POV Aslam “Hiks hiks hiks hiks hiks huhuhu”. Mamaku masih terus menangis. “Ahh aku puas ma aku puas Ahhhh”. Kataku sambil mengeluh nikmat dalam posisi masih menindih tubuhnya dari atas. “Kamu jahat Aslam! Kamu udah perkosa mama kandungmu sendiri! huhuhu”. Marah mamaku. “Ini hukuman buat mama karena dulu udah selingkuh di belakang Papa!” Kataku dengan nada tinggi. “Dengerin mama dulu Aslam, Mama pengen jelasin dulu ke kamu biar paham”. Mamaku coba menjelaskan. “Kamu tahu kan dulu waktu di Bandung kita hidup susah. Nah untuk menutupi biaya hidup keluarga kita, Mama terpaksa pinjam uang ke Pak Raden buat nutupin kekurangan biaya keluarga kita”. “Kenapa Mama gak minta uang sama Papa? Kan Papa tentara masak gak ada uang?” Tanyaku pada Mama. “Gaji Papamu dulu gak sebesar sekarang nak. Papamu kan baru naik pangkat setelah pindah ke Jakarta”. Terang mamaku. “Terus kenapa harus pinjam sama Pak Raden, kenapa gak minjem sama sodara kita yang lain kayak Tante Mumtaz?” Tanyaku kritis. “Mama malu nak kalo pinjem uang terus sama sodara, lagian Tante Mumtaz juga udah sering ngasih pinjaman ke Mama dulu. Jawab mamaku. “Kenapa Mama mau ngelayanin nafsu mereka?” Tanyaku lagi. “Karena mereka ngancem kalo Mama gak ngelayanin Pak Raden sama anak buahnya, mereka bakalan lapor polisi atau yang lebih buruk lagi mereka bakal nyelakain kamu sama Kak Nadia hiks hiks hiks! Maafin Mama ya sayang, Mama bukan Ibu dan istri yang baik buat keluarga kita hiks hiks hiks!” Kata mamaku sambil menangis berurai air mata. Mendengar itu hatiku pun terenyuh dengan kondisi Mamaku. Ya walaupun tindakannya memang salah dan tidak bisa dibenarkan, namun dia melakukannya demi menyelamatkan keluarganya. Aku pun merasa bersalah dan meminta maaf padanya. “Ma, maafin aku ya. Aku gak nyangka mama ngelakuin ini demi nyelamatin aku sama Kak Nadia hiks hiks hiks hiks”. Kini gantian giliranku yang menangis padanya. “Mama udah maafin kamu kok sayang, Mama ngerti kamu sebenarnya anak baik cuma karena sifat pendendammu yang besar makanya kamu jadi marah sama Mama”. Kata mamaku sambil membelai pipiku yang berurai air mata. “Tapi ma, aku udah nodain Mama, aku udah ngebuang spermaku ke rahim Mama berkali-kali. Aku anak durhaka ma, anak durhaka”. “Udah sayang, gak usah merasa bersalah kayak gitu terus. Kan Mama udah maafin kamu. Sekarang kita tidur ya biar besok gak kesiangan”. Kata mamaku menenangkanku dan mengajakku untuk tidur. Akhirnya aku pun turun dari tubuh mamaku dan berbaring di sampingnya. Aku memeluk mama dari samping dan mama juga membalas pelukanku dengan erat. “Ma, aku sayang sama mama”. Kataku lirih. “Mama juga sayang sama kamu Aslam”. Kata mamaku sambil membelai rambutku. Tak berapa lama aku dan Mama pun tidur dan terlena di alam mimpi sampai menjelang pagi. Pagi harinya sekitar jam 5 aku pun bangun dari tidurku. Karena merasa ingin kencing aku lalu ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurku ini untuk menuntaskan hajatku. Setelah selesai kencing aku kembali ke ranjang dan kulihat mamaku masih tertidur pulas di sampingku. Oh dia sungguh cantik dan menggairahkan, tak terasa kontolku pun mengeras melihat pemandangan ini. “Lho Aslam, kamu udah bangun nak?” Tanya mamaku. “Iiiyyaa ma… Aku udah bangun dari tadi”. Ujarku gugup. “Eh eh itu kok tititmu bangun gitu sih”. Tanya mamaku sambil menatap nanar pada kontolku. “Eh anu Ma ini ini…” Kataku gugup. “Kamu nafsu ya liat Mama telanjang gini?” Tanya mamaku. “Eh ma hhhmmm…” “Udah bilang aja kamu nafsu, lagian semalam kamu udah setubuhin Mama sampe puas kan”. “Maaf ma”. “Sayang, kalo kamu kepengen bilang aja sama Mama. Lagian masih ada waktu kok tapi pelan-pelan ya takutnya nanti Bunda kamu bangun”. Ujar mamaku memberi