Pagi hari telah tiba, namun Kayla belum juga bangun. Dia masih tidur di ranjangnya dengan pulas. Saat ia sedang lengah, seseorang masuk ke dalam rumahnya melalui pintu depan. Orang itu naik lantai dua dan masuk ke kamar Kayla. “JEBRAT!” Suara pintu didobrak oleh orang itu, membuat Kayla yang awalnya tertidur pulas, terbangun karena terkejut.
“Hei anak pemalas, bangun cepat!” Ternyata orang itu adalah Raisa.
“Raisa? Astaga, kukira siapa,” kata Kayla sambil ngucek-ucek matanya, lalu ia menyadari sesuatu. “Tunggu, bagaimana kau bisa masuk ke dalam?” tanyanya.
“Hahaha. Itulah yang kau tidak tahu. Aku memakai mantra sihir yang bisa membantuku masuk ke dalam rumahmu.” jawab Raisa sambil bertolak pinggang.
“Hah? Maksudnya?” tanya Kayla tidak mengerti.
“Aku memiliki kekuatan tembus pandang. Dengan kekuatanku, aku menembus semua dinding rumahmu dan bisa sampai ke sini.” jelas Raisa.
“Kamu pasti dapat kunci dari papah kan?” tebak Kayla dengan nada datar.
“Hehehe,” Raisa tertawa sambil mengaruk-garuk kepalanya.
“Kami ini membuatku takut aja.” kata Kayla sambil perlahan-lahan turun dari kasur. “Kamu takut? Tumben. Ada apa ini?” tanya Raisa penasaran.
“Tidak banyak sih, hanya saja tadi malam terjadi sesuatu yang sangat menyeramkan.” jawab Kayla.
“Oh ya, apaan itu?”
“Adalah. Tapi sekarang, aku mau tanya dulu. Ini sudah jam berapa ya?” Raisa melihat jam di handphonenya dan menjawab, “Jam 09.00 kurang.”
Kayla tersentak. “Hah? Apa katamu? Jam 09.00? Beneran kau tidak bohong kan?” tanya Kayla.
“Iya, aku beneran. Coba lihat.” kata Raisa sambil menunjukkan jam di handphonenya.
“Astaga, aku kesiangan.” Kayla melempar selimutnya yang ia pakai dan segera mengambil handuk dan pakaian bersih.
“Tumben sekali kamu bangun baru jam segini.”
“Iya nih. Aku kemarin tidurnya agak malam.” jawab Kayla yang sedang sibuk mengambil bajunya.
“Begitu ya?”
“Raisa, boleh minta tolong nggak? Tolong buatin sarapan untuk aku dong. Please, aku lagi buru-buru nih.” pinta Kayla sambil melewati Raisa untuk berjalan kamar mandi.
“Boleh saja sih. Tapi aku kan nggak bisa masak sehebatmu.” kata Raisa.
“Nggak apa-apa. Masak apa aja juga boleh. Yang penting, buat sarapan untukku. Biar setelah itu kita bisa segera berangkat.”
“Oke, akan kucoba.”
Sementara Kayla mandi, Raisa sedang berada di dapur, mencoba membuat sarapan untuk Kayla. “Baiklah, pertama-tama, kita lihat dulu apa yang ada di dalam kulkas,” Raisa membuka pintu kulkas dan melihat-lihat ada apa di dalam. “Hmm, apa yang harus aku buat. Yang simple, tadi juga harus enak,” Raisa berpikir sejenak sambil memperhatikan dari ujung ke ujung bagian kulkas tersebut. Saat melihat ada berbagai macam buah, Raisa langsung kepikiraan membuat outmeal dengan buah-buahan. Raisa yang sudah mendapatkan ide, segera mengambil semua buah-buahan yang ada di sana. Strawberry, mangga, kiwi, melon, dan apel. Dia juga mengambil bahan-bahan lainnya. “Oke, ini saja deh sepertinya gampang dan tidak membutuhkan waktu yang lama.” pikirnya. Raisa mengambil dua mangkok dan mengambil outmeal dari sebuah lemari. Dibuatkannya sarapan untuk Kayla.
