Pak Ridwan dan Kayla telah sampai di tempat tujuan mereka. Pak Ridwan memarkir mobilnya di dalam garasi. Sementara Kayla sedang melihat bertapa luasnya rumah Pak Ridwan.
“Wah, ini rumah bapak? Besar sekali.” tanya Kayla.
“Terima kasih. Tapi sayang tidak ada yang mengurusnya.” kata Pak Ridwan.
“Apa maksud bapak?” tanya Kayla.
“Istri saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan anak-anak saya sudah tidak tinggal bersama saya lagi. Saya pun hidup sendiri di rumah ini.” jelas Pak Ridwan.
“Kasian amat.”
“Sudahlah. Dari pada mengasihani saya, lebih baik masuk.” kata Pak Ridwan yang sedang membuka pintu rumahnya.
Di dalam, mereka disambut oleh ruang tamu yang begitu besar. “Wahh. Ruang tamu aja sebesar kamar saya.” kata Kayla.
“Oh ya?” tanya Pak Ridwan. Pak Ridwan melangkah masuk dan keluar dari ruang tamunya.
“Hei, kamu! Ayo cepatlah. Kamarmu ada di atas.”
“Saya punya kamar sendiri?” tanya Kayla.
“Kalau itu ada. Tapi untuk makan malamnya, pesan saja ya. Saya tidak bisa memasak.”
“Kalau begitu, bolehkah saya ya masaknya.” izin Kayla.
“Kamu bisa memasak?” tanya Pak Ridwan.
“Bisa. Orang tua saya pemilik toko kue.” jawab Kayla dengan bangganya.
“Untuk makan malam, saya tidak ingin kue ya.”
“Tenang saja. Saya juga tahu kok cara membuat makanan asin. Tunggu sebentar ya.” kata Kayla sambil menggulung lengan bajunya, lalu berjalan tanpa arah. Tapi ia segera sadar dan kembali menoleh. “Ngomong-ngomong, di mana dapur bapak?” Pak Ridwan menunjuk ke sebelah kanannya. “Di situ? Di sebelah ruang tamu.”
“Oh, di situ. Kalau begitu, saya izin menggunakannya ya.”
“Asalkan dibereskan lagi, saya tidak keberatan.”
“Hahaha, bapak meragukan cara masak saya? Akan saya tunjukkan kejagoan masak keluarga kami.” Kayla pergi ke dapur, Sementara Pak Ridwan berjalan naik ke lantai dua. Pak Ridwan sampai ke kamarnya dan membuka laptop. “Ada-ada saja itu anak. Semoga dia tidak membawa kekacauan ke dapurku.” katanya di dalam hati. Setelah itu, Pak Ridwan pun memulai mengetik hasil laporan pekerjaannya.
199Please respect copyright.PENANAc33b3w1mUE
Satu jam kemudian, Pak Ridwan yang sedang fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya. Pak Ridwan bangkit dari kursinya dan membukakan pintu untuk orang yang mengetuk. Ternyata saat dilihat, tidak ada orang. Pak Ridwan menengok ke kanan dan ke kiri. Ternyata di samping kirinya, ada Kayla yang sudah mengetuk-mengetuk pintu kamar lain.
“Hei, kamu ngapain?” tanyanya.
“Oh, ternyata bapak di situ.”
“Iya saya memang ada di sini. Lalu mengapa?” tanya Pak Ridwan.
“Makan malamnya sudah jadi. Ayo kita makan dulu.”
“Sudah?” tanya Pak Ridwan tidak percaya. Kayla pun mengangguk. “Cepat sekali.” pujinya.
“Sebenarnya saya membutuhkan waktu satu jam si untuk memasak.” kata Kayla.
“Loh, sudah satu jam ya?” tanya Pak Ridwan lupa terhadap waktu.
“Iya, sudah. Pasti bapak sudah kelaparankan?” tanya Kayla.
“Bisa sih.” jawab Pak Ridwan.
“Kalau gitu, ayo kita makan,” ajak Kayla sambil mendorong Pak Ridwan untuk berjalan.
“Iya, iya, baik. Tidak usah didorong juga kali.” keluh Pak Ridwan.
“Saya sudah membuatkan makanan yang simple tapi spesial untuk bapak.” kata Kayla.
“Aduh, semoga enak ya.” kata pak Ridwan.
“Enak dong.”
Pak Ridwan dan Kayla telah sampai di ruang makan. Di atas meja, sudah terdapat nasi, ayam katsu, dan sup ayam. “Silahkan dimakan pak.” kata Kayla.
Pak Ridwan terkejut melihat banyaknya makanan di atas meja, lalu ia bertanya. “Kamu yang memasak semua ini?”
“Tentu saja. Siapa lagi?”
“Jangan sombong dulu. Saya harus coba rasanya dulu.” Pak Ridwan pun mengambil sendok dan garpu dan mencoba sup ayam tersebut Kayla. Sesendok sup ayam hangat buatan Kayla dimasukkan ke mulutnya. “Wow!” kata Pak Ridwan terkejut. “Bagaimana? Enak bukan pak?” tanya Kayla.
“Ya, lumayan.” jawab Pak Ridwan.
“Jangan berbohong gitu dong pak. Pasti enakan?” tanya Kayla menyombongkan diri. “Sombong sekali.” ketus Pak Ridwan sambil menyuapkan ayam katsu ke mulutnya. Mukanya yang datar, setelah memakan ayam katsu buatan Kayla, menjadi kaget. “Bagaimana? Enak kan pak?” tanya Kayla. Pak Ridwan tidak menjawab dan terus-terusan menyuapkan ayam katsu itu ke dalam mulutnya. Ditambah dengan nasi hangat dan sup ayam, membuat nafsu makan menyuapkan bertambah. Kayla tersenyum melihatnya dan juga bertambah semangat untuk makan.
“Oh ya, ngomong-ngomong, bagaimana kabar orang tuamu? Apakah kau sudah menceritakan kepada mereka tentang semua kejadian ini?” tanya Pak Ridwan ditengah makan malamnya.
“Terakhir kali saya menghubungi mereka sih saat saya berada di rumah Raisa kemarin.” jawab Kayla.
“Lalu hari ini mereka tidak menanyakan kabar tentangmu.” tanya Pak Ridwan.
“Tidak.” jawab Kayla.
“Saya sih sudah mencoba mengeceknya, tapi tidak ada sama sekali email yang masuk dari mereka.” jawab Kayla.
“Mungkin seharusnya kau kunjungi mereka. Saya yakin mereka saat ini sangat khawatir padamu.” usul Pak Ridwan.
“Apakah boleh saya mengunjungi mereka?” tanya Kayla.
“Dari pada mereka khawatir.” jawab Pak Ridwan, membuat senyuman Kayla mengembang. “Tapi nanti saja saya akan ikut. Mungkin saya akan menemani kamu sampai di dekat rumahmu saja. Setelah itu saya akan bersembunyi. Tapi tentu saja, kau tetap harus balik ke rumah ini.” jelas Pak Ridwan.
“Lalu apa alasan yang harus saya buat agar mereka percaya?” tanya Kayla.
“Kalau itu masalah kamu.” jawab Pak Ridwan, lalu melanjutkan makannya.
“Cih! Dasar orang ini.” sengit Kayla di dalam hati dan ikut melanjutkan makannya.
ns 15.158.61.39da2