peluang. Mendengar itu aku pun nafsuku pun kembali terbakar. Tanpa membuang waktu aku pun langsung mencumbui Mamaku dengan ganasnya. Mamaku pun membalas cumbuanku dengan tak kalah panas. Setelah sama-sama merasa On Fire aku kembali memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Kami melakukannya dengan cepat karena takut Bundaku keburu bangun. Setelah 15 menit bercinta aku merasa spermaku akan keluar, kupercepat sodokan kontolku pada memeknya dan 5 menit kemudian aku pun menyemprotkan spermaku ke dalam rahimnya diikuti dengan semprotan cairan orgasme Mama pada kontolku. “Gimana Aslam, udah puas kan kamu?” Tanya mamaku sambil tersenyum. “Iya ma, aku puas banget. Makasih ya Ma Cupp”. Kataku sambil menciumnya. “Mama juga puas sama kamu Cupp”. Mama balas menciumku. “Ma, Hhhmmmm… Mama beneran gak apa-apa kan kalo aku ngeluarin spermaku di dalam”. Tanyaku agak gugup. “Gak tuh, memangnya kenapa sayang?” Tanya Mamaku lembut. “Nanti kalo Mama hamil gimana?” Tanyaku ketakutan. “Iya gak apa-apa sayang, Mama seneng kok kalo punya anak lagi, apalagi dari benih kamu”. Kata Mamaku tersenyum sambil membelai rambutku. “Udah kamu gak usah takut sayang, intinya kamu belajar aja yang rajin biar bisa lolos SBMPTN. Masalah mama nanti hamil atau enggak itu biar jadi urusan Mama”. Kata Mamaku sambil menenangkanku. “Makasih ya ma”. Kupeluk Mamaku dengan erat. Setelah percakapan singkat tadi aku dan Mama pun kembali bermesraan sampai pagi. Tak terasa sekitar 15 menit kemudian Bunda pun mengetuk kamar untuk membangunkan kami berdua. “Aisha, Aslam bangun kita harus siap-siap dari sekarang soalnya Tante Mumtaz mau jemput kita pagi ini”. “Iya Bunda, ini aku lagi nungguin Mama lagi mandi”. “Kalo gitu mendingan kamu mandi di luar aja biar cepet, ini Bunda udah selesai mandi jadi kamu bisa pake kamar mandi luar. “Iya Bunda aku keluar sekarang”. “Aslam, kamu mandi di luar ya sayang, biar Bunda yg mandi disini, biar Bunda gak curiga sama Mama. “Iya ma, yaudah aku mandi di luar ya Cupp”. Kataku sambil mencium keningnya. Akhirnya aku pun bangun dari tubuh Mamaku dan mengambil handuk untuk menutupi tubuhku. Sedangkan Mama langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi dalam.
3859Please respect copyright.PENANAMChgMGtFw4
POV Aslam Setelah selesai mandi aku, Mama, dan Bunda pun sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Tante Mumtaz beserta keluarganya. Pagi itu Mama memakai baju Salwar Kameez khas Pakistan berwarna merah lengkap dengan aksesoris seperti kalung, gelang, anting-anting yang disebut Jhumka. Bunda sendiri memakai Salwar Kameez berwarna putih namun ditambah dengan kerudung. Mamaku Aisha Sultan Tepat jam 7 pagi ketika kami sedang sarapan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Mamaku pun bangkit dari meja makan dan bergegas membukakan pintu. Saat pintu dibuka ternyata yang datang adalah Tante Mumtaz beserta keluarganya yaitu anaknya Zoya dan suaminya Tulang Tigor. Mama pun langsung mempersilahkan mereka masuk dan makan bersama kami. “Assalamualaikum Ibu, Aslam”. Sapa Tante Mumtaz ramah. “Waalaikumsalam”. Balasku dan Bunda secara bersamaan. Aku pun langsung mencium tangan Tante Mumtaz dan juga Om Tigor. “Eh Mumtaz, Tigor, Zoya ayo makan dulu sini”. Ajak Bunda pada mereka. “Eh bos, lama ya kita gak ketemu hehehe”. Kata Zoya menyapaku sambil mengajakku toast tangan. Aku pun membalas ajakan toast tangannya lalu dia duduk di sampingku. Pagi itu Tante Mumtaz dan Zoya kompak memakai Salwar Kameez warna kuning. Mereka terlihat sangat cantik dan anggun. Pagi itu kami pun sarapan bersama dengan menu Roti Canai dan Kari Kambing. Tante Mumtaz Sepupuku Zoya Harahap Suasana makan pagi itu pun cukup meriah. Tulang Tigor yang suka