Jam menunjukkan pukul setengah 10. Kayla sedang berada di garasi rumahnya sedang memakai sepatu, tiba-tiba, Pak Budi bersama Lala digendongannya, datang. “Sudah mau berangkat Kayla?” tanya Pak Budi.
Kayla menoleh ke belakang. “Iya pah,” jawab Kayla sambil berdiri. “Lala, aku berangkat dulu ya. Jagaiin rumah oke?” kata Kayla sambil mengelus-elus leher berbulu Lala.
“Lala doang yang dipamiti, papah engga nih?” kata Pak Budi sambil berpura-pura cemberut, membuat Kayla tertawa.
“Iya, iya, maaf,” lalu Kayla menggenggam tangan Pak Budi dan menyalinnya. “Pah, aku berangkat dulu ya.” katanya.
“Iya-iya. Hati-hati di jalan.” kata Pak Budi.
“Aku berangkat dulu ya.” kata Kayla, lalu berlari keluar garasi dan melambaikan tangan.
Kayla berangkat dan meninggalkan rumahnya. Kampus Kayla berada tidak jauh dari rumahnya. Hanya membutuhkan 20 menit untuk sampai ke kampus dengan berjalan. Tapi, jika ia melewati jalan pintas. Namun, jalan pintas tersebut harus melewati sebuah kuburan. Kalau siang memang tidak menakutkan, namun saat sudah malam, melewatinya bisa membuat bulu-bulu merinding. Itu mengapa Kayla tidak mau mengambil jam malam untuk kuliahnya, atau kalaupun terpaksa pulang malam, ia akan pulang melewati jalan memutar yang membutuhkan waktu dua kali lebih lama.
154Please respect copyright.PENANA09SOUUHyXy
Saat diperjalanannya menuju kampus, suara ringtone handphone Kayla berbunyi. “Aduh, siapa sih ini?” tanya Kayla sambil mengambil handphonenya yang berada di dalam tasnya. Ternyata bunyi ringtone handphone Kayla diakibatkan oleh panggilan telepon dari salah satu temannya, Raisa. Kayla mengangkatnya dan dengan nada kesal ia berkata Kepada Raisa yang berada di sisi lain, “Aduh, kamu ngapain sih telepon aku pagi-pagi?!”
Dari dari sisi lain, Raisa menjawab, “Hahaha, maaf. Tapi aku boleh nggak pinjam buku catatan kamu.”
“Hah?! Buat apa?” tanya Kayla dengan nada marah.
“Kemarin aku nggak mencatat materi.” jawab Raisa.
Kayla menepuk jidatnya, lalu berkata, “Ih, kamu mah malas banget sih orangnya.” Raisa tertawa kecil. “Hehehe, maaf-maaf. Boleh pinjam nggak?” tanya Raisa, mengabaikan keluhan Kayla. Kayla menghela nafas, lalu berkata, “Iya deh, aku-” Tapi kalimatnya terhentikan karena Kayla melihat bayangan hitam melewatinya.
“A-apaan tuh?” tanya Kayla dengan terbata-bata karena ketakutan dengan handphone yang masih menempel di telinganya dan mulutnya.
Dari sisi lain, Raisa yang tidak mengetahui kondisi Kayla saat itu, bertanya. “Kai, Kai, ada apa?” Namun, Kayla tidak menjawab. Ia sibuk mencari bayangan hitam itu. “Kayla, Kayla! Woi!” Raisa terus mencoba mendapatkan perhatian Kayla melalui telepon tersebut.
“Berisik ah. Aku matiin dulu ya. Nanti aku telepon lagi.” kata Kayla.
“Eh tunggu-” Raisa belum selesai berbicara, tapi Kayla sudah menutup teleponnya, dan memasukannya kembali ke dalam tasnya.
“Waduh, apaan tuh?” tanya Kayla di dalam hati. “Masa setan keluar siang-siang?” lanjutnya sambil memperhatikan sekelilingnya. Saat ia melihat ke arah kuburan, bayangan hitam itu kembali muncul. “Wa-waduh, beneran apa? Setan muncul siang nih?” Kayla yang awalnya merasa takut, tapi karena penasaran, ia pun mencoba mendekati bayangan hitam tersebut. Perlahan-lahan ia memasuki kawasan kuburan tersebut. Kayla tersembunyi di balik tembok besar yang menjadi penghalang antara jalanan dengan tempat kuburannya. Dari situ, ia melirik kanan, kiri, namun, ia tidak melihat apapun. “Aneh, padahal aku yakin sekali tadi aku melihat sesuatu.” kata Kayla. Secara tiba tiba, dari arah belakang, sesuatu yang membuat Kayla ketakutan. Tapi karena penasaran, ia perlahan-lahan menolehkan kepalanya ke belakang. Jantungnya berdetak sangat kencang, tapi saat sudah melihat apa yang ada di belakangnya, Kayla merasa lega. Ternyata hanya seekor kucing kecil. Kucing itu memiliki bulu berwarna hitam, badannya kecil, hidungnya pesek, bulunya sedikit tebal, namun matanya berwarna merah.
“Oh, ternyata kucing. Kirain apa” kata Kayla, lalu membungkuk di hadapan kucing tersebut. “Tapi aku merasa melihat suatu tadi. Apa salah ya?” gumamnya di dalam hati. Setelah itu, dia memperhatikan kucing itu kembali dan menggendongnya. “Aku baru pertama kali melihat kucing warna mata merah seperti ini. Apakah spesies baru yang aku tidak tau? Tapi kamu lucu sekali. Kamu berasal dari mana? Kenapa kamu ada di kuburan? Apa kamu punya tetangga?” tanya Kayla kepada kucing tersebut. Namun, kemudian dia tertawa. “Aduh, aku ini bodoh sekali ya? Tanya seperti itu ke kucing. Mana bisa dia jawab.” Lalu meletakkannya kembali kucing tersebut ke tanah, mengelus kepala kucing, dan bangkit. Kayla melihat jam tangannya, dan terkejut saat tahu sudah jam segini. “Sebaiknya aku berangkat, nanti telat lagi.” kata Kayla. “Kucing, aku pergi dulu ya. Dadah!” kata Kayla sambil melambaikan tangan, lalu berlari pergi.
ns 18.68.41.141da2