Pagi indah untuk memulai hari. Amalia Kayla, perempuan berumur 19 tahun yang sekarang sedang menjalani kuliahnya sambil berkerja di toko kue keluarganya. Kayla bangun dan melihat jam di handponenya. 196Please respect copyright.PENANAGsNuVsWzkW
“Woaaaaa!” Kayla menguap sambil meregangkan badanya. “Ternyata masih jam segini toh,” katanya sambil melihat jam di handphonenya, lalu menarik kembali selimutnya dan kembali membaringkan badannya di atas kasur, sambil berkata, “Ah, mending tidur lagi aja deh. Masih kepagian untuk bersiap-siap.”
Tapi tidak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu masuk itu saja. “Astaga Kayla, masih tidur saja?” Yang yang bukan lain, orang itu adalah Bu Silmi, ibu Kayla. Ia terlihat marah, lalu berjalan menuju ranjang Kayla. “Kayla, bangun!” seru Bu Silmi sambil menarik selimut Kayla yang Kayla gunakan untuk menutupi tubuhnya.
“Aduh, mamah gangguin aja. Masih pagi tahu.” keluh Kayla kepada Bu Silmi.
“Masih pagi, masih pagi? Ini tuh udah siang. Cepat bangun dan bantuin mamah siapin sarapan.” kata Bu Silmi.
“Tapi mah, ini masih jam segini. Kuliah baru mulai nanti 10.00 siang. Aku mau tidur lagi sebentar aja.” rengek Kayla.
“Nggak ada, nggak ada. Cepat bangun dan bantuin mamah siapin sarapan. Sekalian buka kedai.”
“Ih, mamah ganggu aja,” keluh Kayla sambil perlahan-lahan bangun. “Ya udah, ya udah, aku bangun. Tapi bentar, aku mandi dulu.” lanjutnya.
“Nah, gitu dong,” kata Bu Silmi sambil melipat selimut Kayla. “Ya sudah, kalau sudah siap, ke dapur ya. Mamah tungguin. Awas kalau nggak datang.” ancam Bu Silmi, lalu tidak lama kemudian keluar dan meninggalkan Kayla yang masih setengah terbangun. Sambil terus mengeluh, Kayla perlahan lahan bangun, mengambil handuknya dan baju bersih, lalu pergi kamar mandi.
Setelah 20 menitan, Kayla yang sudah segar, turun ke lantai satu dan pergi ke dapur untuk menemui Bu Silmi. Dapur di rumah Kayla berada di paling pojok ruangan. Untuk sampai ke dapur, Kayla harus melewati di beberapa ruangan, seperti ruang tamu di bagian paling depan rumah. Lalu ruang keluarga, ruangan ibadah, dan terakhir ruang makan. Barulah sampai ke dapur. Saat Kayla berjalan melewati dapur, ia bertemu dengan ayahnya, Pak Budi. Pak Budi sedang membaca buku sambil meminum kopi hangatnya. Saat melihat Kayla hendak melewatinya, Pak Budi meletakkan bukunya dan menyapa Kayla.
“Eh khayla, selamat pagi.” sapanya.
“Eh papah, iya, pagi.” jawab Kayla dengan nada yang terdengar agak marah.
“Kamu kenapa? Pagi-pagi udah cemberut gitu?” tanya Pak Budi.
“Gara-gara mamah nih. Padahal masih pagi, tapi udah nyuru aku bangun. Padahal aku kan masih ngantuk.” keluh Kayla.
“Ya ampun, kamu itu kan perempuan. Kamu nggak boleh bangun kesiangan terus.” nasehat Pak Budi. Di saat yang sama, Bu Silmi datang dari arah ruang dapur, dan ikut dalam perbincangan mereka.
“Jangan nyala mamah terus Kayla. Ini salah kamu karena kamu suka begadang. Dan baru tidur 01.00 malam. Itupun kalau mama bilangin dulu, kalo nggak, bisa sampai 03.00 kamu belum tidur.” ketus Bu Silmi.
“Aku capek pembicaraannya kayak gini terus. Mending langsung aja masak buat sarapan hari ini,” kata Kayla, mengubah topik pembicaraan, sambil membuang mukanya dan berjalan lurus menuju dapur. Namun, tak lama, ia berbalik dan berkata, “Jadi mau masak apa buat sarapan hari ini?” tanyanya kepada Bu Silmi.
“Hari ini mamah mau buat roti pizza pakai roti kemarin.” jawabnya.
“Terus aku harus bantu apa?” tanya Kayla.
“Ayo masuk ke dapur dulu. Nanti mamah jelaskan di sana.” Lalu mereka berdua akhirnya pergi ke dapur. Sementara Pak Budi, masih berada di sana dan melanjutkan menikmati kopinya.
Setelah setengah jam, akhirnya sarapan yang dibuat oleh Bu Silmi dan Kayla telah selesai. Mereka membawanya ke ruang makan. Sambil berjalan membawa dua piring berisi roti pizza, Kayla berkata, “Ini rotinya. Silakan dinikmati.” Lalu memberikan satu piringnya kepada Pak Budi. Pak Budi meletakkan bukunya yang baru selesai ia baca dan mengambil piring tersebut.
“Wah, kelihatannya enak.” katanya sambil memperhatikan sarapannya itu dengan perut yang sudah keroncongan.
“Enaklah. Ini kan buatan aku sama mama.” kata Kayla sambil bertolak pinggang.
“Iya, iya, tapi lama sekali sih buatnya. Papah kan sudah kelaparan.” kata Pak Budi. “Ah, papah cuma ngomong doang, bantuan nggak.” balas Kayla.
“Eh, udah, udah ngapa. Jangan berantem terus,” kata Bu Silmi yang sedang menarik kursi untuk ia duduki. “Bapak, cepat dimakan. Setelah itu, bapak bantu ibu beres-beres toko. Sedangkan kamu Kayla, siap-siap kuliah.” lanjutnya.
“Baik mah.” kata Kayla, lalu mengambil sendok, garpu dan melahap sarapan.
Saat ditengah-tengah mereka sedang menikmati sarapan, Lala, kucing peliharaan Kayla datang. “Lala, tumben pagi-pagi udah ke sini. Biasanya masih tidur-tiduran santai di atas kasur aku.” kata Kayla, lalu mengelus-ngelus kepala Lala yang sedang tiduran di lantai. Lala adalah kucing anggora yang memiliki bulu orange dan putih, memiliki hidung panjang, dan warna matanya biru muda. Lala memiliki sifat yang pemalas, manja. Sehari-harinya, Lala hanya tidur dan ia jarang sekali keluar rumah. Ia paling suka berada di kamar Kayla. Walaupun sifatnya malas, Kayla sangat menyayangi Lala. Lala adalah hadiah dari nenek Kayla yang sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Bagi Kayla, Lala adalah peninggalan neneknya yang paling berharga.
“Aduh, kamu ini manja banget sih.” lanjut Kayla.
“Kayla, jangan main dulu sama Lala. Habiskan dulu sarapannya.” saran Bu Silmi.
“Iya-iya mah.” Kayla meninggalkan Lala yang asik tidur-tiduran sambil menyakan-nyakar kursi yang diduduki Kayla. Sementara Kayla kembali menyantap sarapannya.
196Please respect copyright.PENANAHxEyQJTXYq