melawak dan Tante Mumtaz yang cukup cerewet pun mendominasi pembicaraan. Kami semua pun sering tertawa mendengar ocehan mereka berdua. Ya Tante Mumtaz walaupun sama-sama cantik seperti Mama namun dia ini memang jauh lebih cerewet dibandingkan Mamaku yang cenderung kalem. Setelah selesai makan tepat jam 8 pagi kami pun bersiap-siap meninggalkan rumah. Sebelum berangkat Bunda pun berpesan pada Mbok Sumi untuk menjaga rumah selama kami pergi. Setelah itu kami pun pergi meninggalkan rumah. Pagi itu kami pergi naik Toyota Fortuner milik Tulang Tigor. Kursi depan ditempati Tulang Tigor sebagai supir dan Bunda. Kursi tengah ditempati oleh Mama dan Tante Mumtaz. Terakhir kursi belakang ditempati olehku dan Zoya. Selama perjalanan kami pun banyak mengobrol tentang keseharian kami “Kak Aisha kok si Afiq gak dibawa kesini”. Tanya Tante Mumtaz. “Ya kan dia sekolah Taz, makanya gak aku bawa kesini”. Jawab Mamaku “Terus Nadia kemana, apa masih kuliah”. Tanya Tante Mumtaz lagi “Iya dia masih kuliah di Semarang”. Balas Mamaku. “Kak, aku mau liat foto Afiq dong, udah lama nih gak ketemu sama si “bule kecil” itu hihihihi!” Pinta Tante Mumtaz pada Mamaku. “Yaudah nih liat aja”. Kata Mamaku sambil menyodorkan HPnya pada Tante Mumtaz. Setelah membuka HP Mama dan melihat foto Afiq disitu dia pun berkomentar. “Wah lucu juga ya si Afiq, mirip banget sama Papanya hihihi”. Komentar Tante Mumtaz pada foto Afiq. “Sini Ma aku juga mau ngeliat fotonya Afiq”. Pinta Zoya pada Mamanya. Tante Mumtaz pun memberikan HP Mama pada Zoya. “Ihh lucu banget sih kamu gemes deh ngeliatnya”. Komentar Zoya pada foto Afiq. “Ma, nanti kalo ada waktu kita ke Jakarta ya nengokin Afiq”. Lanjut Zoya meminta pada Tante Mumtaz. “Iya nih Mama juga udah kangen sama si “bule kecil” itu hihihi, gimana Pa mau gak nanti kalo ada waktu kita nengokin ponakan kecilmu ini di Jakarta?” Tanya Tante Mumtaz pada Om Tigor. “Ya tinggal menunggu perintah Nyonya besar Papa siap jalan ke Jakarta hahahaha!” Balas tulang Tigor yang juga membuat seisi mobil tertawa mendengar ocehannya. Tak berapa lama akhirnya kami pun tiba di tempat pesta yang bertempat di salah satu gedung di pinggir Kota Medan. Saat itu tamu pun sudah mulai berdatangan. Setelah memarkirkan mobil kami semua pun turun dan menuju pintu masuk gedung.
3859Please respect copyright.PENANAZ87WL8BT7b
POV Aslam Setelah mengisi buku tamu dan menaruh kado pernikahan di tempat yang disediakan, kami pun langsung masuk ke gedung tempat acara berlangsung. Kami pun bertemu saudara-saudara yang telah lama tidak bertemu. Setelah bersalaman sebentar kami langsung mencari Mira yang sedang duduk di make up dan kami pun menyalaminya dan bercanda dengan sang pengantin baru. “Wah ponakan Tante udah jadi penganten aja ya sekarang. Perasaan dulu masih tante gendong-gendong sampe ngompol lagi di baju tante hihihihi” “Ihh Tante kok malah buka kartu sih, aku kan malu”. Kata Mira dengan bibir manyun. “Becanda kok Mir hihihihi, Oh ya mempelai laki-lakinya dimana?” Tanya Tante Mumtaz. “Lagi di tempat lain Tante sama keluarganya”. Jawab Mira. “Oh ya calonnya orang mana Mir? Terus kenal dimana?” Tanya Mamaku yang memang belum tahu banyak tentang calon suami Mira. “Oh dia campuran Arab Jawa Tante dari Tebing Tinggi. Namanya Ibrahim Al Haddad, panggilannya Baim. Kita kenal karena pernah sekantor waktu kerja di Bank Mega”. Kata Mira pada Mamaku. “Oh temen sekantor toh”. Balas Mamaku. “Iya Tante”. Jawab Mira. Setelah selesai di make up, Mira pun diantar di salah satu ruangan sementara mempelai Pria berada di tempat lain. Ya memang beginilah adat Pakistan. Mempelai Perempuan dan Laki-laki duduk terpisah sebelum ada ijab kabul. Setelah itu ijab kabul pun dimulai. Kulihat Baim