399Please respect copyright.PENANAQVCXGQz0IT
399Please respect copyright.PENANAl9ONYtzT5k
“Aaah, kenapa juga sih gue stuck di kerja kayak beginian?” Keluhan itu sudah berkali-kali dilontarkan Umi, gadis petugas cleaning service di satu gedung perkantoran bertingkat banyak. Pendengarnya kali ini adalah Karman, sesama petugas cleaning service, cowok dengan tampang pas-pasan dan masa depan pas-pasan juga.
399Please respect copyright.PENANA9W02ATnAZa
“Disyukurin ajalah Mi, jaman susah nyari kerja gini,” celetuk Karman. Umi malas menanggapi Karman, dan kembali ke kesibukannya memoleskan lipstik ke bibirnya.
399Please respect copyright.PENANAq7GzWXmyPl
“Heh!” terdengar dampratan bernada sewot dari sebelah mereka berdua. “Dandan mulu. Ayo sana kerja! Karman kamu ngepel lantai lima, Umi lantai empat. Ayo cepet! Jangan nongkrong aja!” Yang memerintah adalah supervisor cleaning service, yang baru saja masuk ke pantry dan melihat dua anak buahnya duduk-duduk dan bukannya kerja.
399Please respect copyright.PENANAzHdAp6oAMo
“Iya, iya, ini kita jalan,” gerutu Umi sambil menutup tempat bedak yang dipakainya untuk bercermin, lalu berbisik memaki bosnya, “dasar nenek sihir gak laku!” Dia langsung beranjak keluar dari ruang tempat para petugas cleaning service biasa duduk, diikuti Karman. Selagi berpapasan dengan Umi, si supervisor mencela, “Umi. Kalo kerja yang bener ya! Jangan dempul muka terus yang diurusin! Dasar ganjen.” Umi hanya menanggapi dengan cibiran yang tidak terlihat oleh bosnya.
399Please respect copyright.PENANAfwQtWE7Ou3
“Kalau udah selesai, jangan lupa dikunci, ya! Aku mau pulang,” terdengar suara si supervisor ketika Umi dan Karman sudah keluar. Membawa peralatan untuk bebersih, keduanya menuju lift untuk naik ke lantai yang menjadi tugas masing-masing.
399Please respect copyright.PENANADAFwy6IbsD
Di dalam lift, Karman mengajak Umi pulang bareng.
399Please respect copyright.PENANAy0G22oWpbW
“Mi, pulang bareng yok. Kuanterin pake motor sampe kosan kamu deh.”
399Please respect copyright.PENANAQs37yCHvRC
“Ogah,” tolak Umi. Dia berusaha menghindar dari Karman yang naksir dirinya. Buat apa pacaran sama sesama cleaning service, pikir Umi, nggak ada kemajuan. Nantinya tetap kere. Kenapa harus nerima cinta orang yang kerjanya juga ngepel kalau kesempatan memperbaiki nasib masih terbuka lebar.
399Please respect copyright.PENANAsSwiGo6tXz
Gedung tempat Umi bekerja adalah kantor pusat suatu perusahaan besar yang bonafid. Tentunya gedung itu saban hari penuh dengan karyawan; pikir Umi, rasanya lebih baik kalau dia bisa menarik perhatian salah satunya. Mungkin Mas Lesmana di bagian IT yang guantengnya minta ampun. Atau Mas Nafi di Penjualan yang lumayan ganteng juga, dan mobilnya bagus. Atau sekalian saja salah seorang direksi perusahaan? Kayaknya asyik juga jadi simpanan Pak Noval atau Pak Kadri…
399Please respect copyright.PENANAKbjZmH5mtD
Itulah salah satu penyebab Umi tidak pernah lupa berdandan sewaktu kerja. Dia tahu persaingannya berat, begitu banyak karyawati di sana yang cantik-cantik dan berpendidikan serta berstatus sosial lebih tinggi, yang lebih mungkin merebut hati sasaran-sasarannya. Untungnya, teman sekos Umi yang bekerja sebagai SPG kosmetik sering berbagi tips dandan, dan sekali-sekali juga berbagi produk dagangannya, jadi tampang Umi yang aslinya cuma sedikit di atas rata-rata bisa dipermak sehingga selevel dengan cewek-cewek kantoran di gedung itu. Tinggal di pakaian saja Umi tidak mampu bersaing, karena dia harus memakai seragam cleaning service berupa kemeja longgar berwarna pink dengan celana panjang longgar berwarna sama, jelas kalah gaya dengan blazer dan rok span para karyawati.
