Jam menunjukkan pukul 12: 33. Pada jam itu, Kayla tiba-tiba terbangun. Kayla duduk di kasurnya sambil melihat jam di handphonenya.
“Aduh, aku mau pipis nih.” katanya dalam hati, lalu ia melihat arah Raisa. “Yahhh, dia tidur. Ya sudahlah, aku sendiri saja.” lalu, karena sudah tidak tahan lagi, Kayla segera bangun dan bergegas keluar. Si luar kamar, lorong gelap. Semua lampu sudah dimatikan. Kayla menengok ke kanan, kiri, mencoba mencari sakelar lampu. Tapi karena terlalu gelap, ia tidak menemukannya.
“Eh, ya sudahlah. Aku sudah kebelet nih. Nanti saja mencarinya. Urusan ini saja yang harus diselesaikan.” Kayla bergegas ke pergi kamar mandi yang berada di lantai dua yang berada di sebelah tangga. Namun, saat dilihat, ternyata di dalam kamar mandi ada orang lihat. Dari luar, Kayla bisa melihat lampu kamar mandi masih menyala.
“Yaelah, pada orang lagi. Ya sudah, aku ke bawah saja.” Kayla memutuskan untuk pergi ke kamar mandi di bawah yang melewati tangga dan lorong yang gelap. “Aduh, gelap banget sih.” katanya di dalam hati. Kayla mulai bergetar, apalagi saat mengingat kejadian kemarin. Namun, Kayla berusaha tidak memikirkannya dan tetap berfikir positif. Kayla sampai kamar mandi dan segera masuk. Setelah selesai, Kayla keluar dari kamar mandi.
“Ah, leganya. Sekarang waktunya tidur kembali.” Kayla memutuskan untuk kembali ke kamar. Tapi karena keadaan lorong yang gelap, membuatnya susah melihat ke mana-mana. Saat Kayla sedang mencoba mencari tanggal di lorong yang gelap, dia melihat ada satu ruangan yang lampunya masih menyala dan pintunya agak terbuka sedikit.
“Loh, kenapa pintu kamar itu satu-satunya yang masih menyala? Apakah ada orang di dalamnya?” tanya dalam hati. Kamar yang dimaksud oleh Kayla, bersebelahan dengan pintu keluar halaman belakang. Dari kamar tersebut, tiba-tiba terdengar suara piano.
“Hah? Ada yang main piano malam-malam? Siapa ya? Apa jangan-jangan kakaknya Raisa?” Suara piano yang begitu Indah dan lembut, membuat Kayla terpukau mendengarnya. “Wow. Siapa pun itu memainkanya, pasti sangat handal.” Kerena penasaran, Kayla pun mencoba melihat siapa yang memainkan alat musik piano tersebut. Pelan-pelan, Kayla mendekati pintu itu dan mengintip dari celah pintu. Dilihatnya sebuah perempuan memakai baju putih panjang yang menutupi semua bagian tubuhnya, termasuk kakinya. Rambutnya hitam lurus dan terlihat lembut. “Siapa itu? Dari postur tubuhnya, sepertinya bukan kakak Raisa.” kata Kayla di dalam hati, sambil mencoba melihatnya lebih dekat. Tapi karena tidak hati-hati, Kayla menabrak sesuatu di lantai dan membuat suara yang cukup keras. Hal itu membuat membuat orang yang berada di dalam kamar, berhenti memainkan musiknya. Kayla tahu dirinya ketahuan, tidak bisa terus-terusan bersembunyi. Dia membuka pintu itu lalu berkata, “Eh, maaf. Aku bukan bermaksud mengintip. Aku hanya penasaran apa yang kau mainkan di situ.” Namun, perempuan itu tidak menjawab. “Halo!” Kayla mencoba mendapatkan perhatiannya. Tapi saat Kayla terus mendekat, tiba-tiba lampu kamar tersebut mati.
“Loh, ada apa ini?” tanya Kayla. Karena keadaan gelap, dia hanya mendengar suara angin. Namun, dari belakangnya terdengar suara pintu didobrak. Kayla terkejut dan melihat ke belakang. Tapi karena ruangan tersebut gelap, ia tak bisa melihat apapun. “A-apa yang terjadi?” tanya Kayla mulai ketakutan. Kayla mencoba meraba-raba di mana pintunya. Berkali-kali Kayla gagal. Tapi setelah ketemu, Kayla langsung merasa senang.
“Nah, ini dia pintunya. Akhirnya ketemu juga.” Dia membuka pintu menggunakan gagang tersebut. Tapi beberapa kali didobrak pun tetap tidak bisa.
“Halo, yang di luar, bisa tolong bukakan pintu!” teriak Kayla dari dalam. Namun, tidak ada hasil. Dari arah belakang suara piano itu kembali terdengar lagi. Kayla yang kaget, menoleh. Entah dari mana, sebuah cahaya menerangi si pemain piano itu dengan pianonya. Kayla mulai gemetaran. Kayla yang ketakutan, mundur selangkah, dua langkah, sampai akhirnya terpojok. Kayla mencoba mengetuk-ngetuk pintu dan mencoba mendapatkan perhatian orang dari luar. Tapi tetap saja tidak ada hasilnya. Kayla ketakutan, apalagi saat orang yang memainkan piano itu berdiri dan perlahan-lahan menolehkan kepalanya ke belakang. Kaki Kayla mati rasa dan begitu juga tubuhnya saat melihat orang bermain piano itu tidak memiliki wajah. Tidak ada mata, telinga, hidung, mulut. Mukanya datar. Kayla berteriak kencang. Perempuan itu perlahan-lahan mendekatinya, setelah itu berlari dengan cepat mendekati Kayla. Barulah saat perempuan tanpa wajah itu sudah sangat dekat dengan Kayla, pintu bisa kembali terbuka. Kayla segera membuka pintunya dan keluar. Dia membanting pintunya lalu menutupnya. Kayla berhasil selamat dari perempuan itu. Perempuan yang di dalam mencoba untuk keluar. Ia mendobrak-dobrak pintu dan mencoba membukanya. Kayla menghalangi dia dari luar dengan jantungnya berdetak kencang dan tenaganya yang terkuras habis. Walaupun dengan keadaan begitu, Kayla masih mencoba untuk menghalangi perempuan untuk keluar. Setelah cukup lama, akhirnya perempuan di dalam berhenti mendobrak. Kayla bisa bernafas lega. Dia segera memutuskan untuk berlari ke kamarnya dan tidak akan mampir ke mana-mana lagi. Kayla perlahan-lahan melepaskan tangannya yang memegang gagang pintu. Dari arah kanan, dari arah pintu halaman belakang, ada sebuah cahaya kecil di luar. Cahaya itu berbentuk hewan. Kayla terkejut. Dia tidak mencoba mengetahui apa itu dan langsung berlari. Matanya tertutup karena ketakutan. Bahkan dia tidak berani melihat ke depan. Tapi karena tidak ingin salah mengambil jalan atau tertabrak sesuatu di depan, Kayla sekali membuka matanya untuk melihat arah. Ternyata, bayangan putih kecil berwujud binatang itu, sudah di depannya dan memblokir tangga. Kayla mencoba untuk berbalik arah, tapi ternyata perempuan tidak berwajah itu sudah berada di belakang. Kayla benar-benar terjebak. Tubuhnya menjadi lemas dan jantungnya berdebar sangat kencang. Karena itulah ia pingsan.
ns 15.158.61.55da2