sedang mengucapkan ijab kabul di hadapan ayah Mira pamanku yang biasa kupanggil Om Hasan. Tak lama kemudian pesta pun dimulai. Alunan musik khas Pakistan pun menggema di ruangan ini. Aku dan keluargaku banyak yang menari-nari mengikuti irama musik. Suasana pesta pun berlangsung meriah. Keluarga Baim yang keturunan Arab pun juga ikut menari bersama kami. Makanan yang tersedia saat itu juga lumayan lezat perpaduan dari Pakistan, Melayu, Arab, Jawa sesuai dengan latar belakang etnis kedua mempelai. Ada Nasi Biryani, Roti Jala, Kari Kambing, Nasi Mandi, Soto Ayam dll. Aku pun makan dengan lahap pada siang itu menikmati hidangan yang ada. Pesta pun berlangsung hingga menjelang sore hari. Setelah selesai pesta kami pun bersalaman dengan keluarga yang lain dan menaiki mobil untuk meninggalkan tempat acara. Setelah mobil berjalan cukup lama, Mama pun membuka pembicaraan dengan Zoya. “Zoya, nanti kamu mau kuliah dimana?” Tanya Mamaku. “Pengennya sih di Jawa Tante, cuman gak tahu nih Mama nyuruhnya malah ke Malaysia bareng kak Nadir”. Jawab Zoya sambil memanyunkan bibirnya. “Ya kalo di Malaysia kan ada Kak Nadir yang jagain kamu, coba kalo di Jawa kamu kan sendirian gak ada sodara”. Jawab Tante Mumtaz judes. “Udahlah Taz, biarin aja dia mau kuliah dimana aja. Ya hitung-hitung kan belajar mandiri mulai dari sekarang”. Kata Mamaku menengahi perdebatan mereka. “Tuh kan Ma, Tante Aisha aja ngerti apa mauku”. Jawab tak mau kalah. “Yaudah tapi kalo bisa barengan sama Aslam ya, biar Mama tenang ngelepas kamu”. Kata Tante Mumtaz melunak. “Iya moga aja nanti kita sekampus, iya gak Lam”. Kata Zoya sambil menepuk pundakku. Aku pun hanya tersenyum dan membalas menepuk pundaknya balik. “Eh kita mau langsung pulang apa jalan-jalan dulu sambil makan malem baru pulang”. Tanya Tulang Tigor pada kami semua. “Lanjut jalan-jalan sama makan malem aja pa, lagian ini kan hari Sabtu males kalo langsung pulang”. Ceplos Zoya pada Papanya. “Ibu gak apa-apa nih kalo kita pulang malem”. Tanya Mamaku pada Bunda. “Gak apa-apa kok, lagian Ibu juga udah lama gak keluar malem minggu”. Balas Bunda pada Mamaku. “Emangnya kita mau makan apa Tulang?” Tanyaku pada Tulang Tigor. “Kita makan Sop Sipirok, itu makanan Khas kampung Tulang di Sidempuan”. Jawab Tulang Tigor mantap. “Wah boleh tuh, ayolah Pa kita kesana, gimana Kak Aisha mau gak?” Tanya Tante Mumtaz pada Mamaku. “Ok lah aku ikut kalo gitu”. Jawab Mamaku ikut. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dan berhenti di warung makan khas Sidempuan yang menjual Sop Sipirok. Setelah duduk dan menunggu sebentar akhirnya pesanan makanan kami pun datang. Sop Sipirok sendiri adalah Sop Sumsum Sapi yang cukup lezat. Kami pun makan dengan lahap malam itu. Selama makan kami pun mengobrol cukup akrab layaknya keluarga pada umumnya. Setelah sampai di rumah Bunda, Tante Mumtaz sekeluarga pun pamit pulang ke rumah. Dia pun menawarkan Mama untuk main ke rumahnya selama berada di Medan. Mama pun bilang dia akan usahakan untuk datang ke rumah adiknya tersebut. “Kak Aisha, Ibu, Aslam, kami pulang dulu ya. Nanti sebelum pulang ke Jakarta kalo ada waktu Kak Aisha sama Aslam mampir ke rumahku ya”. Kata Tante Mumtaz. “Iya Taz, nanti aku usahain main ke rumahmu sebelum pulang ke Jakarta”. Janji Mamaku pada Tante Mumtaz. “Ok Tante nanti aku ingetin Mama buat mampir ke rumah Tante”. Kataku pada Tante Mumtaz. “Yaudah kalo gitu kita pulang dulu ya Assalamualaikum”. Pamit Tulang Tigor. “Waalaikumsalam hati-hati di jalan ya”. Kata Bunda. Kami pun saling bersalaman dan cipika cipiki sebelum akhirnya berpisah dan mobil Tante Mumtaz meninggalkan rumah Bunda. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Karena kelelahan kami pun langsung menuju kamar masing-masing. Sampai di kamar Mama pun membuka bajunya dan melepaskan aksesoris di tubuhnya hingga ia telanjang bulat. Melihat itu pun kontan saja kontolku mengeras bukan main. Aku pun juga ikut membuka bajuku hingga kami sama-sama telanjang bulat. “Ihh anak Mama baru aja pulang udah nafsu aja”. Kata Mamaku sambil tersenyum. “Habisnya tadi aku banyak makan daging Ma, apalagi ngeliat badan Mama yang seksi itu makanya tititku jadi keras”. Kataku sambil memegang kontolku yang mengeras. “Makanya jangan kebanyakan makan daging sayang, jadi nafsu kan tititmu sama Mama”. Balas Mamaku sambil tersenyum. “Ma, mandi bareng yuk biar cepet”. Kataku sambil mendekatinya “Kalo mandi bareng mana bisa cepet, yang ada kamu pasti gituin Mama”. Kata Mamaku. “Udah ah Ma, aku udah gak tahan nih ayo”. Kataku sambil menarik tangannya ke dalam kamar mandi. “Iya sabar dong sayang kita ambil handuk dulu”. Kata Mamaku. Kami pun mengambil handuk masing-masing dan akhirnya masuk ke dalam kamar mandi secara bersamaan. Di dalam kamar mandi pun kami mandi sambil menyalakan shower. Selama mandi aku dan Mama pun saling menciumi dan menyabuni tubuh masing-masing. Mama pun mengelus-elus penisku dan menghisap-hisapnya dengan bibirnya yang seksi. Aku pun membalasnya dengan meremas-remas payudaranya yang montok itu. Karena sudah tidak tahan aku pun meminta Mama untuk memasukkan kontolku ke dalam memeknya. “Ma, udahan dong, aku mau masukin ke punya Mama”. “Aduh Mama capek sayang seharian pergi pesta. Mama kocokin aja ya sampe keluar”. “Gak mau Ma, aku maunya dimasukin ke punya Mama”. Kataku merengek padanya. “Aduh kamu nih banyak maunya ya, yaudah deh tapi sekali aja ya soalnya Mama udah capek banget sayang”. Jawab Mamaku. “Makasih ya Ma, kita mainnya di atas ranjang aja ya biar kalo kecapean bisa langsung tidur”. Tawarku pada Mama. “Ok sayang Mama mau kalo gitu”. Setuju Mamaku. Akhirnya kami pun melanjutkan acara mandi bersama kami hingga selesai dan saling mengeringkan tubuh masing-masing dengan handuk. Karena sudah tidak sabar, aku pun menggendong Mama dan membawanya ke ranjang kami. Mamaku pun hanya tersenyum dan memeluk leherku selama aku menggendongnya. Setelah menelentangkannya di atas ranjang aku pun membuka handukku dan membuka handuknya lalu kujemur di gantungan pakaian kami. Setelah itu aku mengunci pintu kamar dan menutup dan mematikan lampu kamar mandi. “Ahh sayang kamu gak sabaran banget sih Ohh Ohh”. Kata Mamaku sambil mendesah. “Ohh Mama montok banget aku gak tahan sama Mama Slurp Slurp Slurp Slurp”. Kataku sambil menjilati memeknya. Kujilati terus memek Mamaku hingga membuatnya mendesah-desah. “Ahh terus Aslam jilatin punya Mama Ahh Ahh Ahh!” Teriak Mamaku hingga mendesah-desah. “Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp!” Begitulah bunyi jilatanku pada memeknya. Setelah menjilatinya beberapa menit akhirnya Mamaku pun mencapai orgasmenya. Dijambaknya rambutku dan akhirnya dia berteriak menyemburkan cairan orgasmenya membasahi mukaku. “Ahh Mama keluar sayang Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Teriak Mamaku sambil menyemprotkan cairan sampai membasahi mukaku. Kujilati cairan bening dari memek Mamaku hingga bersih dan selanjutnya kami pun menuju permainan utama. “Ma, aku masukin ya ke punya Mama”. Pintaku padanya. “Iya sayang, tapi yang cepet ya Mama udah lemes banget ini”. Jawab Mamaku dengan mata sayu. “Iya Ma yaudah kita mulai ya”. Kataku padanya. Aku pun mulai menggesek-gesekkan kontolku pada memeknya. Mamaku pun mendesah tak karuan dan memintaku untuk cepat memulainya. Karena sudah tak tahan lagi akhirnya kumulailah permainan ini. “BLESS SREET BLESS SREET BLESS SREET!” Kumasukkan kontolku hingga mentok