Pak Ridwan dan Abdur berada di luar rumah besama Bu Sania. “Baiklah, kami izin pergi ya Bu.” kata Pak Ridwan.
“Tunggu sebentar pak,” Bu Sania menghentikan langkah Pak Ridwan dan Abdur. Mereka pun berbalik. “Saya hanya mengingatkan, jika bapak tidak langsung menangkap pelakunya, akan semakin banyak korban yang menjadi incaran, dan saya tidak ingin termasuk salah satunya. Jadi sebagai balasan telah menunjukkan dan memberikan video tersebut, tolong cepat penjara dia.” kata Bu Sania.
“Pertama-tama kami akan menginterviewnya dulu. Untuk keputusan dia dipenjara atau tidak, akan kami diskusikan bersama.” kata Pak Ridwan.
“Awas saja jika ada korban lagi gara-gara kalian yang terlambat menahanya.”
“Baik Bu, terima kasih atas nasehat.” kata Pak Ridwan, lalu sedikit membungkukkan kepalanya, dan berjalan pergi. Abdur pun mengikutinya dari belakang. Setelah cukup jauh, Abdur mendekati Pak Ridwan yang dari tadi berada jauh di depan. “Maaf ya pak, mulut saya hampir saja bocor. Untung ada bapak.” katanya.
“Tolong jangan sampai terulang lagi ya.”
“Baik pak. Tidak akan terjadi.” kata Abdur.
“Tapi apa yang harus kita lakukan sekarang? Video yang diberikan Bu Sania sepertinya bukanlah bohongan. Kalau memang benar terjadi, kenapa tidak ada bukti bahwa terjadi penikaman kemarin, seperti darah atau cara korban dilukai?” tanya Abdur.
“Saya juga belum tahu. Itulah fungsi kita menginterview si pelaku. Pasti dia punya informasi yang kita butuhkan.
“Untungnya Bu Sania sangat baik hati sampai memberikan kita video itu.”
“Ya, memang beliau sangat baik.” kata Pak Ridwan yang telah sampai di mobil polisi dan sedang membuka pintu. Mereka pun berkendara pergi kembali ke kantor polis.
136Please respect copyright.PENANAN7sLRtGXvq
Di perjalanan, “Pak, bolehkah saya ikut dalam menginterview orang itu?” pinta Abdur.
“Untuk apa?” tanya Pak Ridwan.
“Tentu saja karena saya ingin tahu tentang kebenaran video tersebut dengan bukti-bukti yang kita punyai, yang mana yang betul dan mana yang tidak. Dan satu lagi, saya ingin mengetahui kenapa pelaku sampai tega membunuh temannya sendiri.” jawab Abdur.
“Teman? Bagaimana kau tahu kalau pelaku adalah teman dari korban?” tanya Pak Ridwan.
“Karena tadi saya melihat foto di mana mereka berdua sedang makan bersama dengan teman-teman yang lainnya dan banyak lagi di dalam handphone si korban.” jawab Abdur.
“Baiklah, kau boleh ikut menginterviewnya. Asalkan kau tetap diam dan biarkan saya dan polisi lain yang menginterview.”
“Apakah saya tidak boleh bertanya pak?”
“Jangan. Jangan merusaknya kali ini juga. Jika kau punya pertanyaan, katakanlah kepada saya. Akan saya sempatkan bertanya kepada dia.”
“Yang saya ingin tahu hanya apa yang saya katakan tadi.”
“Tidak ada yang lain?” tanya pak Ridwan.
“Sejauh ini sih sepertinya belum.” jawab Abdur.
“Itu dia, jawabanmu itu selalu membuat saya khawatir karena kau pasti akan melupakan janjimu ini dan bertanya tanpa berpikir nanti.”
“Hehehe, bapak tau aja.”
“Pokoknya jangan menyela pembicaraan kami. Kau diam saja. Simpan emosimu untuk dirimu sendiri.”
“Ba-baik pak. Te-terima kasih.” kata Abdur.
ns 18.68.41.174da2