399Please respect copyright.PENANAr74xuCGOG5
Saat itu menjelang jam 8 malam. Sebagian besar karyawan sudah pulang. Umi dan Karman hari itu kebagian shift malam, membersihkan ruangan kantor setelah kosong.
399Please respect copyright.PENANAJP2sLxlbuD
Pintu lift terbuka di lantai 4, dan Umi keluar meninggalkan Karman yang masih berusaha mengajak Umi pulang bareng.
399Please respect copyright.PENANAqXkwuV96uF
*****
399Please respect copyright.PENANA5n6inrgpza
Di koridor menuju ruang-ruang kantor, Umi sempat berkaca di satu cermin besar yang menjadi hiasan dinding. Menurutnya penampilannya masih lumayan—walaupun orang lain bakal menganggap rias wajahnya ketebalan untuk seorang petugas cleaning service. Yah, bagaimana tidak, dia meniru dandanan kawannya yang SPG kosmetik itu, yang memang harus menjadikan muka sendiri sebagai etalase produk. Umi tersenyum sendiri melihat bayangan dirinya, lalu mengeluarkan jepit rambut untuk menjepit rambut sebahu-nya yang berujung ikal di belakang kepala agar tidak berantakan. Dimasukinya satu ruangan kantor besar yang sudah kosong dan sebagian lampunya sudah mati. Itu ruang kantor Bagian Produksi. Semua karyawan di sana sudah pulang, meninggalkan meja, komputer, kursi, dan debu serta kotoran di lantai. Tidak ada orang—Umi agak kecewa, tidak ada kesempatan menggoda karyawan yang sedang lembur di sana. Sepertinya malam ini dia cuma berkesempatan berkencan dengan sapu dan alat pel.
399Please respect copyright.PENANAzhOBqPNsgQ
Sewaktu menyapu, Umi melihat lampu satu ruangan tersendiri di dalam kantor Bagian Produksi masih menyala. Seorang laki-laki keluar dari ruangan itu. Ternyata masih ada yang kerja sampai malam, tapi dia bukan orang yang Umi jadikan sasaran. Malah kalau bisa, Umi lebih suka menghindarinya. Orang itu, yang sekarang berjalan ke arah Umi, bernama Ramses, Manajer Bagian Produksi, berumur 40-an tahun, bertubuh besar seperti beruang, botak, alisnya tidak ada, dan terkenal galak. Karena sifat galak itulah Umi menghindari Pak Ramses. Pernah satu kali ketika sedang mengepel koridor dia dibentak Pak Ramses karena dianggap menghalangi jalan. Dan pernah juga dia dihardik Pak Ramses hanya karena dia bekerja sambil ngobrol.
399Please respect copyright.PENANAJOFEoyCplL
“Malam Pak Ramses,” sapa Umi sambil menghindar.
399Please respect copyright.PENANAbwjnn5Arhi
“Malam,” balas Pak Ramses tanpa ekspresi, sambil berjalan melindas kumpulan kotoran yang disapu Umi. Sepertinya Pak Ramses bukan keluar untuk pulang, dia tidak membawa tas dan lampu ruang kantornya menyala. Mungkin dia hanya keluar sebentar untuk ke toilet. Sebelum keluar ruangan, Pak Ramses berbalik dan berkata kepada Umi, “He, kau sedang nyapu kantor kan? Nanti bersihkan ruanganku juga, ya.” Umi mengangguk.
399Please respect copyright.PENANAWSsTUp7hlg
Daripada menunggu si manajer produksi kembali, Umi berpikir lebih baik ruangan itu disapu sekarang saja, mumpung penghuninya yang sangar sedang di luar. Cepat-cepat petugas cleaning service yang centil itu membawa sapunya menuju ruangan Pak Ramses.