ke dalam rahim Mamaku. “Ohh pelan-pelan sayang punyamu gede banget mentok Ohh Ohh!” Desah Mamaku merasakan penetrasi kontolku ke dalam memeknya. Selanjutnya kugenjot Mamaku dengan lumayan cepat. Malam itu Mama terlihat pasrah dengan genjotan kontolku. Dia hanya memeluk tubuhku sambil memejamkan mata menikmati sodokan kontolku. “Ahh Mama cantik Ohh Ohh Ohh!” Jeritku sambil terus menyodoknya. “Ahh Ahh Ahh Ahh!” Desah Mamaku pelan. Selama menyetubuhinya tetek montok dan leher putih mulus Mama menjadi sasaran ciuman dan hisapanku. Kujilati dan kuhisap puting teteknya yang merah kecoklatan. Setelah 20 menit berlalu, kurasakan spermaku sudah akan keluar. Kupercepat sodokanku dengan brutal hingga membuat Mama berteriak agak keras. Saat sudah benar-benar diujung, kumasukkan dalam-dalam kontolku hingga mencapai rahimnya dan keluarlah cairan spermaku. “Ohh Ohh Ohh aku keluar Ma Ahh Ahh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Spermaku pun menyemprot dengan deras sebanyak 6 kali ke dalam rahimnya. “Ahh Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Desah Mamaku yang juga telah mencapai orgasmenya. Setelah selesai persetubuhan itu ambruklah tubuhku menimpa tubuh montok Mamaku. Mama pun mengelus-elus rambutku dan menciumi wajahku. Terlihat tatapan matanya yang sayu namun puas dengan permainan tadi. Mama pun membuka percakapan denganku. “Udah puas kan sayang?” Tanya Mamaku sambil tersenyum. “Hahhh puas Ma, aku puas Cupp Cupp”. Desahku sambil mencium wajahnya. “Kalo udah kita tidur ya sekarang, Mama udah gak kuat lagi capek banget”. Kata mamaku sambil memohon padaku. “Ok deh, tapi kita tidurnya tetep begini ya Ma sampe pagi”. Kataku memohon untuk tidur tetap dalam posisi menindihnya dari atas. “Aduh kamu nih, badan kamu berat sayang Mama pegel ini”. “Bodo, pokoknya aku mau tidur kayak gini sampe pagi”. Ngototku pada Mama. “Hah yaudah deh, oh ya besok kamu temenin Mama dateng ke reuni ya”. Pinta Mamaku. “Iya Ma besok aku temenin”. Jawabku pada Mama. Akhirnya kami pun tertidur dalam posisi kutindih Mamaku dari atas sembari kontolku masih menancap kuat di memek Mamaku.
3859Please respect copyright.PENANA8gKg4OrdCr
POV Aisha Tepat jam 5 pagi di hari minggu aku pun terbangun. Kulihat Aslam masih tertidur pulas di sampingku. Terlihat wajahnya yang tampan dan lucu itu kelelahan akibat persetubuhan kami tadi malam. Kuusap wajahnya dan kucium keningnya dan bilang “kamu ganteng banget kalo lagi tidur sayang”. Kataku dengan penuh kasih sayang. Usapan tanganku pada wajah Aslam rupanya membuat si tampan itu terbangun. Aslam membuka matanya dan dia tersenyum melihatku sedang mengusap-usap wajahnya. “Mama udah bangun”. Jawab Aslam sambil mengucek-ucek matanya “Udah sayang, mandi yuk terus shalat Subuh”. Ajakku padanya. “Ini kan masih pagi ma, lagian acara reuninya kan baru mulai siang”. Katanya protes. “Udah cepetan mandi sana, nanti Mama gak bikinin sarapan nih”. Ancamku padanya. “Iya cerewet”. Katanya sambil bangun dengan malas. “Eh bilang apa tadi kamu”. Kataku melotot padanya. “Enggak Ma, ini aku mau mandi kok hehehehe”. Katanya nyengir padaku sambil mengambil baju ganti dan handuk lalu keluar dari kamar. Setelah Aslam keluar dari kamar, aku pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan kami semalam. Selesai mandi aku pun berpakaian dengan memakai kaos lengan buntung warna putih dan celana pendek warna merah. Tak lama kemudian Aslam pun masuk ke kamar dengan berpakaian lengkap sambil mengeringkan rambutnya. “Aslam, kita Subuhan dulu yuk, nanti keburu siang”. Ajakku sambil mengenakan mukena. “Ok Ma”. Kata Aslam sambil menaruh handuk lalu mengambil sajadah dan sarung. Pagi itu tepat jam 05.30 aku dan Aslam pun menunaikan shalat