Aku terus saja melumat bibirnya meski ibuku diam saja. Aku pun mulai memainkan lidahku dengan menyusupkannya ke dalam rongga mulutnya. Dan cara itu pun berhasil. Perlahan, ibuku mulai membalas ciumanku. Semakin lama ciuman ibuku makin panas. Bahkan ia menekan kepalaku agar teyap berciuman.
"Mmmhh...nggg....mmmhhh..." lenguhnya dengan nafas yang memburu.
Jujur. Tak pernah seumur hidupku, diriku mencium seorang wanita. Pacar saja aku tak punya karena aku dulu amat kuper dalam hal percintaan dan wanita. Tapi siapa sangka. Kini malah ibuku sendiri yang menjadi ciuman pertamaku.
Selama 5 menit, kami terus saling menautkan lidah dan bertukar ludah. Lenguhan demi lenguhan juga kerap kali terdengar dari mulut kami. Nafas kami saling memburu, menerpa wajah kami masing-masing.
Dengan begitu binal kami saling melumat bibir. Aku tak menyangka, ibuku sungguh mahir sekali dalam hal berciuman. Ah iya, betapa bodohnya diriku, ia sudah hidup selama 45 tahun. Pasti pengalamannya sudah matang. Sehingga kini ia yang mengambil alih kendali ciuman. Berulang kali ia menyedot bahkan menggigit kecil lidahku dengan gemas.
"Bu kita pindah kamar aja yuk," ajakku setelah melepaskan ciumannya.
"Yuk tapi kunci dulu pintu depan ya," balas ibuku.
Aku berlari menuju pintu depan dan mengunci pintunya. Seusai mengunci pintu depan, aku segera melangkah menuju kamar ibuku. Memasuki kamar, terlihat ibuku yang tengah membersihkan kasur, tempat kami "bertempur" nanti.
Menyadari aku sudah berada di kamarnya, ibuku pun bertanya, "gimana udah dikunci belum pintunya?"
"Sudah bu," jawabku sambil menutup pintu kamar ibuku.
"Ya sudah. Duduk situ dulu Ton."
Aku pun menuruti perintah ibuku untuk duduk di tepi ranjang. Begitu aku duduk, ibu berdiri tepat di hadapanku. Bak penari striptis, ibu mulai melucuti satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya. Hingga menyisakan BH dan celana dalamnya saja.
Berulang kali aku menelan ludah melihat kemolekan tubuh ibuku sendiri. Meski terdapat lipatan lemak pada pinggang dan perutnya, tapi buatku itu tak mengurangi kemolekan tubuh ibuku.
Tak lama berselang, ibu mengarahkan kedua tangannya ke belakang untuk meraih kaitan BHnya. Hanya dengan sekali klik BH itu pun terlepas lalu melemparnya ke lantai. Menumpahkan isinya yang berupa sepasang bukit kembar dengan ujungnya yang berwarna coklat gelap. Ia juga membungkuk untuk melepaskan satu-satunya pakaian yang tersisa yaitu celana dalam.
Kini ibuku sudah telanjang bulat dihadapanku. Aku sampai melongo dan tak berkedip sama sekali melihat tubuh ibuku. Kuperhatikan mulai dari atas sampai ke bawah memang begitu menggoda. Mungkin itulah yang dinamakan "Real Woman's Body".
Sadar diperhatikan sebegitu detailnya, ibuku langsung berkata, "Kedip Ton..sampe segitunya ngeliatin ibu.."
"Eh...ng..ngga kok Bu. Bodi ibu masih bagus banget ngga kalah sama cewe sekarang,"
"Halah gombal aja kamu Ton,"
"A..A..Anton boleh nyusu nggak Bu?"
"Mau nyusu? Boleh, nih,"
Ibuku langsung menyodorkan salah satu payudaranya padaku. Tanpa babibu lagi, langsung saja kucaplok ujung yang seukuran ruas ujung jari kelingking itu.