399Please respect copyright.PENANAeiDyQWmQ21
Ruangan Manajer Produksi berisi meja tempat Pak Ramses bekerja, membelakangi jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota dari lantai empat. Meja Pak Ramses terlihat berantakan, banyak kertas dan berkas berserakan, dan tercium bau rokok yang kuat. Di atas meja ada komputer yang masih menyala. Walaupun di atas meja itu ada asbak, tetap saja abu rokok bertebaran di mana-mana, terutama di sekeliling kursi Pak Ramses. Umi hendak bekerja dari ujung ruangan, jadi dia berjalan ke balik meja kerja Pak Ramses, dan mulai dengan menyapu abu rokok di kolong meja.
399Please respect copyright.PENANAmb1elHfH8m
Di situlah masalahnya bermula.
399Please respect copyright.PENANAvtN2TFnQSg
Ketika menjolok-jolokkan sapu ke kolong meja, tanpa sengaja sapu Umi menyenggol kabel komputer.
399Please respect copyright.PENANAnfci62zS07
PET.
399Please respect copyright.PENANAQxi9z0anaZ
Komputer di atas meja Pak Ramses tiba-tiba mati karena aliran listriknya terputus ketika kabelnya tersenggol.
399Please respect copyright.PENANAnevvqGQopX
Sialnya bagi Umi, pas pada saat itu juga Pak Ramses baru kembali dari toilet dan mau masuk kembali ke ruangannya. Si manajer menyaksikan layar komputernya dalam sekejap berubah jadi hitam.
399Please respect copyright.PENANAFc6MLfDFhv
“HEH! KENAPA ITU KOMPUTER KAU MATIKAN, HAH?”
399Please respect copyright.PENANA2Oxfhy78tu
Suara Pak Ramses menggelegar, teriakan marahnya membuat Umi membeku di tempat.
399Please respect copyright.PENANAvlCFz0XErf
Pak Ramses langsung masuk ke ruangannya dengan membanting pintu, membuat Umi makin kaget dan ketakutan. Posisi Umi sungguh tidak menguntungkan, ruangan Pak Ramses hanya punya satu pintu dan dia sedang berada di ujung ruangan itu. Dia tak bisa kabur!
399Please respect copyright.PENANAisWhGxQM7F
“Aduh! Maaf… maaf pak… maaf… nggak sengaja… maaf…” Umi belingsatan berusaha memohon maaf, sementara Pak Ramses sudah bergerak ke arah belakang meja.
399Please respect copyright.PENANAtbgLncjfHB
“Cleaning service goblok!” hardik Pak Ramses. “Kau tahu aku lagi bikin laporan untuk rapat tahunan besok pagi? Kau tahu aku seharian nyusun laporan itu!? Kenapa kau matikan komputernya hah? Itu file belum di-save! Tolol! Gak pake otak!”
399Please respect copyright.PENANAG6RGrfQZbr
“Ampun Pak… ampun… sumpah saya nggak sengaja… bukan maksud saya ngerusak kerjaan Bapak… maaf…” Umi hampir menangis karena ketakutan dan panik.
399Please respect copyright.PENANAjQCiNzuZnc
“Maaf, maaf? Puki! Enak saja! Apa kau tahu aku pusing seharian bikin laporan itu! Tolol! Kau siapa!? Biar bosmu kusuruh pecat cleaning service tak becus macam kau ini!”
399Please respect copyright.PENANAgLbPx4wjPv
Sungguh sial Umi, rupanya suasana hati Pak Ramses sedang rusuh karena seharian sibuk menyelesaikan laporan penting untuk dipresentasikan, apalagi isi laporan itu kurang memuaskan sehingga pasti dalam rapat besok pagi Pak Ramses akan dibantai para direksi, sehingga mood-nya sudah jelek sekali. Dan ketika dia sedang tegang-tegangnya, komputernya dibuat mati oleh seorang cleaning service yang sembrono. Pantas saja segala kekesalan Pak Ramses langsung tumpah menimpa Umi.
399Please respect copyright.PENANAxIlncHQSd6
“Hei! Dengar pertanyaanku tidak? Siapa namamu!?”
