Malam telah tiba, Kayla sedang menginap di rumah Raisa bersama dengan kucing hitamnya. Kayla sedang berada dalam kamar Raisa sedang bermain bersamanya. Sementara si kucing hitam itu, berada di halaman belakang rumah Raisa. Saat Kayla dan Raisa sedang asik bermain di kamar sambil ngobrol-ngobrol santai, kakak perempuan Raisa, Khodijah, datang dan membawakan camilan dan minuman untuk mereka. Pintu dibuka olehnya dan dia pun masuk. Raisa yang berada dalam marah karena Kak Khodijah masuk seenaknya tanpa mengetuk atau izin kepadanya terlebih dahulu.
“Eh, masuk permisi dulu. Jangan asal terobos saja.” sengitnya.
“Aku bawa cemilan dan minuman loh. Kalau nggak mau, aku bisa keluar lagi kok.” ancam Kak Khodijah.
“Eh, jangan, jangan. Aku mau dong. Maaf ya kak.
“Nah, gitu dong. Ini dimakan ya.” kata Kak Khadijah sambil menaruhnya di sebelah mereka.
“Makasih.” ucap Kayla.
“Lagi pada main apa sih? Kayaknya seru banget, sampai kedengeran ketawanya sampe ke luar.”
“Cuma main kartu aja kok.” jawab Kayla .
“Main kartu sampe berisiknya minta ampun.” sengit Kak Khodijah.
“Lalu kakak mau ngapain ke sini? Kalau mau ikutan main, ayo, boleh. Tapi kalau cuma mau gangguin doang, mending pergi aja.” usir Raisa.
“Ya ampun, jangan begitu dong. Jahat sekali kamu sama kakakmu ini. Tapi tidak terima kasih. Aku nggak pengen main. Aku cuma ke sini karena disuruh nganterin ini saja sama ibu. Ya sudah, aku mau keluar ya, dah.” Lalu Kak Khodijah keluar dan meninggalkan mereka. Setelah itu, Kayla dan Raisa menyantap snack dan minuman yang dibawakan oleh Kak Khodijah.
“Raisa,” panggil Kayla. Raisa pun menoleh. “Aku baru pertama kali liat kakakmu.”
“Iyalah. Jangankan melihat, kayaknya aku juga nggak pernah ngebahas tentang dia.”
“Umur berapa dia?”
“Kalau umur, dia 25 tahun.”
“25 tahun? Tua sekali. Sudah menikah atau belum?”
“Belum.”
“Terus dia masih tinggal di sini?”
“Tahu tuh. Awalnya sih, pas kuliah dia nggak tinggal di sini. Tapi setelah selesai kuliah, dia malah balik lagi. Padahal aku kira aku gak akan ketemu dia lagi setelah dia pergi dari rumah. Eh, tapi ternya dia balik lagi. Cuma beberapa tahun doang.”
“Oh, gitu.” Lalu Kayla melihat jam di dinding. “Udah jam 10. Kita tidur yuk?” ajaknya, yang sudah mengantuk.
“Memang kamu sudah mengantuk?” tanya Raisa.
“Lumayan.” jawab Kayla.
“Ya sudah. Tapi kita harus bersih-bersih dulu. Kau mau kamar mandi duluan?” tanya Raisa sambil berdiri.
“Kamu saja duluan.” jawab Kayla. Raisa yang sedang berjalan menuju pintu, berkata, “Oke.” lalu dia meninggalkan Kayla. Kayla yang sendiri dan bosan, membuka handponenya. Saat melihat handphonenya, dia tiba-tiba teringat si kucing hitam itu. “Ngomong-ngomong, bagaimana ya keadaannya dia di luar? Aku cek aja deh dulu.” katanya di dalam hati, sambil berdiri dan berjalan keluar keluar. Saat menuruni tangga, dia berpapasan dengan Kak Khodijah. “Kamu mau ke mana?” tanyanya. “Mau ke halaman belakang melihat- Oh ya, kucing saya bagaimana keadaannya?” jawab Kayla.
“Oh, dia baik-baik saja kok. Aku baru saya memberikan dia makanan. Tapi ngomong-ngomong, dia suka makan apa ya? Aku baru saja memberikan dia makanan kucing yang biasa aku kasih ke kucing sekitar rumah, tapi nggak dimakan. Aku kira karena dia masih kecil, jadi aku coba kasih makanan kucing yang basah. Tetapi dia juga nggak memakannya. Dia makan apa sih sebenarnya?”
“Aku sih tidak tahu.”
“Loh, selama itu dia di rumahmu bagaimana?”
