Suatu pagi di Springvale, rumah Diona sedang didatangi Fischl yang ditemani oleh Lumine. Mereka berdua berencana untuk membuat sesuatu benda yang dapat dimainkan oleh anak-anak. Ide tersebut muncul begitu saja dari otak Fischl. Kemudian ia mengatakan bahwa ide tersebut terinspirasi sewaktu ia sedang ‘bertamasya’ ke Liyue bersama dengan kedua orangtuanya—tepatnya saat orangtuanya sedang ada pertemuan penting di sana.
Pada waktu itu Fischl sedang jalan-jalan di pinggir dermaga bersama dengan Oz. Matanya sekejap tertuju kepada langit. Ia melihat pertunjukan cahaya yang meledak-ledak menerangi langit malam. Sangat indah dan ramai, benar-benar memanjakan mata, sampai-sampai ia terpaku melihatnya. Oz sempat heran kenapa Fischl bisa sampai ‘membatu’ seperti itu. Namun kedua mata Oz juga tertuju pada pemandangan pada langit malam itu di Pelabuhan Liyue. Fischl terpana melihat pertunjukan kembang api yang sangat megah, dengan cahaya warna-warni yang sangat memanjakan mata. Suara kembang api tersebut sampai menggetarkan hatinya. Fischl beruntung sekali dapat melihat festival kembang api di Liyue yang diadakan setahun sekali di akhir musim dingin. Sesudah puas melihat kembang api di atas langit, pandangan Fischl beralih kepada seorang anak yang dengan asyiknya bermain kembang api kecil pada tangannya. Jujur saja, Fischl belum pernah melihat benda penerang tersebut dalam hidupnya. Fischl memang tahu kembang api itu seperti apa, tetapi ia hanya tahu kembang api itu meluncur ke atas lalu meledak di langit dengan mengeluarkan suara yang cukup keras. Namun ia belum pernah melihat kembang api yang dapat dipegang dengan tangan telanjang seperti anak itu memegangnya dan sama sekali tidak meledak. Fischl sangat penasaran. Lalu ia menghampiri anak kecil itu yang digandeng oleh ibunya.
“Ehem,” Fischl membersihkan tenggorokannya.
“Eh, siapa perempuan ini?” tanya anak kecil itu dengan polos.
“Ada apa, nak? Apa kamu sedang tersesat?” tanya ibu dari anak itu dengan polos pula.
“Eh? T—Tidak… Prinzessin der Verurteilung ingin menanyakan sesuatu pada anak ini.”
“Panggil saja dengan nama Fischl untuk lebih singkatnya,” Oz memperjelas maksud perkenalan yang diucapkan oleh Fischl.
“Apa yang Kakak mau tanyakan padaku??” tanya anak kecil tersebut.
“Saya memang sudah melihat berbagai macam kembang api, tapi… kembang api apa ini? Kenapa tidak sama seperti yang lainnya?”
“Ooh… jadi Kakak enggak tau kembang api seperti ini?? Ini… kembang api kecil,” jawab anak kecil tersebut dengan cerianya.
“Kembang api kecil??”
“Maksudnya kembang api yang dipegang oleh anak kecil ini,” Oz menambahkan.
“Betul. Ini adalah jenis kembang api sparkles.” Sang Ibu membetulkan sedikit maksud dari ucapan anaknya.
“Kembang api sparkles??” Fischl malah semakin bingung.
“Sepertinya kamu memang belum pernah melihat kembang api semacam ini, ya? Kalau begitu, akan aku antarkan kamu ke penjual kembang api yang ada di sebelah sana. Mungkin dia bisa menjelaskan kepadamu lebih rinci lagi.”
“Oh, oke…. Terima kasih atas bantuan Anda. Saya sangat tersanjung….”
“Hahaha… biasa saja, nak.”
Dengan begitu Fischl dan ibu dari anak kecil tersebut datang menghampiri penjual kembang api yang ada di dekat sana. Penjualnya merupakan seorang gadis muda yang tampak energik saat melayani para pembelinya. Ia berambut kuning terikat rapi, bermata bulat, memakai pakaian warna merah dengan aksen kembang api.
“Selamat datang di kios Naganohara! Silakan pilih-pilih kembang api yang kalian suka!” sapa gadis itu dengan sangat ceria.
“Ehem!” “Saya adalah Prinzessin der Verurteilung ingin menanyakan sesuatu kepada Anda, gadis muda….”
“Etto… m—maaf… tadi Anda sedang memperkenalkan diri??”