399Please respect copyright.PENANAent2vAQK1T
“U… Umi Pak… ampun Pak… jangan bikin saya dipecat Pak…” Umi tak kuat, dia jatuh berlutut sambil sesenggukan.
399Please respect copyright.PENANARJe9UIFdFq
Tapi Pak Ramses sudah keburu kesal. Dia mendekati Umi, lalu mencengkeram rambut gadis cleaning service itu, memaksa kepala Umi menengadah supaya dia bisa melihatnya. Diperhatikannya wajah gadis cleaning service itu, yang berbedak tebal dan berpemerah pipi. Bibir Umi masih terlihat merah menyala, karena lipstik yang baru dipoleskannya tadi. Sepasang matanya yang biasa berbinar namun sekarang ketakutan itu setengah terpejam, kedua kelopaknya diwarnai pink, senada dengan seragamnya. Pikir Pak Ramses, sejak kapan ada aturan petugas cleaning service mesti pakai make-up seheboh ini?
399Please respect copyright.PENANATV2dvQy5PB
“Ooo… Kau rupanya. Aku ingat. Kau cleaning service yang kecentilan itu kan? Yang kalau kerja kebanyakan gaya sampai suka halangi orang jalan itu? Memang tak becus kau jadi cleaning service! Apalagi dengan dandan menor macam begini. Mendingan kau jualan puki di jalan sana!”
399Please respect copyright.PENANAMA3IeMgtC2
“Ampun Paakkk…” pinta Umi memelas.
399Please respect copyright.PENANAas0nodK1Z3
“Huh!” Pak Ramses melepas cengkeramannya dengan sentakan, mendorong kepala Umi. “Perempuan tolol, bikin repot aku saja kau ini!”
399Please respect copyright.PENANAkvICRMbVdy
“Maaf Pak… maaf… biar saya ganti kerugian Bapak… berapapun saya akan ganti…”
399Please respect copyright.PENANAFIdWyg2tUJ
“Tolol! Kau kira kau bisa ganti waktu kerjaku? Mau kau ganti pakai apa, hah? Sekarang aku harus ketik ulang laporan sialan itu. Memangnya kau bisa gantikan?”
399Please respect copyright.PENANAdXGi4Ou5dR
“Ampun Pak… apa saja saya mau kerjakan Pak buat nebus kesalahan saya Pak… maafin saya… jangan bikin saya dipecat Pak…”
399Please respect copyright.PENANAAQ8XYbZya4
“Ah! Banyak bacot, kau! Kau—”
399Please respect copyright.PENANApFCrTyH8Yd
Emosi Pak Ramses memuncak dan dia tak sanggup lagi membendung amarahnya. Bukan cuma amarahnya, tapi ada hal lain juga yang tak terbendung… Direnggutnya kerah baju Umi, dan dipaksanya gadis itu berdiri. Umi tak mampu berbuat apa-apa karena ketakutan, berteriak pun tidak mampu. Pak Ramses memelototinya dengan marah.
399Please respect copyright.PENANAD8SBm7qalM
Tiba-tiba Pak Ramses menarik Umi, memaksa Umi membungkuk sehingga tubuh atasnya telungkup di meja, kemudian memelorotkan celana panjang Umi.
399Please respect copyright.PENANAIhJ19WKhAV
“Ampun Pak… Jangan Pak…” Umi takut sekali membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya, dia tak menyangka Pak Ramses akan setega itu…
399Please respect copyright.PENANA64sGcDKEwo
…tapi hal yang dibayangkannya belum terjadi.
399Please respect copyright.PENANAmOMZ2VXDx9
PLAKK!
399Please respect copyright.PENANATIjaFgr4RX
“Auw!”
399Please respect copyright.PENANAPQoeO9XDEv
Bunyi tangan menampar pantat bergema memenuhi ruangan kecil itu. Bunyi yang sama beberapa saat kemudian berulang beberapa kali selagi Pak Ramses mengemplangi pantat Umi.
399Please respect copyright.PENANAe4gBJNSwfy
PLAKK! “Auww!” PLAK! “Auh!” POKK! “Ahh!” PLAKK! “Aww!”
