Setelah satu setengah jam mencari-cari petunjuk, semua polisi berkumpul di garasi rumah Raisa. Sedangkan Kayla sudah dibawa oleh polisi lain ke kantor polisi dan empat anggota keluarga Raisa yang lain sudah dibawa ke rumah sakit. Atasan mereka, Pak Ridwan, memimpin pembicaraan tersebut. “Jadi bagaimana, hasil dari penyelidikan kalian?” tanyanya kepada rekan-rekannya. Karena Pak Ridwan baru saja datang, dia tidak sempat mengecek ke dalam dan hanya bisa mengandalkan rekan-rekannya dan bawahannya untuk memberi tahukan dia apa yang terjadi.
“Yang bisa saya simpulkan adalah pembunuhan yang dilakukan tersangka bukanlah dengan cara ditikam seperti kata orang-orang yang melihatnya.” jawab salah satu polisi.
“Dengan cara apa dong apa?” tanya Pak Ridwan.
“Itu adalah bekas dicakar.” jawab Abdul.
“Dicakar manusia?” tanya Pak Ridwan.
“Sepertinya bukan manusia yang mengakibatnya.” jawab Abdur.
“Bagaimana bisa bukan manusia yang melakukannya? Atau pertanyaan lebih tepatnya, apa yang mengakibatkan? tanya Pak Ridwan.
“Kalau dilihat, ini sepertinya bekas cakaran hewan.” jawab Pak Adi.
“Hewan? Hewan apa lebih tepatnya?” tanya Pak Ridwan.
“Dari cakaran yang sebesar itu sepertinya hewan Buas seperti anjing.” jawab Pak Adi.
“Anjing? Tapi bukannya korban tidak memiliki anjing? Dan kalau tidak salah, mereka memiliki kucing.” tanya Pak Ridwan.
“Iya, itu benar. Tapi tidak mungkin cakaran sebesar itu diakibatkan oleh kucing, dan tidak mungkin hewan buas seperti harimaum atau singa, karena tidak mungkin masuk ke dalam perumahan yang banyak orang, jadi satu-satunya yang bisa kalian simpulkan yang melakukan ini adalah anjing.” jelas Abdur.
“Iya, Abdur memang benar pak.” kata Pak Adi.
“Berarti orang itu bukanlah tersangkanya?” tanya Raffi, salah satu rekan yang lain. Ditambah, teman Abdur.
“Itu masih belum bisa dipastikan. Kalaupun memang benar anjing yang melakukannya, tidak mungkin dia melakukannya atas kemauannya sendiri. Pasti ada orang dibaliknya yang menyuruhnya untuk melakukan pembunuhan tersebut. Bisa jadi perempuan itulah yang menyururnya.” jelas Abdur.
“Begitu ya.” Raffi mengangguk-angguk.
“Lalu ada lagi kah yang perlu saya tahu?” tanya Pak Ridwan.
“Satu lagi. Dari bekas cakarannya, sepertinya kejadiannya berlangsung tengah malam, sekitar 12.00 sampai 01.00 dan langsung pada tempatnya.” jawab Pak Adi.
“Berarti orang yang melihat tersangka menikam korban itu salah?” tanya salah satu polisi.
“Karena buktinya sudah jelas, jadi memang sepertinya yang dilihat orang itu salah.” jawab Abdur.
“Lalu apa yang sebenarnya yang dilihat oleh orang itu?”
“Saya masih belum tahu.” jawab Abdur.
“Kalau begitu, kita harus bertanya kepada orangnya langsung. Nanti saya akan bertanya kepadanya langsung. Baiklah, kalau begitu, apakah masih ada lagi?” tanya Pak Ridwan.
“Masih ada Pak. Tapi ini hanya perkiraan saya saja sesuai kata kalian tadi .” jawab Raffi. Raffi memang bukanlah tipe polisi yang pintar saat mencari bukti. Tapi dia pintar dalam memperkirakan apa yang terjadi dan beberapa perkiraannya itu benar.
“Tidak apa-apa. Akan saya dengarkan.” kata Pak Ridwan.