123Please respect copyright.PENANAhTAzkWyW8H
Tidak lama kemudian, Kayla datang datang dan sudah tampak segar. Kayla duduk di meja makan. “Raisa, sudah jadi belum makanannya? Aku lapar nih.” tanyanya.
“Sebentar lagi.” jawab Raisa.
“Kamu buat apa? tanya Kayla.
“Ada deh. Sebentar, aku bawakan,” Raisa datang membawa dua mangkok berisi outmeal dengan beberapa taburan buah. “Ini dia outmeal buah yang kubuat sendiri. Tahu deh rasanya enak atau tidak.” katanya. Raisa memberikannya kepada Kayla. “Waduh, ternyata kamu bisa juga buat hal seperti ini,” puji Kayla sambil mengambil mangkok itu. “Terus itu satu lagi buat siapa?” tanyanya sambil menunjuk satu mangkok lagi.
“Buat aku. Aku kan juga mau.” jawab Raisa.
“Kamu belum sarapan?”
“Udah sih. Tapi pengen aja cobain makanan buatan sendiri. Tumben-tumben aku buat kayak gini.” jawab Raisa.
“Iya-iya, terserah.”
Mereka pun menyantap sarapan mereka dan ketika sudah selesai, segera bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Di perjalanan,
“Ngomong-ngomong, Kayla, tadi kamu bilang kamu tidur kemalaman? Itu kenapa? Apa jangan-jangan kamu begadang lagi. Aku bilangin bilangin bapak kamu loh.” ancam Raisa.
“Aku emang begadang, tapi bukan untuk nonton atau main game, tapi untuk mengkerjakan tugas yang hari ini dikumpulkan.”
“Tugas apa ya?” tanya Raisa.
“Kamu pasti belum mengerjain ya?” tebak Kayla.
“Aku aja nggak tahu yang mana tugasnya.”
“Itu berarti kamu belum mengerjain.” goda Kayla.
“Oh ya, dari tapi aku dari tadi penasaran, aku dapat kabar dari ayahmu, kalau Tante Silmi masuk rumah sakit. Kenapa beliau memangnya?”
“Aku juga tidak mengerti. Kemarin malam, tiba-tiba saja mamah pingsan. Kerena kami panik dan tidak tahu harus bagaimana, kami pun membawanya ke rumah sakit.”
“Terus kenapa Tante Silmi. Apakah Tante Silmi baik-baik saja?” tanya Raisa.
“Tenang. Mamah baik-baik aja kok.” jawab Kayla.
“Untunglah.” Raisa mengelus-elus dadanya dan merasa lega.
“Syukurnya sih baik-baik saja, tapi yang jadi masalahnya, kami belum tahu kenapa mama tiba-tiba pingsan.”
“Ohhhh. Lalu Tante Silmi sudah sadar?”
“Kalau itu aku juga belum tahu. Hari ini sih aku mau ngecek bagaimana kondisinya.” “Berarti kemarin malam kamu sendiri di rumah?”
“Iya, aku sendiri.”
“Lalu bagaimana rasanya? Menyeramkan kah? Menyenangkan? Atau apa?”
“Raisa, aku mau cerita dong tentang apa yang terjadi kemarin malam.” Kayla mengubah topik.
“Tentang apa tuh?” tanya Raisa.
“Kemarin malam, selain mengerjakan tugas, sebenarnya aku tidak bisa tidur karena ketakutan.”
“Ketakutan kenapa?” tanya Raisa.
“Kemarin malam ada yang mengetuk-mengetuk pintu rumahku, terus-menerus menjatuhkan barang, dan bahkan sampai mati-nyalakan lampu.”