399Please respect copyright.PENANAu9iyWaWjaz
Berikutnya, Pak Ramses menjambak rambut Umi, lalu dia duduk di kursi dan membuat Umi menelungkup di pangkuannya, dan melanjutkan hukuman pukul pantatnya kepada si petugas cleaning service yang serampangan itu. Umi menahan sakit sekaligus malu sambil mengerang-erang setelah tiap tamparan, pantatnya terasa nyeri dan panas. Dia tak percaya dia dihukum dengan cara seperti itu, seolah-olah dia anak kecil yang tertangkap berbuat nakal. Selusin kemplangan kemudian, pantat Umi sudah memerah. Celana dalamnya tidak banyak melindungi, karena memang hari itu Umi mengenakan G-string berwarna merah yang tidak melindungi kedua belah pantatnya. Malah sepertinya Pak Ramses jadi makin gemas setelah mendapati kedua bulatan itu tak terhalangi; niatnya menghukum Umi dengan mengemplangi pantat gadis itu tidak ada yang menghalangi, malah dia menemukan sasaran yang terbuka penuh.
399Please respect copyright.PENANAKjJ3Z6SiEL
Tubuh bagian atas Umi tertelungkup di atas pangkuan Pak Ramses, dekat dengan selangkangan sang manajer produksi itu, sehingga Umi bisa langsung merasakan adanya perubahan, sesuatu yang keras di balik resleting celana Pak Ramses mendesak sisi tubuhnya. Pak Ramses juga menyadari itu, dan dia tampak agak kesal: maksud hati menghukum dengan mengemplangi, apa daya konak juga jadinya. Bagaimana tidak konak, apabila dia melihat dan menyentuh pantat Umi yang lumayan mulus itu sambil mendengarkan rintihan kesakitan Umi.
399Please respect copyright.PENANAmwWkH9Njd4
“Huh,” geramnya, sambil mendorong Umi dari pangkuannya tapi tetap mencengkeram belakang kepala Umi. Posisi Umi jadi bersimpuh di lantai, di antara kedua kaki Pak Ramses, dengan kepala tercengkeram menghadapi selangkangan Pak Ramses yang terlihat menonjol. Umi berusaha membuang muka ketika Pak Ramses membuka resleting celana dan mengeluarkan kontolnya yang sudah ngaceng gara-gara terangsang reaksi Umi ketika dikemplangi. Tapi karena cengkeraman Pak Ramses, dia tak bisa menjauhkan kepalanya dari selangkangan Pak Ramses.
399Please respect copyright.PENANACYS6a5WI4q
“Hoy,” kata Pak Ramses, “Kau bisa nyepong tidak?”
399Please respect copyright.PENANA19iXgeY85o
Umi menggelengkan kepala dengan takut.
399Please respect copyright.PENANAP2OCq2jYMo
“Aah! Lalu apa gunamu, hah? Jadi cleaning service tak becus. Kan sudah kubilang tadi, kau sebaiknya jualan puki saja di jalan, tampangmu sudah cocok. Tapi kau ini tak berguna, nyepong saja tak bisa,” katanya sambil menjolok-jolokkan penisnya ke pipi merah Umi. Umi meringis menahan jijik terhadap senjata Pak Ramses.
399Please respect copyright.PENANAvjucWSOkbL
“Buka mulut dan isap!” perintah Pak Ramses. “Awas jangan kau berani gigit! Kalau kau gigit, kusodok pantatmu dengan gagang sapu itu.”
399Please respect copyright.PENANA6n1tTSmEna
Umi mematuhi kata-kata Pak Ramses dan sambil berusaha menahan keinginan untuk muntah, memasukkan penis Pak Ramses ke dalam mulutnya. Sesudah itu, dia tak tahu mau melakukan apa. Pak Ramses melihat Umi diam saja, lalu dia menggerakkan paksa kepala Umi maju-mundur menyepong ereksinya. Beberapa kali batang Pak Ramses masuk terlalu dalam sehingga Umi tersedak. Kecewa, Pak Ramses akhirnya mengeluarkan lagi batangnya dari mulut Umi.
399Please respect copyright.PENANA8YLPG5rz1u
“Dasar tak becus, penampilanmu saja yang macam pelacur tapi tak bisa apa-apa.”