'Sluurpp..cupp..cup..slurrrpp'
"Aaah...pelan sayang..mmmhh.." lenguhnya ketika kuhisap putingnya kuat-kuat.
"Enak banget susunya ibu. Tapi sayang ngga keluar airnya," kataku seusai melepas hisapanku.
"Ya kan ibu udah ngga hamil. Makanya hamilin dong biar keluar airnya," ujarnya sambil terkikik.
Mulutku tak berhenti mengerjai payudara ibuku secara bergantian kiri dan kanan. Tanganku yang satunya lagi juga tak mau diam dengan meremas-remas payudaranya dan terkadang memilin-milin putingnya. Ibu berulang kali membelai kepalaku. Terkadang ia juga sedikit menekan kepalaku agar terus mengerjai payudaranya.
Puas dengan payudaranya, bibirku mulai bergerilya menciumi setiap bagian tubuh atasnya. Mulai dari leher, belahan dada, perut, hingga sampailah ke bagian bawahnya. Yaitu selangkangannya.
"Auuuuhh.. ssshh..." lenguhnya.
"Kenapa Bu?" Aku terkejut karena tiba-tiba tubuh ibuku tersentak ketika bibirku sampai di selangkangannya.
"Ngga apa-apa Ton..ibu cuma kegelian," sahutnya.
"Ooo..ku kira kenapa. Ibu rebahan gih. Anton pengen liat memeknya," perintahku sambil menukar posisinya dengan menaiki kasur.
Diatas kasur ibu langsung merebahkan tubuhnya. Dan tanpa kuperintah lagi, ia langsung membuka lebar kedua kakinya hingga ia mengangkang dalam posisi M.
Untuk sekian detik, aku begitu mengagumi keindahan liang tempat aku dilahirkan dulu. Bentukannya terlihat begitu rapat meski terdapat jengger kecil di kedua bibirnya. Sejumput bulu tebal hitam nan keriting tumbuh diatasnya. Dan aromanya yang khas menguar merasuk ke hidungku.
"Kenapa diliatin gitu Ton? Punya ibu jelek ya?" tanya ibuku tiba-tiba.
"Ooh..ngga kok bu. Punya ibu bagus kok. Anton cuman pengen liat dari deket aja," jawabku.
"Anton jilat ya Bu," kataku meminta izin.
"Iya nak.. jilatin aja,"
'Slurpp..slurrp..slurrp..'
Ibu tersentak ketika ujung lidahku menyentuh kulit vaginanya. Rasanya begitu asin dan kecut yang bercampur menjadi satu di lidahku. Mungkin karena cairan vagina ibuku yang mulai mengalir keluar.
Ibuku tak berhenti mendesis dan menggeliatkan badannya, ketika aku makin gencar mengerjai liang peranakannya. Tak hanya dengan menjilatinya saja, aku juga menyucukkan lidahku ke bagian dalamnya yang berwarna pink serta menggigit-gigit kecil jenggernya itu dengan begitu gemas.
"Uuuuuhh...ssshh...geli Tooon...iyaa gitu terusss..." racau ibuku.
"Enak ya Bu?" tanyaku ketika berhenti sejenak.
"Iyaah...enaak..terussiinn Tonn...jangaan berhenttii..." jawab Ibuku sambil kembali menarik kepalaku agar tak berhenti.
Tak hanya dengan lidah dan bibirku, kini jari tanganku juga ikut mengerjai liang senggamanya dengan menyodok liang senggamanya.
'Clehcckk...clecchkk..cleechhk...'
Dua jariku tak berhenti keluar masuk dengan begitu leluasa. Suara kecipak antara cairan kewanitaan dengan jariku terdengar begitu erotis di telingaku. Sensasinya yang begitu hangat serta lengket membuatku tak bisa berhenti menyodokkan jariku ke dalam sana.
Rangsangan bertubi-tubi hang kulakukan pada ibuku membuatnya tak berhenti meracau. Tubuhnya terus menggeliat bak cacing kepanasan. Hingga sejurus kemudian tangannya menekan kepalaku lebih dalam lagi dan kedua pahanya langsung mengapit leherku.
