#3
Jadi Bergairah
1813Please respect copyright.PENANAmmzSXAzBw4
“Alhamdulillah ya mi pesantren kita, makin hari makin berkembang. Makin banyak yang mondok di sini,” ucap Fariz pada Hana. Keduanya sedang di atas ranjang, bersiap tidur malam.
“Iya bi, semoga makin terus berkembang. Rencana abi mau bangun perguruan tinggi bisa cepat terwujud. Semoga tahun depan sudah bisa bangun gedung untuk perkuliahan,” jawab Hana.
Pondok pesantren ini sekarang sudah memiliki 500 lebih santri dan santriwati. Tiap tahun selalu ada pembangunan gedung baru sebagai pengembangan pesantren.
Saat mengobrol dengan istrinya, Fariz tiba-tiba teringat Nabila. Ia terbayang wajah Nabila yang dilihatnya tadi. Meskipun sekilas, ia bisa melihat dengan jelas dan detail wajah Nabila.
Libido Fariz jadi naik saat membayangkan Nabila. Ia pun kemudian memeluk tubuh istrinya. Lalu mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Hana membalas ciuman suaminya.
Fariz membayangkan sedang bercumbu dengan Nabila. Ia melumat bibir istrinya hingga basah. Kemudian tangannya meremas payudara Hana cukup keras.
Hana merasa suaminya lebih bernafsu malam ini. Tidak seperti biasanya. “Keras amat bi meremas payudaraku, sampai sakit,” ucap Hana.
Fariz tak peduli. Ia kembali mencium istrinya kembali dan terus mencengkram payudaranya istrinya.
Hana adalah wanita yang cantik. Kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya tipis. Tubuhnya ideal, tinggi dan langsing. Namun ia punya payudara yang cukup besar tapi mulai mengendur setelah punya tiga anak. Sementara bokongnya besar, bulat, dan masih padat.
Namun Fariz seperti tidak bersyukur dan tidak puas sudah punya istri seperti Hana. Ia masih melirik perempuan lainnya.
Selain cantik dan punya tubuh yang ideal, Hana juga perempuan yang pintar dan baik. Ia adalah anak dari seorang tokoh agama di Jawa Tengah. Ayahnya kenal baik dengan Kyai Hassan. Sehingga kemudian Hana dengan Fariz dijodohkan, dan keduanya sama-sama cocok.
Kembali ke atas ranjang, nafsu Fariz terus naik, ia segera mencopot sarung yang dipakainya lalu mengangkat daster yang dipakai Hana. Paha putih mulus Hana begitu menggoda.
“Bi, aku lagi datang bulan,” ucap Hana, langsung bikin Fariz kecewa.
Fariz seperti tak percaya begitu saja, ia pegang selangkangan istrinya. Benar saja, ada pembalut dibalik CD yang dipakai Hana. Padahal nafsu Fariz sudah di ubun-ubun, harus ia lampiaskan.
Mendapati istrinya datang bulan, Fariz kemudian pamit ke luar.
“Mi, aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan,” ucap Fariz, sambil memakai sarungnya lagi.
Fariz pun kemudian keluar rumah dan menuju ruang kerjanya yang berada di deretan kantor yayasan pesantren. Ruangan ini khusus untuk Fariz. Di dalamnya, selain ada beberapa fasilitas penunjang pekerjaan, juga ada tempat tidur dan kamar mandi.
Kadang Fariz jika sampai malam menuntaskan pekerjaan atau urusan, memilih tidur di sana. Kalau soal urusan pondok, Hana sudah paham itu dan tidak berani protes atau marah.
Gairah seks Fariz masih tinggi malam ini, setelah istrinya datang bulan, ia harus melampiaskan ke perempuan lainnya. Ia pun memanggil Imron, orang kepercayaannya.
“Mas, tolong suruh Sofi ke sini,” ucapnya ke Imron.
Sofi adalah salah satu santriwatinya yang saat ini kelas 2 SMA atau MA, sama dengan Nabila.
Tak berselang lama, Sofi datang dan langsung masuk ke dalam ruangan Fariz.
Imron paham apa yang akan dilakukan oleh Fariz. Ia pun segera pergi lagi dari tempat itu.
Fariz segera menutup pintu ruangannya dan mengajak Sofi ke tempat tidur.
“Gus saya capek, tadi banyak kegiatan. Ini juga sudah malam,” ucap Sofi, dengan suara lelah.
“Bentar aja nduk,” ucapnya.
Sofi pun kemudian mengangkat rok yang dipakainya dan melepas CD-nya. Langsung ia terlentang di atas kasur yang berada di lantai, tanpa ranjang. Vaginanya pun langsung terpampang di hadapan Fariz.
“Ayo gus, cepetan,” kata Sofi sambil memegangi roknya.
“Sabar dong sof, kok buru-buru amat, pemanasan dulu,” jawab Fariz.
“Gak usah gus, langsung aja, biar cepat selesai,” kata Sofi.
“Kamu ini, kok masih aja bawel, gak nurut,” kata Fariz.
“Sampai kapan gini terus gus? Aku takut,” tanya Sofi.