subuh. Selesai shalat aku pun langsung menuju dapur dan menyiapkan sarapan bersama Ibuku sedangkan Aslam pergi keluar rumah berjalan-jalan keliling mencari udara pagi. Tak lama kemudian roti paratha dan kari ayam yang aku siapkan bersama Ibuku untuk sarapan siap untuk dihidangkan. Beberapa saat kemudian Aslam pun pulang ke rumah setelah jalan pagi. Karena Aslam sudah kembali maka kami sarapan bersama pagi itu. Pagi itu Ibuku menanyakan apakah hari ini aku ada acara atau tidak. Aku bilang padanya bahwa nanti siang aku ada acara reuni dengan teman sekolahku. Aku menjelaskan bahwa Aslam juga akan ikut karena berdasarkan percakapan di grup WA teman sekolahku sebagian dari mereka juga akan membawa anaknya sehingga Aslam tidak akan kebingungan di tempat acara nanti. Selesai makan pagi aku dan Aslam pun bersantai sambil menonton TV. Pagi itu aku dan Aslam mengobrol tentang rencana hari ini. “Ma, nanti kita berangkat jam berapa?” Tanya Aslam padaku. “Jam 10an aja ya sayang soalnya acaranya kan siang”. Jawabku padanya. “Ma, beneran temen-temen Mama ada yang ngajak anaknya? Ntar malahan aku sendirian lagi disana”. “Kamu gak bakal sendirian disana Aslam, beberapa temen Mama ada yang bawa anak juga kok malahan ada yang seumuran kamu juga”. “Yaudah aku ikut Mama deh”. “Nah gitu dong ganteng”. Kataku sambil mencubit pipinya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi. Aku dan Aslam pun masuk ke kamar untuk berganti baju. Untung saja aku sudah memakai make-up tadi sewaktu Aslam pergi jalan pagi tadi sehingga aku hanya tinggal ganti baju saja. Setelah selesai berganti baju, aku dan Aslam pun pamit pada Ibuku lalu kami menaiki taksi online yang sudah kami pesan dari tadi untuk menuju tempat reuni diadakan di Centre Point Mall di Kota Medan. Hari itu aku memakai baju dress warna biru dengan motif bunga-bunga di kedua lengannya dan lipstik merah muda plus anting-anting hoop dan kalung emas. Sewaktu perjalanan menuju tempat reuni, grup WA teman-teman SMA-ku sudah ramai membicarakan reuni yang akan dilaksanakan nanti. Ya aku sudah kangen dengan mereka apalagi sejak aku pindah ke Pulau Jawa belasan tahun lalu mengikuti suami bertugas, aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka lagi. Untunglah dengan kecanggihan media sosial sekarang ini, kami bisa menyambung kembali tali silaturahmi yang telah lama terputus. Sekitar jam 11 akhirnya kami pun tiba di Centre Point Medan. Aku dan Aslam pun langsung menuju Restoran Nelayan Suki tempat reuni berlangsung di Lower Ground (LG). Ketika aku masuk kulihat teman-teman SMA-ku seperti Sondang Tiur, Halimah, Maria dan lainnya yang sedang duduk-duduk langsung datang menghampiri aku dan Aslam. “Hai Aisha apa kabar? Udah lama kali kau gak keliatan di Medan”. Kata Sondang sahabatku yang langsung berdiri memelukku erat-erat dan cipika cipiki denganku. “Baik kok, maaf ya jarang pulang ke Medan soalnya suamiku kan TNI makanya sering pindah-pindah tugas”. Jawabku pada Sondang. “Aisha!! Aduh udah lama ya kita gak ketemu”. Kata Tiur teman sebangkuku dulu di masa SMA yang juga memelukku erat-erat. “Hai Tiur, aduh aku juga kangen banget sama kau nih”. Kataku membalas pelukannya. “Eh ini anak kau ya Sha?” Tanya Sondang padaku. “Iya ini anakku yang nomor dua namanya Aslam, nak ini Tante Sondang sahabat Mama waktu SMA”. Kataku menerangkan pada Aslam sambil menyuruhnya untuk cium tangan. Aslam pun langsung mencium tangan Sondang dan Tiur. “Anak kau ada berapa sebenarnya Sha?” Tanya Tiur padaku. “Ada 3, yang pertama perempuan kuliah semester 3 di Semarang. Terus yang kubawa ini baru tamat SMA mau masuk kuliah. Nah yang terakhir masih TK nol kecil. “Oh gitu, yaudah kita ngobrolnya sambil duduk aja yuk”. Ajak