“Ya, dia sedang memperkenalkan namanya kepada Anda. Tapi untuk mempersingkatnya, panggil saja dia Fischl,” Oz kembali lagi memperjelas maksud perkataan dari Fischl.
“Betul! Tapi lebih bagus kalau panggil saya Nona Fischl,” tambahnya.
“Oh, o—oke…. Nona Fischl mau beli kembang api yang mana? Mau pilih yang kecil atau yang besar? Mau satu warna atau warna-warni??”
“Umm… kenapa ada banyak sekali pilihannya…?”
“Ooh… kalau begitu, biarkan saya pandu untuk memilih mana yang paling cocok untuk Nona Fischl.”
“Oke, baiklah. Saya sangat setuju.”
Anak dan ibunya sempat terkekeh kecil ketika mendengar percakapan antara mereka berdua. Terutama dari percakapan Fischl yang persis seperti lawakan.
“Pertama-tama jika saya amati… Nona memakai pakaian serba ungu dan memiliki rambut pirang. Kalau begitu, saya sarankan Nona memilih kembang api dengan kombinasi warna ungu dan kuning. Tapi tak ketinggalan warna-warna lainnya juga harus ada. Sebagai tambahannya, saya sarankan Nona memilih kembang api yang berukuran kecil hingga sedang. Di sini ada kembang api sparkles berukuran kecil yang berwarna kuning-emas. Ada kembang api roman berukuran sedang dengan perpaduan warna kuning-emas, ungu, jingga dan merah. Ada juga kembang api brocade ukuran sedang dengan gradasi ungu, kuning, merah dan hijau. Ada satu lagi yaitu kembang api air mancur yang memiliki ketinggian hingga 3 meter, dengan warna terdiri dari kuning-emas, merah, jingga, hijau dan ungu. Hanya saja ukurannya sedikit lebih besar dan agak sulit dibawa-bawa kalau mau membeli lebih dari empat buah.”
Fischl tampak masih kebingungan setelah mendengarkan penjelasan dari si gadis penjual kembang api.
“Kalau boleh tau, Nona Fischl rencananya mau memainkan kembang api di mana? Kalau tempatnya luas, Nona bisa memilih kembang api air mancur yang agak besar ini, tapi kalau tempatnya lebih sempit, saya sarankan untuk mengambil kembang api sparkles, brocade dan kembang api roman.”
“Humm… rencanaku sih… aku belum merencanakan apapun. Apa memang bermain kembang api harus pakai rencana segala, ya?”
“Kalau untuk sparkles sih… gak usah pakai rencana tidak apa-apa. Tetapi kalau selain kembang api jenis itu, harus direncanakan lebih dulu, soalnya daya tembaknya lebih bertenaga dan menghasilkan suara yang lumayan bising. Kecuali untuk jenis air mancur, tidak ada suara sama sekali, tapi kalau dimainkan di tempat sempit, bisa-bisa dapat membahayakan benda-benda di sekitarnya seperti rumput, tanaman, dedaunan, dan bahkan hewan peliharaan sendiri.”
“Main kembang api ribet juga, ya?”
“Asalkan ada tempat yang luas dan ada yang mengawasi, semuanya dapat dimainkan secara aman dan menyenangkan.” “Oleh karena itu, untuk anak kecil hanya diperbolehkan bermain kembang api jenis sparkles. Karena masih tergolong lebih aman meski bunga apinya mengenai kulit.”
“Ooh… begitu rupanya….”
“Bagaimana? Mau pilih yang mana, Nona Fischl?”
Fischl memangku tangannya dan dirinya berpikir sejenak. Kedua matanya melirik ke kanan-ke kiri, mengamat-amati semua jenis kembang api yang dijual oleh gadis itu. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan keputusannya.
“Aku mau beli semuanya.”
“…”
Gadis penjual kembang api itu terdiam sejenak.
“Eh?” “EEEEEE?!! Kamu mau beli semuanya?!” matanya sampai melotot tak percaya.
Fischl mengangguk dengan yakin.
“Apa Nona sudah yakin??” tanya Oz yang juga belum percaya sepenuhnya.
“Heem!” Fischl sekali lagi mengangguk dengan sangat yakin.
“B—Bukannya aku menolaknya, sih… tapi daganganku ini dijual buat orang lain juga…! Kalau Nona mau membeli semuanya, orang lain jadi gak kebagian, dong…. Mereka gak bisa menikmati kembang api dari yang mereka beli.”
“Kalau begitu, aku beli semua untuk kubagikan pada mereka yang ingin menikmati kembang api di sini. Bagaimana? Apa tidak boleh?”