“Makan apa aja habis kok.”
“Kalau makan kucing?”
“Aku belum pernah memberikan dia makanan kucing.”
“Lah, lalu selamat makan apa dong?”
“Aku baru kemarin membawanya ke rumah. Selama ini, aku cuma memberikannya apa saja yang ada di rumah. Seperti ayam goreng, atau ikan.”
“Habis?” tanya Kak Khodijah.
“Sepertinya sih habis. Karena aku tidak melihatnya secara langsung, tapi tempat makannya selalu kosong saat aku ingin memberikan dia makan lagi.”
“Begitu ya? Mungkin kita tunggu saja. Mungkin dia akan memakannya nanti.”
“Ya, mungkin. Terima kasih ya sudah memberikan dia makan.”
“Tentu. Ya sudah, aku mau naik dulu.”
“Iya.” Lalu Kak Khodijah meninggalkan Kayla.
Sampailah Kayla di depan pintu halaman belakang rumah Raisa. Pintu antara rumah Raisa dengan halaman belakangnya, bukanlah pintu kayu, tapi pintu kaca. Jadi Kayla yang berada di dalam, bisa melihat keluar. Dari dalam, dia tidak bisa melihat kucing hitamnya di manapun.
“Loh, di mana si kucing hitam itu?” tanyanya di dalam hati, sambil memicingkan matanya. “Apa jangan-jangan dia kabur?” Kayla menjadi panik. Dia segera membuka pintu dan mencari kucingnya di luar. “Kucing, kucing!” panggilnya, sambil mencoba mencari ke kanan dan ke kiri. “Aduh, ke mana dia? Masa iya dia hilang begitu saja?” Kayla mencoba mencarinya di semak-semak. Saat dia sedang sibuk dan tidak terlalu memperhatikan belakangnya, Raisa di dalam rumah memanggilnya. “Kayla, kau ngapain di sana?” tanyanya. Kayla terkejut dan menoleh kebelakang. Dia bernapas lega karena ternyata itu hanyalah Raisa. “Oh, ternyata kamu. Kukirain siapa.” “Maksudnya apa?” tanya Raisa dengan nada ditegaskan.
“Nggak, nggak, tidak ada apa-apa.”
“Ngomong-ngomong, kamu ngapain di situ?” tanya Raisa.
“Aku lagi nyari si kucing hitam. Kok nggak ada ya?” tanya Kayla pada dirinya sendiri.
“Masa dia hilang begitu saja?” tanya Raisa.
“Gak tau nih.” jawab Kayla.
“Sudahlah, kita cari besok saja. Ayo masuk, bersih-bersih, dan tidur. Ibuku sudah menyuruh tidur.” ajak Raisa. Kayla menghela nafas. “Ya sudahlah. Akan aku lanjutkan besok saja.” Kayla pun menyerah dan masuk ke dalam rumah, membersikan dirinya, dan segera bersiap-siap untuk tidur.
145Please respect copyright.PENANAwpBdsl9nw6
Untuk malam ini, Kayla dan Raisa tidur di kamar tamu di rumah Raisa. Di kamr tamu tersebut, ada dua kasur yang satu digunakan untuk Raisa dan Kayla. “Ahhh, enak banget ya menginap di rumah kamu. Aku jadi bisa tidur di kasur yang empuk ini.” kata Kayla yang sedang berguling-guling di atas kasur dan sesekali memeluk bantal.
“Maksudnya apa coba?” tanya Raisa.
“Kalau kamu menginap di rumahku kan kamu tidurnya di lantai. Paling cuma pake selimut dua lapis. Sedangkan kalau aku menginap di rumah kamu, aku dapat tidur di kasur empuk melebihi kasur di rumahku.” kata Kayla.
“Sudah ah, kita tidur yuk.” aja Raisa yang sedang berada di sebelah pintu dan ingin mematikan saklar lampu.
“Oke.” jawab Kayla, lalu Raisa matikan lampunya dan tidak membutuhkan waktu yang lama, Raisa langsung tetidur, sementara Kayla masih belum tidur dan masih bengong sambil melihat atap.“Raisa!” panggilnya dengan suara di pelankan. Namun, kita tidak menjawab, malah terdengar suara ngoroknya. “Aduh, gila tidurnya cepat banget ya.” kata Raisa di dalam hati. “Ya sudahlah, Aku juga lebih baik tidur. ” Kayla memejamkan matanya. Akhirnya, setelah beberapa waktu, barulah Kayla merasa nyaman dan perlahan-lahan tertidur.
ns 15.158.61.55da2