399Please respect copyright.PENANAUJrwY0WofS
Memang Umi belum pengalaman! Pacaran saja dia belum pernah. Apalagi seks oral…
399Please respect copyright.PENANACLOuj6t9gi
Pak Ramses membuka paksa baju kerja Umi. Tubuh gadis petugas kebersihan itu sebenarnya lumayan, hanya saja pakaian kerjanya memang tidak menunjukkan lekuk-lekuk tubuh. Umi tidak mampu melawan dan hanya bisa pasrah ketika bajunya dilucuti. Sekarang dia ada di hadapan Pak Ramses hanya mengenakan beha (kebetulan behanya berwarna merah dan cukup seksi) dan celana dalam G-string, kedua lengannya berusaha menutupi apa yang bisa ditutupi. Pak Ramses kembali menyuruh Umi nungging menghadap meja, seperti ketika dikemplangi untuk pertama kali tadi, dan pantat Umi kembali dihadiahi sejumlah tamparan.
399Please respect copyright.PENANAK0ubV9gIez
Umi meringis ngeri ketika setelah serangkaian kemplangan dari Pak Ramses berhenti, dan dilanjutkan dengan gerayangan jari Pak Ramses ke balik celana dalamnya. Dia membelakangi Pak Ramses sehingga tak bisa melihat apa yang dilakukan si manajer, tapi kalau dia menengok, dia akan melihat Pak Ramses mengendus jari yang baru dicolekkan ke kemaluannya.
399Please respect copyright.PENANAJbJEdondfH
Pak Ramses mencium bau khas itu, bau perempuan yang terangsang…
399Please respect copyright.PENANA1z9m6w2vUL
Sedetik kemudian Umi merasa celana dalamnya dipelorotkan, kemudian dua tangan Pak Ramses menahan tubuhnya, satu di pinggang, satu di belakang kepala memaksa dirinya tetap tertelungkup di atas meja. Dirasakannya barang keras dan panas menempel di bibir vaginanya… apakah yang dia takutkan akan segera terjadi…
399Please respect copyright.PENANAAHdZEEqemj
“Pak… Pak? Jangan Pak… jangan… jaAAHW!”
399Please respect copyright.PENANAzn8VnIi3kQ
Sampai tadi siang, Umi masih membayangkan bahwa dandanannya dan gaya centilnya bisa memikat satu dari banyak laki-laki tampan, baik hati, dan kaya di perusahaan itu, entah karyawan muda berprestasi, karyawan senior mapan, atau bos besar yang kaya-raya. Walaupun belum pernah pacaran, Umi sebenarnya tidak segan-segan melepas keperawanannya untuk sasarannya seperti itu, kalau perlu demi menjerat mereka apabila salah satunya sampai tergoda menghamili dia. Tapi tak pernah dia sangka, keperawanannya justru dibobol orang yang dia selalu hindari, laki-laki botak galak bertubuh besar, bertampang sangar, sang manajer produksi, Pak Ramses!
399Please respect copyright.PENANAvCxnY2AvmS
Pak Ramses seorang duda yang sudah lama bercerai dengan istrinya gara-gara istrinya tak tahan dengan sifat pemarahnya. Ditambah lagi Pak Ramses cenderung sadis di tempat tidur, dan punya kesukaan mengemplangi pantat pasangannya. Sudah lama dia tidak berhubungan seks, dan malam itu pun dia sedang stres karena sibuk menulis laporan dan membayangkan cercaan dari dewan direksi pada rapat besok paginya, dan pada saat stresnya sedang memuncak muncul petugas cleaning service yang ceroboh dan merusak hasil kerjanya! Akhirnya dia tak bisa menahan untuk melampiaskan kekesalannya, dan terenggutlah kegadisan Umi olehnya.