“Perkiraan saya, korban yang sedang mandi, tiba-tiba kedatangan anjing beserta pelakunya dan mereka tiba-tiba mendobrak masuk ke dalam, lalu menguncinya agar korban tidak bisa keluar. Lalu menyuruh mencakar-cakar korban.” jelas Pak Adi.
“Tapi menurutku, ada satu hal yang kurang meyakinkan dalam perkiraanmu itu, dan aku yakin semua juga tahu.” kata Pak Adi.
“Apa itu?” tanya Raffi.
“Pintu kamar mandi bukan didobrak karena gagang pintu masih terlihat baik-baik saja.” jawab Pak Adi.
“Lalu dia masuk dari mana?” tanya Raffi.
“Kami juga tidak tahu dan di dalam kamar mandi tidak ada jendela ataupun celah apapun yang memungkinkan pelaku bisa masuk.” jawab Pak Adi.
“Mungkin aku punya.” kata Abdur.
“Apa itu?” tanya Pak Ridwan.
“Jika dilihat dari bekas lukanya, tidak ada tanda perlawanan. Menurutku, tidak mungkin korban menyerah begitu saja saat tahu akan dibunuh.” jelas Abdur.
“Jadi apa maksudmu, Abdur?” tanya Pak Ridwan.
“Yang bisa saya pastikan, pelakunya membuat korban pingsan duh, lalu mencakar-cakar tubuhnya sampai berdarah. Lalu menurut saya, kenapa gagang pintu kamar mandi yang rusak karena pelaku sudah membuat pingsan korbanya di luar kamar mandi, lalu baru membawanya ke kamar mandi dan melakukan pemubunahnya di sana. Menurut saya, alasanya agar tidak ada yang mencurigainya atau melihatnya saat proses pembunuhan.” jelas Abdur.
“Lalu kamu tahu apa yang mengakibatkan korbanya pingsan?”
“Kalau dilihat sih sepertinya bukan obat-obatan yang diminum. Tapi obat bius.” jawab Abdur.
“Begitu ya?” Pak Ridwan mengeluh-elus dahinya sambil berfikir.
“Tapi dari semua itu, masih ada satu teori yang menurut saya janjil.” kata Abdur. “Apa itu?” tanya pak Ridwan.
“Kalau memang iya yang mencakar tubuh korban adalah anjing, dari mana dia masuk? Karena setelah saya menyelidiki berulang kali, tidak ada bekas atau jejak apapun. Tidak ada bekas bulu anjingnya, jejak kaki, atau bahkan bau.” jelas Abdur.
“Adi, apakah memang benar tidak ada bukti apapun kalau ada anjingnya masuk ke dalam rumah?” tanya pak Ridwan.
“Benar pak. Memang tidak ada. Kami semua juga tidak menemukannya.” jawab Pak Adi.
“Pak, kalau boleh, bisakah saya yang ikut menginterview si orang yang yang berkata bahwa dia melihat pelaku menikam korban.” pinta Abdur kepada Pak Ridwan.
“Boleh. Tapi jika saya boleh tahu, apa yang ingin kau tanyakan kepada orang itu?” tanya Pak Ridwan.
“Saya ingin bertanya apakah yang dilihat itu benar dan pertanyaan lainnya. Karena bukannya saya menuduhnya salah, tapi saya hanya ingin tau apa yang dilihat pada malam itu dan apakah ada orang lain yang melihatnya untuk menjadi bukti kalau memang apa yang dilihat itu benar. Karena seperti semua teori yang kita berikan, apa yang dilihatnya ternyata salah.” jelas Abdur.
“Itu memang benar. Kemarin saja orang yang melaporkannya terdengar tergesa-gesa dan memberikan informasi yang tidak terlalu rinci.” kata pak Adi.
“Baiklah, kau boleh ikut.” jawab Pak Ridwan.
“Terima kasih banyak pak.” kata Abdur.
“Kalau begitu, sebagai kita cepat. Saya dan Abdur akan menginterview orang itu. Kalian yang lain amankan tempat ini. Lalu segera balik ke kantor. Kita akan adakan rapat soal kasus ini.” perintah dari Pak Ridwan.
“Baik pak.” jawab seluruh anggota polisi yang ada di situ.
ns 15.158.61.55da2