“Wah, ide yang bagus, Nona Fischl!” Oz pun setuju.
Gadis itu pun sempat menimbang-nimbang keputusan yang diambil oleh Fischl untuk membeli semua barang dagangannya. Namun pada akhirnya…
“Baiklah, aku setuju. Asalkan Nona Fischl benar-benar membagi-bagikannya kepada orang-orang yang ada di sini, oke? Agar mereka juga dapat menikmati kembang api bersama-sama.”
“Ya, itu pasti,” ucap Fischl dengan senang.
“Tenang saja gadis muda, semuanya masih dalam kendalinya.” Oz semakin menyakinkan keputusan yang telah diambil oleh Fischl kepada gadis itu.
Dan gadis penjual kembang api tersebut terlihat senang sekali. Selain barang dagangannya yang sudah pasti terjual habis, orang-orang yang ada di sana menjadi tidak sia-sia untuk menikmati kembang api secara bersama-sama.
Alhasil, Fischl membagi-bagikan beberapa kembang api kepada warga Liyue, tidak hanya warga lokal saja melainkan juga beberapa pendatang yang kebetulan sedang menikmati pesta Lantern Rite di Liyue. Ada yang pergi ke dermaga untuk dinyalakan langsung, ada juga yang dibawa pulang untuk dinyalakan di rumah, ada juga yang sebagian dinyalakan dan dibawa pulang. Yang terpenting, ekspresi dari mereka semua sangatlah senang. Gadis penjual tersebut dan Fischl pun kelihatan sangat lega.
“Tapi satu hal yang masih kubingungkan… bagaimana dengan pembayarannya, ya?” ucap Fischl sambil berpangku tangan.
“Kalau itu… jujur saja, aku masih belum tau. Lagipula… Nona Fischl tidak membawa Mora sebanyak itu, kan?”
“Begini saja, saya punya solusinya,” jawab Oz dengan yakin.
“Oz sudah punya solusinya? Bagaimana itu?” heran Fischl.
“Kami akan membawa Anda ke tempat kami. Dengan begitu, Anda akan menemui ayah Nona Fischl untuk melakukan transaksi secara langsung.”
“Hmm… bisa juga….”
“Tapi, Oz…”
“Oh, ternyata kalian berdua ada di sini…?”
Datanglah sepasang pria dan wanita berlari menghampiri Fiscl dan juga Oz.
“Papah?”
Seketika pria tersebut memeluk Fischl dengan wajah khawatir.
“Amy, kukira dirimu sedang ada masalah.”
“A—Aku baik-baik aja, kok….” Muka Fischl sedikit malu-malu. “Pah, bisa lepasin pelukannya? Aku sesak.”
“Oh ya, maaf, Amy.”
“Apa urusan Tuan sudah selesai?” tanya Oz kepada ayahnya Fischl.
“Ya, sudah selesai. Untung saja dia masih bersamamu, Oz. Kalau tidak, bagaimana anak ini nantinya.”
“Santai saja, Tuan. Nona Amy tidak akan lepas dari pengawasanku.”
“Oz… kenapa kamu ikut-ikutan manggil begitu…?” Fischl berbisik kepada Oz dengan wajah malu.
“Oh, maafkan Oz, Nona Fischl.”
“Jadi… apa yang kamu lakukan di sini, Amy?” tanya ibunya yang sempat khawatir juga padanya.
“Umm… aku… umm….”
“Nona, lebih baik katakan saja dengan sejujurnya,” ucap Oz.
“Um, b—baiklah…. Jadi begini… aku sudah membeli semua kembang api yang dijual oleh gadis ini,” ucap Fischl dengan muka polosnya.
Ayah dan ibunya langsung terbelalak.
“A—Apa? Kamu telah membeli semua kembang apinya??” kaget ayahnya.
“Kamu ingin rencanakan apa di rumah nanti, Amy??” ucap ibunya terkejut.
“Gak ada rencana apa-apa, sih…. Habis aku bingung mau beli kembang api yang mana. Ternyata di sini ada banyak sekali jenis kembang api yang bagus-bagus… lalu aku memutuskan untuk membeli semuanya dari gadis penjual kembang api ini. Tapi sebagian besar sudah kuberikan kepada orang-orang di sekitar sini. Aku cuma mengambil beberapa kembang api saja.”
Kedua orangtuanya terdiam saja sambil memandangi gadis muda tersebut.
“Apakah betul kamu yang sudah menjualkan semua kembang apimu padanya?” tanya ayahnya penasaran.