“Apaan tuh? Siapa yang melakukan itu?” tanya Raisa.
“Nah, itu dia aku nggak tahu.”
“Ih, ngeri banget ya. Lalu apa yang terjadi? Kau melihat sosok yang mengganggumu tadi malam?”
“Untungnya sih tidak.”
“Ceritakan dong apa yang terjadi semalam! Secara rinci gitu.” pintar Raisa.
“Oke, dengarkan ya. Kemarin malam aku kan masih mengerjakan tugas sampai 12.00.”
“Kamu mengerjakan tugas jam 12.00? Emang pulangnya jam segitu?” tanya Raisa.
“Enggak sih. Gara-gara aku ketiduran aja. Aku sudah pulang ke rumah sekitar jam 10.
“Tapi gara-gara ketiduran, akhirnya aku baru mengerjain lagi jam 2 dan baru tidur sekitar jam 1.”
“Oh, lalu, lalu?”
“Saat aku terbangun pada pukul 1-”
“Tunggu sebentar! Kamu bilang, kamu bangun jam 1, itu terbangun sendiri atau bagaimana?” tanya Raisa.
“Aku terbangun gara-gara suara benda terjatuh.” jawab Kayla.
“Waduh, apaan tuh?”
“Aku juga tidak tahu. Awalnya sih aku nggak begitu peduli dan bersikap bisa aja. Aku pun juga memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan mencuci muka biar segar.”
“Kamu ke kamar mandi sendirian dengan kaca di kamar mandimu itu yang besar?” “Ya iyalah, sama siapa lagi. Tapi itu adalah salah satu kesalahan fatal, karena saat aku pergi kamar mandi, aku tiba-tiba ada semua bayangan hitam melintas dari belakang. Aku tidak lihat secara langsung, aku melihatnya dari pantulan kaca saja.”
“A-apa itu? Apa itu?” tanya Raisa bersemangat.
“Aku tidak tahu. Aku hanya melihatnya sekali.”
“Bayangan hitam tidak balik lagi?”
“Untungnya sih tidak begitu. Tapi itu tidak berakhir di situ. Setelah aku sudah selesai dengan urusanku di kamar mandi, dan sudah berada di kamar, aku mendengar kembali suara benda terjatuh dari bawah. Awalnya aku kira itu kucing yang masuk dan mencoba mencari makanan. Aku pun yang masih berpikiran seperti itu turun dan mengecek.”
“Waduh, berani sekali kamu ya.”
“Karena saat itu, aku belum tahu apa yang terjadi dan aku masih berfikir positif. Setelah aku turun dan mengecek keadaan, ternyata tidak ada apa-apa. Aku pun memutuskan untuk kembali naik.”
“Ohhhh, lalu?”
“Kamu tahu kan, tangga rumahku bersebelahan dengan pintu masuk.”
“Ya, aku tau. Lalu?”
“Saat aku sedang berjalan menaiki tangga, aku mendengar suara ketukan dari luar.” “Suara ketukan? Siapa itu?”
“Nah, itu dia. Aku sempat mengeceknya, tapi tidak ada apa-apa. Karena ternyata tidak ada apa-apa, aku tinggalin. Tapi saat aku berbalik badan, suara ketukan itu muncul lagi. Dari situlah aku mulai merasa ketakutan. Aku kabur ke kamar dan mengunci diri di dalam. Tapi seramnya, ketukan pintu itu masih terdengar dari kamarku.”
“Kedengeran sampai lantai duanya?” tanya Raisa.
“Ya. Saat itu aku berusaha tidak memikirkan dan lanjutkan mengerjakan tugasku. Aku memakai headset dan mendengarkan musik agar aku tenang. Untungnya, selamat mengerjakan tugas, tidak ada yang terjadi.”
“Atau mungkin kamu saja kalian tidak tahu. Kamu kan saat itu memakai headset, jadi tidak kedengaran apa yang terjadi di luar.”