"Toooonn..ibu maau nyampee Tooonn...terusss..terusss..."
Aku tak mempedulikan racauan ibuku yang makin tak karuan. Aku terus melakukan rangsangan ke kemaluan pada ibuku dengan jari dan lidahku. Secara intens aku menyerang kemaluannya itu dengan terus menyodokkan kedua jari dan lidahku ke daging berwarna pink itu. Ibuku sendiri juga makin kencang mengapit leherku dengan kedua pahanya. Bahkan kini kedua kakinya naik ke atas pundakku serta menarik dan mengunci leherku.
Hingga tak lama kemudian...
"AAAKKHH...IBU..KELUAARR TOOOONNN...AAAAAAKKKHH..."
'Seeerrr..seeerr...seerrr..'
Bisa kurasakan tubuh ibu mengejang beberapa kali. Diiringi dengan cairan orgame miliknya yang keluar begitu deras membasahi bibir dan sebagian wajahku. Rasanya begitu manis dan asin di lidahku. Tapu tanpa rasa jijik, kusesap habis cairan bak orang yang kehausan.
Tak selang lama setelah ibuku menuntaskan orgasme yang melanda dirinya. Kuncian di kakinya perlahan mengendur, hingga kedua kaki ibuku menjuntai lemas.
Puas menyesap cairan orgasme milik ibuku, aku pun bangkit lalu menindih tubuh ibuku yang masih terkulai lemas. Matanya masih terpejam dan wajahnya basah oleh keringat. Nafasnya juga terengah-engah bak pelari maraton. Aku mengecup pelan kening dan pipinya yang membuat matanya yang tadinya terpejam kini terbuka.
"Gimana Bu? Enak?" tanyaku setelah ibuku membuka matanya.
"Huuh..ibu belum pernah ngerasain dijilat kayak gitu Ton. Ayahmu aja nggak pernah njilatin punya ibu. Jijik bilangnya," jawabnya membandingkan.
"Ya tiap-tiap orang kan kesenengannya beda. Ada yang langsung main, ada juga yang main pemanasan dulu," kataku.
"Eh ngomong-ngomong kamu belajar jilat-jilatin kayak gitu tadi dari mana?"
"Hehehe...dari video bokep Bu," jawabku cengengesan.
"Ih nakal kamu ya. Sekarang ibunya sendiri dibuat praktek," katanya sambil membetot hidungku.
Yah, terkadang aku menonton bokep di kala aku sedang seorang diri di kamar. Tentunya aku menonton video esek-esek itu tanpa sepengetahuan ayah dan ibuku. . Dari bokep itulah aku mengenal keindahan tubuh seorang wanita. Dari video bokep itulah aku mengenal bagaimana cara melampiaskan hasratku yang menggebu-gebu dengan beronani. Bisa saja aku menyewa seorang PSK. Tapi aku tak ingin mengalami "salah jajan" seperti yang dialami oleh teman-temanku.
"Mau lanjut nggak Bu?" tanyaku pada ibuku.
"Ayok. Ibu udah ngga sabar pengen ngerasain kontol gedemu," jawabnya semangat.
Buru-buru aku mengarahkan kepala kejantananku tepat di lubang vagina ibuku yang sudah menganga dan memerah. Ibu pun membantuku dengan meraih batang penisku lalu mencolek-colekkan ujungnya tepat di pintu liang senggama miliknya.
Dengan perlahan aku mendorong pinggulku hingga ujung penisku mulai menyeruak masuk ke dalam liang milik ibukku. Ibuku juga membantuku dengan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan lalu memajukannya perlahan-lahan.
Begitu kepala penisku, berhasil masuk, kemudian ibuku berkata, "sekarang dorong pinggulmu Ton..."
Aku mulai mendesakkan penisku perlahan-lahan. Meski hanya masuk setengahnya saja, tapi aku sudah bisa merasakan sesuatu memijat kejantananku di dalam sana. Rasanya begitu ngilu tapi entah kenapa aku begitu menikmatinya.