Sofi sudah menjadi pelampiasan nafsu syahwat Fariz selama hampir setahun ini. Ia selalu melayani Fariz, jika dipanggil ke ruangannya.
“Kenapa takut?” tanya Fariz.
“Takut Ning Hana tahu!” Hal itu yang membayangi Sofi selama ini. Ia juga jadi tidak fokus belajar di pesantren. Selain disuruh bantu-bantu di rumah Fariz, ia masih harus melayani kebutuhan seksual Fariz.
“Ini jadi rahasia kita, jangan takut. Ning Hana tidak bakal tahu.” Fariz menenangkan Sofi.
“Terus sampai kapan gus?” tanya Sofi lagi, sambil tetap terlentang dan telanjang bagian bawah.
“Nanti setelah lulus, kamu saya nikahi. Tenang saja.” Fariz memberi janji manis ke Sofi.
“Segala kebutuhan kamu kan selalu saya penuhi. Uang jajan dan lain-lain, saya kasih. Kamu mondok di sini juga gratis,” ucap Fariz.
Sofi adalah anak dari keluarga miskin. Ia juga tidak pintar dan tidak punya prestasi. Pihak pesantren menggratiskan Sofi selama mondok di sini. Karena ayahnya dulu adalah kepercayaan Kyai Hassan. Ayahnya dulu sering bantu di pondok ketika masih merintis.
“Sudah jangan khawatir ya,” ucap Fariz.
Sofi mengangguk.
Fariz kemudian melepas sarung dan CD yang dipakainya. Ia kemudian meminta Sofi untuk mengulum penisnya.
“Ayo dikocok dan dikulum dulu, masih belum berdiri,” pinta Fariz.
Sofi menurut, ia kemudian bangkit dari kasur. Ia kini berlutut di hadapan Fariz. Langsung ia pegang penis Fariz yang berukuran sedang. Lalu memasukkan dalam mulutnya. Sofi sudah biasa melakukan ini pada Fariz.
Sofi sebenarnya gadis yang biasa saja. Tubuhnya agak gemuk dan payudaranya sudah besar. Berbeda dengan para gadis seusianya.
Fariz tertarik pada Sofi bukan karena kecantikannya, namun karena Sofi bisa ia kelabui dengan mudah untuk melampiaskan nafsu syahwatnya.
Penis Fariz dengan cepat berdiri setelah dikulum oleh gadis berusia 16 tahun itu. Karena nafsu Fariz sebelumnya sudah tinggi, jadi dengan mudah penisnya tegang.
Setelah penis Fariz berdiri, Sofi kemudian mengocoknya.
“Aaahhh….” Fariz mendesah, keenakan. Matanya terpejam. Ia membayangkan sedang dikocok dan diemut oleh Nabila.
Tangan Fariz kemudian sambil meraba payudara besar Sofi yang masih tertutup BH dan kemeja yang dipakainya.
“Buka baju dan BH-mu,” pinta Fariz, setelah merasa puas penisnya dikulum dan dikocok Sofi.
Sofi tentu menuruti kemauan Fariz. Ia buka kancing kemejanya satu per satu hingga terbuka seluruhnya. Kemudian ia lepas BH yang membungkus payudaranya. Kini Sofi sudah telanjang bulat di hadapan Fariz. Namun kerudung masih membungkus kepalanya, tidak ia lepas. Sedangkan Fariz hanya telanjang bawah, ia tetap mengenakan kaos oblong.
“Kamu tak lupa minum Pil KB kan?” tanya Fariz. Ia selalu rutin memberi Sofi Pil KB, agar bebas berhubungan dengan santriwatinya itu tanpa takut dia hamil.
“Sudah gus,” jawab Sofi singkat.
“Jangan sampai lupa minum, kalau mau habis segera bilang ke saya,” ucap Fariz.
Kini Fariz meminta Sofi terlentang, langsung dia berada di antara kedua kaki Sofi. Kemudian ia arahkan penisnya ke vagina Sofi.
Mudah saja penis Fariz masuk seluruhnya dalam vagina Sofi. Vagina Sofi sudah sering dimasuki penis Fariz, sehingga vaginanya sudah pas dan muat dengan ukuran penis Fariz.
Fariz membuka lebar-lebar paha Sofi, agar lebih mudah memaju-mundurkan pinggulnya. Kini ia mulai menggenjot vagina santriwatinya itu.
Fariz kembali menutup matanya, ia membayangkan sedang mencumbu Nabila. Penis Fariz keluar masuk dengan cukup cepat dalam vagina Sofi.
“Aaahhh…..” Fariz mendesah. Mulutnya kemudian menjilat dan mengenyot payudara kanan Sofi. Sementara tangan kanannya meremas payudara kiri Sofi, dan sesekali memilin putingnya.
“Sssshhh…. ohhhh….” Sofi mendesah. Ia langsung terbawa suasana percumbuan malam itu. Ia dengan cepat terangsang oleh kelakuan Fariz.
Tangan Sofi kemudian refleks memeluk tubuh Fariz yang menindihnya. Ia lingkarkan tangannya di punggung Fariz.
