Saat aku masuk SMP, aku seperti memulai hal yang baru. Sebab, semua orang di SMP adalah orang yang tidak aku kenal, tidak satupun. Teman SD ku memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, atau bersekolah namun SMP swasta di desa. Sedangkan SMP ku termasuk elit di kawasannya. Untuk masuk saja perlu tes, dari seribu lebih peserta tes, hanya 200 yang diterima.
Aku pun mulai berteman dengan orang-orang baru, aku mudah sekali akrab dengan orang baru. Hanya butuh waktu 2 bulan saja aku sudah bermain ke hampir semua rumah teman sekelasku, kecuali teman perempuan yang strict parents, kalian taulah susahnya. Aku ke rumah temanku yang laki-laki seringnya hanya sendiri, sedangkan kalau perempuan pasti dengan beberapa teman yang lain entah laki-laki atau perempuan.
Kemudian saat pemilihan ekstrakurikuler, aku memilih badminton. Jika ada ekstrakurikuler balap pasti aku memilih balap. Namun karena tidak ada, dan satu-satunya ekstrakurikuler yang aku bisa adalah badminton. Pertemuan pertama di ekstrakurikuler badminton, aku mencari gedungnya bersama temanku. Gedung badminton ini berada di luar area sekolah, bahkan berjarak 1km dari sekolah. Di hari pertama ekstrakurikuler saya berkenalan dengan beberapa anggota yang lain, dan mulai berlatih dan sparring seperti layaknya ekstrakurikuler lain.
Di pertemuan berikutnya, tepatnya minggu depannya, aku memutuskan untuk langsung menuju gedung sepulang sekolah. Sebab aku malas kalau harus pulang dulu. Walaupun aku harus menunggu sekitar 2 jam sampai latihan benar-benar dimulai, karena sekolah pulang pukul 1 siang, dan ekstrakurikuler mulai pukul 3 sore. Saat aku sampai gedung aku rebahan sebentar karena udara lumayan panas saat itu. Tak terasa hampir 1 jam aku tertidur di gedung itu sendirian, lalu aku dibangunkan oleh 3 wanita. Mereka bernama Riska, Riski, dan Lina. Mereka bertiga kelas 8, atau 1 tahun diatasku. Riska dan Riski adalah anak kembar, tubuhnya tidak terlalu berisi dan tidak terlalu tinggi juga, mungkin hanya 150an. Lalu Lina, payudaranya tidak besar tapi entah mengapa aku suka mengamatinya walau hanya dari luar kaos Jersey badmintonnya, tingginya tidak beda jauh dengan si kembar itu. Oh ya, tinggiku saat itu tidak sampai 150cm, itu cukup ideal bagiku yang seorang pembalap, aku tidak perlu diet terlalu ekstrem untuk mendapatkan bobot yang ringan. Walau pendek dan ringan, aku dituntut untuk tetap memiliki massa otot yang baik, kalau tidak aku bisa pingsan baru 10 menit di sirkuit, ketahuilah balap di sirkuit sangat melelahkan, apalagi gokart.
"Buruan ganti baju sana, terus ayo main sama kita" ucap Lina. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mengganti bajuku. Setelah itu aku kembali dan bergabung bersama mereka. Saat aku berjalan ke arah mereka, mereka seperti membicarakan sesuatu setelah melihat ke arahku.
Kemudian saat aku sudah dekat, Lina berkata "ihhh kamu ngaceng yaaaa, hayo mikirin apa hayooo"
"Ha.. eng.. eng.. engga kok, kak. Cuma posisi siaga aja" jawabku seadanya. Jujur saja entah mengapa aku bergairah melihat tubuh Lina. Apalagi aku berimajinasi menyetubuhi ketiga wanita tersebut. Akhirnya teganglah penisku sampai-sampai tercetak di celana pendekku.
"Halah bohong, pasti karena lihat kecantikan kita bertiga" ucap Lina menggodaku.
"Hehe iya sih, abisnya Mbak-mbak ini udah cantik, bodynya bagus lagi" jawabku sambil sedikit memujinya.
"Dasar sangean, mau dibantu keluarin ga? Ga enak kan kalau ditahan gitu" Ucap Riska.
"Hah, apanya yang dikeluarin?" Ucapku pura-pura tidak paham.
"Ishh, sok polos kamu" ucapnya sambil mendekat dan melepaskan celanaku.
"Garap dia, Ris. Aku yang jaga pintu" ucap Lina. Riski dan Riska pun mengoral penisku bergantian. Ini adalah pengalaman pertamaku dilayani oleh 2 wanita sekaligus, luar biasa. Mereka berdua juga meremas payudaranya mereka yang tidak terlalu besar itu.
"Crot cepetan dong, keburu ada orang" ucap Lina.