"Bu..kayaknya mentok deh.." desisku ketika aku merasakan sesuatu menghalangi penisku.
"Belum sayang...ayo terus..dorong lagi yang kuat" balas ibuku. Ia pun kembali melingkarkan kakinya ke pinggangku lalu mendorong pinggulku dengan kakinya itu
Aku kembali mencoba mendorong penisku sesuai dengan arahan ibuku. Hingga tak lama berselang. . .
'BLESSSS..'
"Uwooooohh...sayaaaaangg....mentok sayaang..menttooookkk.."
Lolongan panjang keluar dari mulut ibuku saat penisku berhasil menyeruak masuk ke liang kemaluan ibuku. Rasanya begitu susah kuungkapkan. Berbeda ketika hanya masuk setengahnya saja, kali ini sensasi ngilu bercampur nikmatnya lebih terasa. Seolah-olah penisku diremat-remat di dalam sana.
Ketika kutengok sejenak, ternyata penisku hanya masuk 3/4nya saja. Menyisakan sedikit pangkal dari penisku. Aku mencoba mendorong pinggulku, agar penisku lebih mentok lagi. Tapi yang ada ibuku malah mengaduh.
"Aduduuh.. sakit sayaang...jangan didorong lagi. Sudah mentok.." kata ibuku.
"Maaf Bu..heheh..kukira bisa mentok lagi..", balasku sambil cengngesan.
"Jangan Ton..udah mentok. Jangan digerakkin dulu ya Ton..punya ibu masih ngilu," kata ibuku lagi. Kuturuti saja kata ibuku tadi karena aku juga masih ingin menikmati kedutan-kedutan manja serta pijatan dari liang kemaluan ibuku.
Beberapa menit berselang, sensasi pijatan dan keduatan didalam sana mulai mereda. Aku menilai ini adalah kesempatanku untuk mulai mengayunkan pinggulku. Dengan tempo yang pelan, aku mulai mengayunkan pinggulku. Maju. Mundur. Maju Mundur. Seolah ketika kutarik penisku keluar, liang vagina ibuku menyedotnya kembali.
Kulakukan gerakan itu secara terus menerus. Sembari menaikkan tempo gerakan pinggulku. Tak butuh waktu lama bagi penisku untuk keluar masuk di liang senggama ibuku. Sisa cairan orgasme dan pelumas alaminya yang mulai mengalir deras membuat penisku kekuar masuk dengan leluasa. Suara kecipak becek serta benturan alat kelamin kami berdua bagaikan musik merdu yang menambah keerotisan persetubuhan kami malam ini.
'PLOOK..PLOK..PLOKK.'
"Uuuuhh ibuuu..memek ibuu enak bangeeet...legiiitt...uuuhh.." lenguhku sembari terengah ketika sedang memompa liang senggama ibuku.
"Iyaa naakk..kontolmu juga enaak sayangg...enak banget sayaang...teruss sayaang..genjot memek ibumu ini..." racaunya tak karuan.
Saking keenakannya, pinggulnya kini ikut bergerak menyambut setiap genjotan yang kulakukan.
Entah apa yang ada dipikiranku saat ini sampai-sampai aku memiliki niatan untuk mengawini ibuku sendiri. Semakin lama aku melakukan ayunan di pinggulku, semakin aku lupa bahwa wanita di hadapanku ini adalah ibu kandungku. Orang yang melahirkanku ke dunia ini.
Jujur, jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku begitu menyesal. Aku menjadi orang paling hina, orang yang paling dinistakan karena dengan sadar aku merayu dan mengawini ibuku sendiri. Tapi aku berpikir, aku melakukan ini untuk kebahagiaan ibuku. Ia berhak bahagia. Ia juga berhak merasakan betapa nikmatnya berhubungan seks setelah beberapa tahun tak terjamah kejantanan seorang lelaki.