Fariz terus menggenjot vagina Sofi yang sudah mulai banyak ditumbuhi rambut di sekitarnya. Sementara mulutnya kini terus mengenyot puting hitam Sofi.
“Aaaahhhh…..” Sofi kembali mendesah keenakan.
Fariz kemudian minta ganti posisi. Ia meminta Sofi berada di atas atau posisi WOT. Sofi sudah biasa diminta gaya seperti ini. Ia tahu apa yang harus dia lakukan.
Sofi mengangkang di atas tubuh Fariz, lalu ia arahkan penis Fariz ke vaginanya. Ketika pas, langsung ia duduk dan blesss… masuk lagi penis Fariz ke dalam vagina Sofi.
Sofi tanpa diperintah, kini pinggulnya naik turun. Kemudian bergoyang. Ia tahu apa yang diinginkan Fariz.
“Oooooohhh…..” Fariz mendesah lagi, matanya terpejam, tetap membayangkan Nabila yang sedang di atasnya.
Sofi ikut memejamkan matanya, menikmati percumbuan ini. “Sssshhh….. aaahhh….” desahnya.
Fariz kemudian menarik tangan Sofi hingga tubuh Sofi menindih Fariz.
Fariz mencium bibir Sofi, dan gadis itu meresponnya. Ia membalas ciuman Fariz. Bibir Fariz dan Sofi pun saling melumat. Lagi-lagi, Fariz menayangkan Nabila. Dengan penuh nafsu Fariz mencium Sofi. Ia jilati bibir Sofi hingga basah oleh air liurnya.
“Hhhmmmm…. ahhh… hhmmm….” suara dari mulut Sofi ketika berciuman dengan Fariz.
Setelah puas berciuman dengan Sofi, Fariz meminta Sofi untuk menungging. Fariz ingin gaya doggy style. Sofi tanpa bertanya, langsung menuruti kemauan Fariz.
Sofi sudah menungging, vagina dan pantatnya yang agak kehitaman itu sudah di hadapan Fariz.
Fariz sudah ambil ancang-ancang, ia arahkan penisnya ke vagina Sofi. Ia masukkan sampai mentok. Lalu menggenjotnya.
Tubuh Sofi memang bukan idaman Fariz. Namun cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, kapanpun ia mau. Karena tak cukup hanya istrinya saja untuk soal urusan nafsu syahwatnya.
Fariz mulai menyodok vagina Sofi dari belakang. Matanya kembali terpejam, membayangkan sedang menyetubuhi Nabila,
“Sssshhh…. ohhh…. Nabila…. Enak sayang….” desah Fariz.
Sofi dibuat kaget, karena mendengar Fariz menyebut nama temannya. Sofi berpikir, apakah Nabila juga menjadi korban nafsu Fariz?
Namun Sofi tak lama memikirkan itu, karena ia kembali mendapat kenikmatan dari Fariz.
“Aaahhh… ahhh…. ahhh….” desah Sofi berulang-ulang. Tubuhnya tersentak tiap kali Fariz mendorong pinggulnya dengan kencang, sampai penisnya mentok dalam vagina Sofi.
Fariz jadi membuka matanya, saat mendengar Sofi yang terus mendesah.
“Kamu merasakan nikmat juga kan Sof?” tanya Fariz.
“Iya guss… ahhh….” Sofi menjawab jujur.
“Gitu kamu, mau nolak kalau saya ajak,” ucap Fariz. Kini makin mempercepat gerakan pinggulnya.
“Ohhhh… ohhh… ohh….” Fariz mendesah berulang, karena ia akan mencapai orgasme.
Ia cengkeram dengan keras pantat Sofi yang semok. Penisnya tambah cepat keluar masuk vagina Sofi.
Tak berselang lama…
Crottt… crott… croottt… Fariz menyemburkan spermanya dalam vagina Sofi.
Sofi merasakan vaginanya hangat.
“Aaaahhhhhh…….” ia ikut mendesah panjang, saat tahu Fariz sudah mencapai klimaks.
Fariz pun mencabut penisnya dari vagina Sofi. Kemudian terlihat spermanya meluber dari vagina itu hingga menetes di sprei.
“Sudah, cepat pakai bajumu dan kembali ke asrama. Jika ketemu orang, jangan bilang dari sini,” ucap Fariz.
“Iya gus.” Sofi pun segera memakai CD dan roknya kembali. Juga kemejanya. Ia juga merapikan kerudung yang dipakainya. Karena berantakan saat percumbuan tadi.
“Gus, aku minta uangnya. Uangku habis,” kata Sofi.
Fariz kemudian mengambil uang, ia berikan 2 lembar uang Rp 50 ribu ke Sofi.
“Ini, kalau ada kebutuhan lain bilang ke saya. Tetap jaga rahasia ini. Kalau saya panggil, langsung ke sini. Oh ya, Pil KB-nya juga jangan lupa diminum,” kata Fariz.
“Iya gus. Terimakasih.”
Setelah selesai memakai baju, Sofi pun keluar dari ruangan Fariz untuk kembali ke asramanya.
Sedangkan Fariz ke kamar mandi dulu untuk mencuci penisnya, baru kembali memakai sarungnya. ***
ns 15.158.61.8da2