“Iya, tepat seperti yang Nona Fischl sudah katakan.”
“Temasuk dibagi-bagikan kepada orang-orang di sekitar sini?”
“Iya.”
“…” Ayahnya terdiam sejenak.
“Lalu… bagaimana dengan pembayarannya??” Ibunya penasaran dengan hal itu.
“Um, kalau itu… dia belum membayarkannya, sih….”
“Sudah jelas begitu….” Ibunya sambil menutupi dahinya.
“Kalau memang sudah begini… lebih baik saya yang akan mengatur transaksi pembayarannya. Temuilah kami di Dawn Winery. Kalau kamu tidak tau lokasinya, saya akan menandai di peta milikmu dan saya akan menyuruh Oz untuk mengantarkanmu ke sana.”
“Baiklah…. Terima kasih banyak, Tuan.” Gadis itu pun membungkuk dengan sopan.
Dengan begitu solusi dari masalah pembayaran selesai. Tinggal gadis itu menuju ke tempat yang sudah dijanjikan sesuai dengan lokasi pertemuan mereka.
“Untungnya ada orangtuamu ya, Fischl. Kalau tidak, kamu bakal bayar pakai apa coba? Daun?” ucap Lumine bermaksud untuk meledeknya.
“Aku bakal minta tolong sama Oz, dong….”
“Santai sekali ya kamu melempar tanggung jawab padanya.”
“Kalau masalah uang, Oz yang paling lihai. Aku mah cukup mengawasi saja.”
“Bukannya kebalik, yah?” Diona bingung dengan maksud perkataannya.
Selang beberapa menit, datanglah Aether ke rumah Diona pada sore hari.
“Oh, akhirnya Kakak datang juga!” Lumine tampak senang.
“Maaf, tadi aku ada sedikit urusan dengan Rosaria di gereja.” “Jadi, kalian sedang membuat apa ini?”
“Akan aku tunjukan yang sudah jadi.”
Lumine mengambil sebuah benda panjang berwarna abu-abu. Kemudian diberikan kepada Aether.
“Ini, lihatlah….”
Aether mengamat-amati dengan seksama.
“Hmm… kalau tidak salah… benda ini adalah kembang api jenis sparkles, benar kan?”
“Huum, betul!” Lumine mengangguk senang.
“Niat sekali kalian buat ini. Dan juga… sepertinya bakal jadi banyak, ya?”
“Iya. Kami mau buat 100 kembang api sparkles.”
“Wah, kukira cuma sekitar 50 an.”
“Soalnya mau diberikan kepada anak-anak saat Festival Windblume kedepannya. Belum ada kembang api sparkles terlihat di dalam acara-acara selama Festival Windblume, iya kan?”
“Iya juga, sih…. Ini bakal menjadi kesenangan tersendiri buat anak-anak.”
“Iya, itu benar.”
“Tapi siapa yang menemukan ide ini?”
Fischl sudah memasang muka menyombong dengan kepalanya sedikit mendongak ke atas.
“Amy yang menemukannya,” jawab Lumine spontan.
“Hei! J—Jangan sebut nama itu di sini…!”
Dengan spontan pula muka Fischl langsung kemerahan.
“Hehehe… tenang saja Amy, kan hanya ada kita-kita….” Lumine seketika memasang smug face.
“B—Bukan begitu maksudnya, Lumine….”
“Haha… kalau begitu, aku bantu kalian, deh….” Aether sambil duduk di atas bangku kosong.
“Makasih banyak, loh. Tumben mau berbaik hati membantu kami,” ucap Diona pada Aether.
“Soalnya ada adikku, makanya aku mau berbaik hati.”
“Huh, ternyata cuma pencitraan, toh.”
“Tidak usah muram gitu dong, kucing kecil….”
“Hei! Kau bilang apa?!”
Suasana menjadi semakin meriah berkat hadirnya Aether di sana. Mereka sempat merasakan kecapekan saat mencapai stik ke 70. Kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mencoba empat sampai lima buah kembang api tersebut di luar. Semuanya dapat menyala dengan lancar, tanpa tersendat sama sekali. Mereka pun sangat senang dan kembali bersemangat untuk melanjutkan pembuatan kembang api. Terutama Fischl yang paling bersemangat, karena dia sudah mengalami sendiri saat mencoba bermain kembang api sparkles sewaktu di rumahnya. Ia juga memahami bahwa kembang api jenis itu adalah kembang api yang paling mudah membuat orang lain senang dan membuat mereka tersenyum bahagia.
ns 15.158.61.5da2