Tiur padaku. “Eh Jansen, ayok sini jangan duduk aja kau, ini salim dulu sama Tante Aisha sama anaknya Aslam”. Perintah Sondang pada anak lelakinya yang sedang duduk di pojok. Jansen pun datang menghampiri kami berdua lalu mencium tanganku dan menyalami Aslam. “Halo Tante”. Kata Jansen ketika menyalami kami berdua. Kulihat Jansen yang kira-kira seumuran Aslam ini sebenarnya cukup ganteng walaupun sedikit lebih pendek dari Aslam dan dia lebih supel dibandingkan Aslam yang cenderung pendiam. “Iya nak”. Kataku membalas. “Yaudah kalo gitu Jansen kamu ajak Aslam duduk disana”. Perintah Sondang pada anaknya. Jansen pun mengajak Aslam duduk di pojokan yang berisi anak-anak muda yang kutahu mereka adalah anak-anak temanku. Aku pun duduk di samping Sondang dan Halimah sedangkan Tiur duduk menghadap kami. Siang itu kami bernostalgia tentang masa SMA dan juga kenakalan-kenakalan yang kalau diingat membuat kami tertawa. Ada sekitar 20an orang laki-laki dan perempuan teman-temanku yang datang reuni hari itu. Setelah itu kami pun mengobrol tentang keluarga dan juga kesibukan masing-masing. “Sha, aku boleh liat foto keluargamu gak?” Tanya temanku Halimah wanita berjilbab merah yang sekarang berprofesi sebagai dokter di Pekanbaru. “Boleh nih liat aja”. Kataku sambil menyerahkan HP ke Halimah yang duduk di sampingku. “Wah anak kau cakep-cakep ya macem Mamanya hehehe”. Kata Halimah sambil terkekeh. “Eh sebentar ini yang kecil kok mukanya mirip bule ya”. Tanya Paul teman lelakiku yang duduk di samping Halimah. “Iya itu namanya Afiq masih TK nol kecil. Dia emang mirip banget sama Papanya”. Jawabku padanya. “Eh aku mau liat juga dong fotonya”. Kata Mila temanku. “Ih ini sih calon artis masa depan nih, kecilnya aja ganteng apalagi gedenya hehehehe”. Sambung Mila melihat foto Afiq di yang ada di HP-ku. “Bisa aja kau Mil”. Kataku sambil mengulurkan tangan meminta kembali HP-ku yang ada di tangan Mila. “Sha, kalo nanti kau pulang ke Medan lagi ajak semua keluargamu ya, biar saling kenal”. Pesan Halimah padaku. “Iya aku usahakan ya, soalnya anak-anak udah tambah besar jadi agak susah buat cari waktu”. Kataku pada Halimah. “Ok”. Jawab Halimah pendek. Ketika kami sedang memesan makanan tiba-tiba ada seseorang yang datang. Dia adalah Andri Jatmiko mantan pacarku dulu. Oh tidak kenapa dia bisa ada disini. Aku tidak menyangka kalau dia akan datang ke reuni SMA ini. “Hei Andri! kemana aja kau kok baru datang sekarang”. Tanya Paul pada Andri. “Maaf kawan, tadi jalanan kesini macet makanya aku agak telat nyampenya”. Jawab Andri sambil menyalami Paul dan teman-teman yang lain. Aku pun juga ikut menyalaminya walaupun agak sedikit kikuk. Ya Andri adalah mantan pacarku yang terakhir sebelum akhirnya aku menikah dengan Hans. Kami berpacaran selama tahun selama di SMA dan juga setelah lulus kami juga masih berpacaran. Aku ingat dulu aku sering pulang bareng dengannya dibonceng dengan motor. Jika melihat itu semua teman-teman banyak yang menyoraki kami berdua. Hubungan kami berakhir karena saat itu Andri disuruh oleh keluarganya untuk kuliah di Malaysia sedangkan aku kuliah diploma di Medan. Hubungan jarak jauh itu berakhir karena orang tua Andri ingin menjodohkannya dengan perempuan yang mereka anggap lebih kaya. Karena sakit hati aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dan tak lama kemudian aku bertemu dengan Hans yang akhirnya menjadi suamiku sekarang. Selama acara reuni tersebut aku berusaha menutupi kegugupanku dengan mencoba akrab dengan yang lain. Selama itu kulihat Andri selalu menatapku hingga membuatku tidak nyaman. Sepertinya dia memendam sesuatu untukku. Karena merasa tak enak aku pun memutuskan untuk ijin pergi ke kamar mandi.
ns 15.158.61.20da2