“Bisa juga sih.”
“Oke, silangkan dilanjutkan ceritanya.”
“Akhirnya, tugasku pun selesai dan aku yang mengantuk, tidur. Tapi belum lama, suara itu kembali lagi. Tapi saat itu, suaranya berasal dari jendela kamarku.”
“Hah? Menyeramkan sekali.” kata Raisa.
“Iya, aku ketakutan sekali saat itu. Apalagi saat lampu tiba-tiba mati.”
“Waduh!”
“Itu belum selesai sampai situ. Setelah suara ketukan di jendela itu hilang dan aku mengiranya sudah tidak ada, ternyata dia malah pindah dan mengetok pintu kamarku.”
“Apa?”
“Iya, beneran. Ketukan itu sangat keras. Tapi untungnya lampunya sudah menyala. Tapi tentu saja itu belum membuat aku lega dan tenang. Aku pun bersembunyi di dalam selimut. Di saat yang masa, mahluk itu atau apapun itu, membuka pintu yang aku kunci dan masuk ke dalam.”
“Hah?! Takut ah. Jadi merinding aku.
“Tapi anehnya, saat aku mencoba melihat mahluk apa yang ada di luar selimutku, ternyata itu adalah seekor kucing hitam-”
“Tunggu sebentar, bagaimana kucing itu ada di rumahmu? Dan kucing siapa sebenarnya itu?” tanya Raisa memotong pembicaraan Kayla.
“Sebenarnya, kemarin aku memungut sebuah kucing hitam yang kutemui jalan.”
“Lalu apa hubungan semua itu dengan kucing hitamnya?”
“Itu dia, aku juga tidak tahu.”
“Lalu apa yang terjadi setelah?”
“Untunglah sih tidak ada lagi yang menggangguku pada malam itu.”
“Menghilang begitu saja kah?”
“Sepertinya, apapun yang menggangguku itu hilang setelah kucing hitam itu masuk.
“Kok bisa begitu?” tanya Raisa.
“Aku tidak tahu ya. Tapi menurutku sih kucing itu yang mengusirnya.”
“Atau kucing itulah makhluk yang mengganggu itu dan berubah bentuk menjadi kucing kecil yang imut agar kamu lengah.” Raisa mencoba menggoda Kayla.
Kayla memukul pundak Raisa dengan kencang. “Itu nggak lucu tahu.” ketusnya.
“Hehehe. Maaf, pengen aja gangguin kamu.”
Kayla menghela nafas lalau kembali berkata, “Tapi untungnya setelah itu tidak terjadi apa-apa lagi dan bisa tidur dengan tenang.”
“Lalu bagaimana dengan kucing hitam itu.”
“Dia tidur bersamaku malam itu.”
“Aku kok jadi takut ya.”
“Kenapa kamu yang takut, aku kan yang mengalaminya?”
“Gara-gara dengarkan ceritamu aku jadi takut. Kamu gak takut apa?”
“Ya, pastilah. Aku berharap banget papah dan mamah akan pulang, jadi aku tidak akan sendiri lagi.”
“Atau bagaimana begini, kalau tante dan om belum pulang malam ini, kamu boleh menginap di rumahku.” usul Raisa.
“Beneran?” Raisa mengangguk. “Tapi kenapa tidak menginap di rumahku saja?” tanya Kayla.
“Nggak ah, takut. Mending kamu di rumahku aja, lebih aman.”
“Iya juga sih. Oke, beneran ya aku boleh menginap?”
“Kalau tante sama om belum balik. Kalau sudah sih ya nggak usah.”
“Iya, iya, aku mengerti. Terima kasih ya.”
“Tentu, tapi jangan membawa hantu itu ke rumah aku ya nanti. Kamu sudah tidak dihantui, tapi malah aku yang jadi korban selanjutnya.
“Nggak, nggak, nggak mungkin.”
ns 18.68.41.140da2