399Please respect copyright.PENANABSADGOQaDz
Pak Ramses tidak peduli pasangannya itu baru pertama kali berhubungan seks, dia dengan buas menggenjot Umi kencang-kencang tanpa mengindahkan jeritan-jeritan Umi. Tidak hanya anunya yang menghajar vagina Umi tanpa ampun, dia pun menindih tubuh bagian atas Umi, menggigiti tengkuk dan pundak gadis itu. Umi terperangkap dalam rasa sakit bercampur nikmat nafsu dan rasa malu, dan tak berdaya di bawah himpitan tubuh besar Pak Ramses. Kemudian Pak Ramses menarik kedua lengan Umi dan membuat pasangannya itu tegak, sehingga keduanya bersetubuh dalam posisi berdiri. Pak Ramses pelan-pelan menurunkan tubuh untuk duduk di kursinya sambil memeluk erat pinggang Umi supaya tidak bisa lolos, sehingga kemudian Umi jadi dipangku, sambil vaginanya terus disosor penis Pak Ramses. Tanpa sadar Umi mulai menikmati perkosaan terhadap dirinya dan mulai bergerak sendiri. Menyadari itu, Pak Ramses berhenti bergerak dan membiarkan Umi naik-turun sendiri untuk beberapa saat. Ketika Umi sadar dan berhenti bergerak, Pak Ramses langsung menarik kepalanya mendekat dan berbisik, “Hayo! Kamu tadi juga mau sendiri, kan! Dasar lonte!”
399Please respect copyright.PENANAE3AgARhp42
Tanpa menunggu jawaban dari Umi, Pak Ramses berdiri dan membawa Umi yang masih tertoblos anunya, bergerak mendekat ke jendela. Dipepetnya Umi ke jendela, dan dicabutnya beha Umi dengan paksa. Umi menyadari keadaan, dan kembali panik, memohon untuk dilepaskan. Bagaimana tidak panik, sekarang dia ada di depan jendela, menempel ke jendela malah, yang artinya dia bisa terlihat orang, dalam keadaan tanpa busana dan anunya tertoblos senjata laki-laki…
399Please respect copyright.PENANArDJNowKQFK
“Pak… Pak jangan di sini… Nanti ada yang lihat… Aw!”
399Please respect copyright.PENANACVzUrLKE2M
“Emangnya kenapa?” balas Pak Ramses sambil menyodok Umi keras-keras. “Takut kelihatan orang? Konyol kau, apa tidak tahu ini di lantai berapa? Hm, tapi di gedung sebelah mungkin ada orang tuh. Hahaha.”
399Please respect copyright.PENANAXD6vzF74NY
“Apa!? Ah! Auh! Jangan Pak! Ah!”
399Please respect copyright.PENANA4BQ2EqDZfs
Permintaan Umi yang terselip di antara rintihan-rintihan keenakannya itu tak dipedulikan, dan si gadis cleaning service cuma bisa menahan malu sambil membayangkan ada orang yang bisa melihat dirinya sedang dientot laki-laki yang tak diharapkannya, ekspresi mukanya yang malu sekaligus mesum, sepasang buah dadanya yang menempel di kaca…
399Please respect copyright.PENANAkIC42Zhxfx
Justru itu semua membuat dia makin terangsang, anehnya!
399Please respect copyright.PENANAZWQCn8C83H
Mungkin baru malam itu juga Umi menyadari dia menikmati dipermalukan oleh pasangannya. Sedangkan bahwa dia punya sisi eksibisionis dan senang diperhatikan orang, itu sudah dia ketahui sejak dia mulai berdandan demi menarik perhatian.
399Please respect copyright.PENANAZG2kV0FtQF
Yang jelas, efeknya jadi lumayan dahsyat buat Umi. Teriakan-teriakannya makin kencang. Jepitannya makin kuat. Dan ujung-ujungnya, dia melenguh keras sambil mencakari kaca jendela selagi orgasme meledak dalam tubuhnya, didorong oleh serangan gencar Pak Ramses dan rasa malu bercampur asyik ketika dia diperlakukan seperti demikian oleh pasangan tak sengajanya itu. Umi merosot, merunduk seperti akan jatuh ke depan, lemas setelah mengalami klimaks. Ketika itu juga dia merasa Pak Ramses menegang, dan mencabut penisnya dari dalam jepitan vagina. Umi langsung ambruk meringkuk di dasar jendela, sementara Pak Ramses berlutut, mengarahkan muncratan ejakulasinya ke arah muka Umi.
399Please respect copyright.PENANAC1V5DYBq0F
“Hegghhh…!! Rasain tuh!”