"Kalau lihat susunya Mbak Lina pasti cepet crot" ucapku. Kami bertiga berpindah ke dekat Lina, lalu Lina mengangkat bajunya sampai bra sportnya terlihat, lalu mengangkat bra-nya dan memperlihatkan gunung kembarnya yang putih mulus dengan puting coklat muda yang menggoda. Kemudian ia menyodorkannya ke mulutku. Tak sampai 5 menit, aku pun melepaskan spermaku di wajah si kembar itu. Aku kembali merapikan pakaian dan kita bermain badminton berempat.
Keesokkan paginya saat jam istirahat di sekolah, aku membaca pesan singkat dari Lina. "Pulang sekolah nanti, temui kami di rumah nomor xx di jalan xxxxx" tulis Lina. "Siap mbak cantik" balasku. Di sekolah kami memang boleh menggunakan HP, namun saat sebelum bel masuk, saat istirahat, saat pulang sekolah, dan saat ada guru yang mengijinkan saja.
Sepulang sekolah aku memberi tau ibuku kalau aku akan pulang terlambat karena ada suatu urusan. Kemudian aku menuju alamat yang diberikan Lina tadi pagi. Sesampainya di sana, aku disambut oleh ketiga wanita tersebut. Rupanya rumah itu adalah rumah Riska Riski.
"Datang juga akhirnya, tau ga kenapa kamu undang kesini?" Ucap Lina. Aku sebenarnya sudah tau apa tujuan mereka mengajakku ke sini, namun aku pura-pura tidak tau.
"Umm, ngapain ya? Ga tau sih mbak, kan ga dikasih tau" jawabku.
Mereka langsung membawaku ke sebuah kamar. Mereka bertiga langsung melucuti pakaian mereka sampai telanjang bulat, mereka juga menyuruhku untuk melepas seragam sekolahku. Disitu aku melihat payudara Riska Riski tidak terlalu besar, namun putingnya sangat menonjol sedangkan vagina mereka bertiga terlihat sama, dengan bulu yang tipis. Lina langsung mengulum penisku. Sedangkan Riski menyodorkan susunya ke mulutku dan memainkan vaginanya. Sementara itu Riska memainkan vagina Lina dan vaginanya sendiri.
Setelah penisku terlihat mengkilap, Lina berbaring dan mengangkang lebar menyuruhku untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Tanpa membuatnya menunggu aku langsung memasukkan penisku ke vaginanya.
"Uhhhh... Enak banget ris... Berotot..." Ucap Lina saat aku sudah memasukkan penisku seluruhnya ke vaginanya. Riski tidak ingin ketinggalan, ia mengambil posisi nungging di atas tubuh Lina. Sedangkan Riska memposisikan vaginanya di mulut Lina dan membiarkannya menjilatinya, ia juga sesekali meremas payudara Lina dan Riski. Aku sesekali bergantian menusuk vagina Riski. Tanganku tidak tinggal diam, tanganku mulai menjamah payudara mereka bertiga bergantian. Rupanya puting Riski sangat sensitif, saat kutusuk memeknya sambil ku pelintir putingnya, ia mengejang dan squirting, kemudian tergeletak di atas tubuh Lina.
"Gitu aja tumbang, lemah lu ki. Minggir, aku mau coba juga" ucap Riska. Riski pun minggir dan posisinya digantikan saudara kembarnya. Aku pun menusuk vagina Lina dan Riska bergantian. Mereka berdua terlihat bergantian memainkan payudara satu sama lain. Tanganku kini memainkan puting payudara Riski yang terbaring disebelah Lina, sedang tanganku yang satunya memainkan puting payudara Riska. Sama seperti Riski, puting Riska sangat sensitif, ia pun squirting sampai lemas. Kini tinggal aku dan Lina saja, rupanya Lina cukup bertahan lama. Walau aku memelintir putingnya, menciumi putingnya, ia tidak kunjung orgasme. Namun aku segera menemukan titik sensitifnya, yaitu di klitorisnya. Saat aku memaju-mundurkan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya, ia bergerak kesana-kemari, menandakan ia akan segera orgasme. Melihat itu, si kembar langsung membantu mempercepat orgasme Lina dengan membantu mengisap susu Lina, susu paling besar diantara ketiganya. Tak lama kemudian Lina squirting. Lalu aku mencabut penisku untuk kusodorkan ke si kembar. Kemudian aku melepaskan spermaku di buah dada Lina, yang kemudian dijilati hingga bersih oleh si kembar.
Aku sangat lelah namun juga senang. Kami sering melakukan ini sampai hampir kenaikan kelas. Saat aku kelas 2 dan ketiga wanita itu kelas 3, kami jarang melakukannya. Sebab mereka harus les yang mengakibatkan mereka pulang lebih lama dariku. Tapi saat itu juga aku mendapat pemuas nafsuku yang lain....
ns 15.158.61.5da2