakan muncul. Berpeci putih bercorak, berkumis tipis, dagunya ditumbuhi janggut pendek yang nampak tercukur rapi. Ustaz Karim.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ5AOV0Tcla
“Assalamualaikum.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl5oOfCb1SR
“Waalaikumsalam. Abi sudah pulang? Kok cepat?” wajah Ustazah Aminah nampak sumringah. Lia yang duduk di hadapannya hanya menundukkan kepala. Ustaz Karim adalah suami Ustazah Aminah. Dia satu-satunya laki-laki yang tinggal di asrama Syahamah. Meski demikian, dia juga memang relatif jarang tinggal di sana dan lebih sering disibukkan oleh karirnya sebagai salah satu pimpinan partai yang sama dengan yang diikuti oleh Ustazah Aminah.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm4IhYfBMDu
“Sudah umi,” Ustaz Karim mengakhiri jawabannya dengan senyum. Dia menatap Lia sebentar yang bahunya masih bergerak-gerak menangis. Setelah bertatapan dengan Ustazah Aminah, dia kemudian meneruskan. “Abi bersih-bersih dulu ya mi. Ini abi bawa oleh-oleh.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxmKE2tAsBZ
Ustaz Karim kembali menutup pintu.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDmLn2H6oO5
Ustazah Aminah kembali menatap Lia kemudian berkata. “Ya sudah, ukhti Lia, umi percaya dengan perkataanmu. Yang jelas sekarang ukhti harus hati-hati ya, jangan seenaknya mempublish alamat asrama ini ke sembarang orang supaya kejadian semacam ini tidak terulang.”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYEdpXVMuWt
Ustazah Lia mengangguk.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpuQoMrqV1o
“Sudah sekarang ukhti istirahat. Barang-barang ini biar di sini, besok dibuang oleh pihak keamanan. Besok kita selidiki lebih lanjut tentang siapa penngirim barang setan ini!”49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiiACb9Cv0Y
Ustazah Lia tak mengucapkan sepatah kata apapun. Dia kemudian bangkit, menyalami dan mencium tangan ustazah Aminah. Sepintas dia sempat mengamati barang yang ada di kardus sebelum kemudian dia pergi.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmWcj61uCWO
Sepeninggal ustazah Lia, Ustazah Aminah tidak terburu-buru pergi ke kamarnya. Dia mengambil dan menimang-nimang dildo yang warnanya nampak mengkilap tersorot cahaya ruang yang tidak terlalu terang. Selintas nampak dia menggigit bibirnya. Lalu dia meletakkan dildo itu di kardus, kemudian berdiri dan melangkah ke pintu. Saat tangannya akan menyentuh saklar lampu, dia termenung sejenak, kemudian kembali dan mengambil dildo itu, memasukkannya ke dalam saku gamisnya.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEqrqWqnKOx
Setelah itu dia mematikan lampu, kemudian keluar. Saat langkahnya mendekati kamarnya, masih terdengar suara shower di kamar mandi dalam kamarnya. Dia hanya tersenyum, kemudian masuk ke kamarnya dan menutup pintu.49195Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHsIb9tF405