399Please respect copyright.PENANAPJoeqfspIV
Puas sekali kelihatannya Pak Ramses ketika ciprat demi ciprat maninya mendarat di muka Umi, membuat noda-noda putih di pipi, kelopak mata, dan bibir Umi. Pak Ramses terengah-engah dan kembali duduk di kursinya, menghadapi Umi yang meringkuk lemas dan ternoda. Dilihatnya gadis itu menjilat cairan kental yang barusan mendarat di bibirnya.
399Please respect copyright.PENANAt1eUJA0kBG
“Dasar tak becus… Awas kalau kau bikin repot aku lagi besok-besok… Betulan kulaporkan ke bosmu biar dipecat kau…”
399Please respect copyright.PENANAfEWvRRetiQ
Yang tak disangka oleh Pak Ramses, ternyata dia malah mendapati pemandangan Umi yang terkulai dengan wajah menor namun belepotan sperma itu… membangkitkan lagi gairahnya.
399Please respect copyright.PENANApXK83hpsx5
Tegak lagilah kejantanannya.
399Please respect copyright.PENANAr6FUIMjjix
“Hei…” panggilnya. “Kau harus tanggung jawab ini. Kau cleaning service kan? Bersihin ini batangku yang kau bikin muncrat tadi.”
399Please respect copyright.PENANA9J6x0sLhLH
Umi bangkit pelan-pelan, merangkak menuju kemaluan Pak Ramses, lalu menengok seolah minta instruksi.
399Please respect copyright.PENANAaTj4zk5lj4
“Pake lidahmu.”
399Please respect copyright.PENANArMlpXP7jHc
Umi menurut dan mulai membersihkan penis Pak Ramses dengan lidahnya.
399Please respect copyright.PENANAz1O016yImO
*****
399Please respect copyright.PENANA5b7DcNKcoo
Jam 10, di parkiran motor. Karman sudah selesai sejak sejam lalu, tapi dia masih belum pulang, masih berharap Umi mau diajak pulang bareng.
399Please respect copyright.PENANAWg3AECeU5i
“Kok dia nggak turun-turun, ya?” tanya Karman kepada dirinya sendiri.
399Please respect copyright.PENANAua6ITDrg3c
*****
399Please respect copyright.PENANAdaKjwzWQ6t
Malam semakin larut, namun lampu di satu ruangan di lantai empat gedung itu belum juga mati.
399Please respect copyright.PENANAsAIEm2DPja
Sebenarnya si manajer tak perlu semarah itu kepada si petugas pembersih, karena program komputer zaman sekarang punya fungsi penyimpan otomatis yang menjamin file tidak akan hilang semua andai komputer mati mendadak.
399Please respect copyright.PENANATzWW08Y1dT
Tapi dia memang sudah tidak semarah tadi lagi. Dia terus melengkapi laporannya, walaupun dia tidak bekerja dengan penuh konsentrasi seperti tadi lagi.
399Please respect copyright.PENANAoruiqXvkCu
Mana bisa dia berkonsentrasi, kalau dia bekerja dengan celana terbuka dan seorang gadis genit berada di pangkuannya, menunggangi kemaluannya sambil sesekali meminta dikemplang… Beberapa jam lalu gadis itu jadi sasaran kemarahan dan pelampiasan stres-nya, dan tadi dia melihat gadis itu takut dan benci kepadanya, tapi sekarang semua perasaan negatif itu sudah lewat. Gadis itu entah kenapa tidak juga berusaha pergi, dan dia sendiri enggan mengusir gadis itu.
399Please respect copyright.PENANAztMzuUsP8K
Dan kalaupun besok dia dikuliti oleh dewan direksi dalam rapat, dan gadis itu dibantai supervisor cleaning service karena tak becus kerja, mereka berdua sudah tidak peduli lagi.
399Please respect copyright.PENANAKOylvIxMNv
Memang ada-ada saja cara dua manusia bertemu.
399Please respect copyright.PENANA0qG6iXl1Nk
Sekali lagi dikemplangnya pantat gadis itu. Ah, sungguh nikmat mendengar rintihannya.
ns 15.158.61.7da2