Biarlah dosa ini aku tanggung. Yang penting malam ini dan seterusnya, aku bisa memberikan kebahagiaan ini kepada ibuku. Aku begitu terhanyut oleh perasaan haru yang bercampur dengan kenikmatan hubungan seks ini. Hingga aku pun mulai melumat bibir ibuku yang menganga di setiap ayunan pinggulku. Ibuku juga membalas ciumanku dengan begitu hangat dan dengan nafas yang terengah-engah.
Sembari mengayunkan pinggulku, kuturunkan ciumanku ke lehernya yang jenjang basah oleh keringat. Kujilati dan kusesap dengan begitu kuat, hingga meninggalkan bekas merah di lehernya.
Aku pun mendekatkan bibirku ke telinganya dan berbisik lirih, "Aku menyayangimu Bu.."
Spontan ibuku langsung membalas, "aku menyayangimu juga, sayang. Tumpahin semua benihmu. Ibu ingin hamil anakmu, nak.."
Mendengar bisikan pelan dari ibuku tadi seolah memberiku semangat untuk menggenjot kemaluanku dengan lebih cepat. Ibuku sendiri juga makin kelojotan disetiap gerakan pinggulku. Tubuhnya makin gedebak-gedebuk seiring dengan gerakan pinggulku yang makin cepat. Tangannya melingkar ke belakang kepalaku mengapit leherku hingga aku kesulitan bernafas. Tapi tak apa, akan kuikuti permainannya.
Ranjang kami berderit begitu kencang mengikuti gerakan kami yang makin tak karuan. Mungkin suara deritan ranjang serta racauan kami terdengar dari luar. Tapi biarlah, bodo amat. Paling mentok kami hanya akan diusir dari kampung ini.
"Toooonn..sayaaang...ibu maaau keluaaar lagiiii...genjott terusss naaak..ibu udah nggaaa tahaaann..." racau ibuku.
"Barengaaan bu...Antooonn juga mau keluaaarr.." balasku sambil mempercepat gerakan pinggulku.
"IBBUUU...ANTOONN KELUAAARR....!!"
'IBU JUGAAA NAAKK...AAAAAAKKKHH"
'CREETT..CREET..CRETT...CREET..'
Seketika tubuh ibu tekejang-kejang bersamaan dengan kemaluannya yang berkedut. Tubuhku juga ikut mengejang ketika mencapai puncak ejakulasiku. Penisku juga menyemburkan sperma yang cukup banyak ke rahim ibuku. Bersamaan dengan sensasi hangat karena cairan orgasme ibuku.
Untuk beberapa saat kami sama-sama menggelepar berusaha menuntaskan hasrat kami berdua. Hingga tak lama berselang, aku pun terkulai lemas diatas tubuh ibuku dan sama-sama bermandikan keringat.
Begitu penisku mulai menciut dari dalam sana, kucabut secara perlahan dari liang kemaluan ibuku. Sperma dan cairan orgasme ibuku langsung meluber keluar begitu penisku tercabut. Ibuku yang sudah terkulai lemas, membiarkan saja cairan itu meluber hingga sebagian menetes ke kasur.
"Bu..itu memeknya masih ada spermanya loh. Ngga dibersihin.?" tanyaku.
"Ngga usah lah. Ibu capek banget.. " jawab ibuku dengan enteng.
"Fuuuuuhh...baru kali ini ibu ngrasain enaknya ngentot. Puas banget rasanya," lanjut ibuku dengan nada yang lemah.
"Syukurlah deh kalo ibu puas. Kalo ibu pengen Anton siap kok. Langsung kita enak-enak lagi kayak gini," kataku sambil cengengesan dan juga nafas yang terengah-engah.
Ketika tenagaku mulai terkumpul, aku pun berpindah ke sebelah ibuku. Aku segera menarik tubuh ibuku agar masuk dalam pelukanku. Malam itu setelah persetubuhan terlarang, kami tidur dengan posisi saling berpelukan tanpa sehelai pun benang. Hanya selimut kain tipis yang jadi penutup tubuh kami berdua dari dinginnya udara malam.
-tamat-
ns 15.158.61.20da2